Karakteristik Siswa KAJIAN PUSTAKA

40 belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, 2 sebagai makhluk yang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri, 3 belajar bergaul dengan teman sebaya, 4 mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita, 5 mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung, 6 mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai, 7 mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga, 8 serta mencari kebebasan pribadi. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak usia 6 tahu sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun Rita Eka Izzaty, 2008: 104. Siswa SD memiliki karakteristik pertumbuhan kejiwaan yang semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuh minat tertentu dan ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang serta kurang memerlukan perlindungan dewasa. Rita Eka Izzati 2008: 116 menyebutkan ciri-ciri khas anak masa kelas rendah 1- 2 dan 3 Sekolah Dasar adalah 1 ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, 2 suka memuji diri sendiri, 3 kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap tidak penting, 4 suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, 5 suka meremehkan orang lain. Lebih lanjut seperti yang dikutip Rita Eka Izzati bahwa dalam teori perkembangan kongnitif peserta didik dapat dibedakan menjadi empat stadiun yaitu. 1. Stadium sensori motorik 0-8 bulan atau 24 bulan 41 Stadium ini terdiri dari 6 sub stadiun. Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kongnitif selama stadiun ini, intelegensi anak baru tampak bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. 2. Stadium pra-operasional 18 bulan-7 tahun Stadium pra-operasional ini dimulai dari penguasaan bahasa yang sistematis, imitasi tidak langsung, serta bayangan dalam mental. Menurut Piaget bahwa berpikir secara pra-operasional masih bersifat egosentrisi. 3. Stadium operasional konkret 7 tahun-11 tahun Cara berpikir anak pada tahap ini kurang egosentris yang ditandai dengan desentrasi yang besar, misalnya saja anak sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi satu sama lain. Lebih lanjut Piaget menyatakan bahwa anak sudah memperhatikan aspek dinamis dalam perubahan situasi sehingga anak juga mampu mengerti operasi logisnya pembalikan. Apabila anak dihadapkan pada sesuatu masalah secara verbal tanpa adanya bahan yang konkeret, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik. 4. Stadiun operasional formal 11 tahun ke atas Pada stadium operasional formal, terdapat dua sifat penting, yaitu: a sifat deduktif-hipotesis dan b berpikir operasional juga berpikir kombinasitoris. Adapun jabaran masing-masing sifat adalah sebagai berikut. 42 a. Sifat deduktif-hipotesis ditunjukkan dengan anak yang berpikir operasional formal memiliki cara untuk memecahkan masalah yaitu dengan memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. b. Berpikir operasional formal juga berpikir kombinasitoris. Pada tahap ini tampak kemungkinan orang mempunyai tingkah laku “problem solving” yang betul-betul ilmiah serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan variabel tergantung. Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Ciri yang membedakan manusia antara makhluk lainnya adalah ciri sosialnya. Karakteristik siswa ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar- mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik siswa senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa siswa sekolah dasar yang berumur 8 tahun masih berada pada tahap operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat dengan fakta-fakta perseptual, dan mampu melakukan konservasi. hal ini perlu diperhatikan oleh guru, anak pada tahap pra operasional masih sangat membutuhkan suasana bermain dan benda-benda konkret untuk membantu perkembangan intelektualnya. karena anak yang berusia 8 tahun masih berada ketahap bermain 43 maka puzzel ini cocok untuk digunakan sebagai media dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar.

E. Pelelitian yang Relevan 1.

Diah Mariana 2014, dengan judul penelitian “ Puzzle Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa TK Budi Rahayu Yogyakarta”. Peningkatan motivasi belajar dapat dilihat dari peningkatan nilai bintang yang diperoleh siswa. presentase hasil belajar pada siklus I siswa meningkat mencapai 48,2 , pada siklus II meningkat lagi menjadi 77 pada aspek minat siswa sedangkan pada siklus ke III meningkat lagi menjadi 80 aspek minat siswa.

