Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dapat menimbulkan permasalahan salah satunya pada dunia pendidikan. Masalah yang terjadi bersifat komplek dan permasalahan tersebut biasanya terjadi pada kalangan remaja. Remaja merupakan suatu tahapan kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap, masa remaja juga merupakan masa rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif. Namun masa remaja ini juga merupakan masa yang baik dalam mengembangkan potensi-potensinya menurut Sofyan S. Willis 2012: 1. Masa remaja merupakan masa dimana sikap keingantahuan yang besar dalam upaya menggali potensi yang dimilikinya. Remaja usia sekolah atau pelajar adalah remaja yang rawan akan masalah, baik masalah yang timbul dari lingkungan maupun teman sebaya. Permasalahan yang dialami remaja usia sekolah yang dipengaruhi oleh hal-hal negatif nantinya akan menjadi penyimpangan perilaku. Masalah kenakalan remaja di Indonesia cukup meresahkan masyarakat. Kondisi ini memberikan dorongan kepada pihak yang bertanggung jawab mengenai permasalahan ini seperti lembaga pendidikan sekolah. Peran sekolah sangat penting dalam melakukan pencegahan kenakalan remaja dengan memberikan bimbingan kepada peserta didik. Sekolah harus memberikan pembinaan terhadap siswanya terutama siswa yang masuk dalam kategori melakukan penyimpangan. Sekolah adalah lingkungan sekunder anak remaja, karena menghabiskan waktunya hampir tujuh jam di lingkungan sekolah. 2 Perilaku menyimpang yang dialami remaja usia sekolah antara lain seperti; merokok, minum-minuman keras, tawuran antar pelajar, keluar lingkungan sekolah tanpa izin atau membolos, mengambil barang milik orang lain serta melakukan tindak kekerasan baik yang nampak maupun tidak seperti bullying. Perilaku membolos di sekolah dimasukkan dalam kategori kekerasan pendidikan karena melanggar peraturan sekolah khususnya saat jam pelajaran. Perilaku membolos ini akan menimbulkan perilaku kekerasan seperti tawuran antar pelajar. “Di Yogyakarta sendiri sebanyak 34 siswa membolos saat jam belajar yang terjaring razia Dinas Ketertiban Kota Jogja, selama 2016 hingga bulan Februari 2016. Sebagian besar mereka dirazia di warnet, kios game online . Ada juga di tempat tongkrongan, di warung makan dan di lapangan” kata kepala seksi pembinaan, ketentraman, dan ketertiban, Dinas Ketertiban Kota Jogja, Murjoko, seusai menggelar razia. Meidani Dyah Natalia, Harian Jogja, 23 Februari 2016. Kasus-kasus penyimpangan tersebut meresahkan masyarakat pada umumnya dan lembaga pendidikan pada khususnya. Perilaku menyimpang yang dilakukan pelajar tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS menyatakan bahwa: “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Tujuan pendidikan tersebut tidaklah sesuai dengan perilaku menyimpang yang terus menerus terjadi dikalangan remaja. Perilaku penyimpangan pada remaja disebabkan karena karakter dari remaja itu sendiri yang