2. Rendra Ari Prabowo 2012, dengan judul penelitian “ Penggunaan Media

Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SD N I Jatipurwo Tahun 20112012”. Dengan hasil penelitian meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajara IPA. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase hasil belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi 59,37 kemudian terjadi lagi peningkatan pada siklus ke II menjadi 81,25, dengan demikian penggunaan media puzzle dapat disimpulkan bahwa media puzzle dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA

F. Kerangka Pikir

Salah satu faktor rendahnya motivasi belajar siswa adalah karena kurangnya penggunaan media pembelajaran sehingga peserta didik menjadi pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Kerjasama siswa dalam kerja kelompok masih kurang dan cara berpikir pun masih rendah karena dalam proses pembelajaran 44 guru kurang melakukan tanya jawab kepda siswa, dan kurang memberikan kesenpatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dalam beraktifikan pada pembelajaran, terutama pada materi sumber energi dan kegunaannya, gurupun hanya menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu perlu melakukan cara pembelajaran tepat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada saat proses belajar mengajar. Cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan media puzzle bentuk gambar dengan warna terang dan kepingan gambarpun harus bervariasi dan lebih besar. Dengan menggunakan media puzzle warna terang dalam pembelajaran dan memberi kesenpatan kepada siswa untuk melakukan percobaan menyusun puzzle, maka peserta didik akan aktif, semangat dan senang mengikuti pembelajaran dengan baik. Dalam proses pembelajaran guru dituntut menerapkan berbagai metode yang bisa mendukung semangat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan media puzzle dengan warna terang dapat dipacu dengan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan yang bisa membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajari serta dapat meningkatkan motivasi belajar. Karena melalui penggunaan media puzzle siswa akan banyak beraktifitas sehingga siswa tidak merasa bosan. Media puzzle dengan warna terang dan kepingan gambar yang lebih besar dan bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Wlodkowsky dalam sugihartono dkk, 2012: 78 motivasi belajar memegang peran penting dalam pencapaian prestasi belajar. Motivasi juga merupakan 45 suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah ketahanan pada tingkah laku terebut. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media Puzzle dengan warna terang dan kepingan gambar yang lebih bersar dan bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi sumber energi dan kegunaannya. Dengan menggunakan media puzzle dengan warna terang dan kepingan gambar yang lebih besar harapannya dapat membantu peserta didik untuk berpikir kritis serta dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Adapun kerangka berpikirnya akan digambarkan pada skema berikut ini: Gambar 1. Skema Alur Kerangka Pikir G. Definisi Operasional Variabel

1. Motivasi belajar

Motivasi belajar siswa merupakan suatu dorongan, dan rangsangan untuk mengikuti pembelajaran yang berupa adanya semangat, keinginanan untuk belajar, merasa senang ketika mengikuti pembelajaran, menunjukkan minat ketika pembelajaran berlangsung dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Dorongan dan keinginan siswa akan terlihat, ketika siswa mampu bekerja sendiri, tekun menghadapi tugas, mempunyai hasrta dan keinginan untuk berhasil, menunjukkan minat dan mampu mempertahan pendapatnya serta yakin dengan pendapatnya. Media puzzle gambar Motivasi belajar 46

2. Media

puzzle Media puzzle merupakan media yang digunakan dengan cara menyusun kepingan gambar yang dibentuk 2-3 potongan gambar. Media puzzle dengan warna terang dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.

3. IPA

IPA merupakan singkatan dari ilmu pengetahuan alam yang memiliki sikap ilmiah untuk mengenal alam sekitar. Penelitian ini mengambil materi sumber energi dan kegunaannya yang meliputi, sumber energi panas, energi listrik, energi cahaya energi bunyi, dan cara menghemat energi.

H. Hipotesis Tindakan

Penggunaan media Puzzle berbentuk gambar dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas II B SD Negeri Gedongkiwo.

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA CARTOON PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA Penggunaan Media Cartoon Picture Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Sambiduwur

0 1 10

PENGGUNAAN MEDIA LAGU (NYANYIAN) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV Penggunaan Media Lagu (Nyanyian) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Tlogopandogan 2 Kecamatan Gajah K

0 2 18

PENGGUNAAN MEDIA LAGU (NYANYIAN) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV Penggunaan Media Lagu (Nyanyian) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Tlogopandogan 2 Kecamatan Gajah K

0 1 14

PENGGUNAAN METODE THE LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA Penggunaan Metode The Learning Cell Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negri Jrakah II Kecamatan Selo Kabupaten B

0 1 16

PENGGUNAAN MEDIA SEQIP DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA Penggunaan Media Seqip Dalam Meningkatkan Kreatifitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Pomah Kecamatan Tulung Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 11

PENGGUNAAN MEDIA SEQIP DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA Penggunaan Media Seqip Dalam Meningkatkan Kreatifitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Pomah Kecamatan Tulung Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 11

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN I Jatipurwo Tahun 2011/2012.

0 0 15

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SDN I Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN I Jatipurwo Tahun 2011/2012.

0 0 17

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEMPEL Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Helajar PKn Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tempel Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Pelajaran

0 2 15

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

0 1 150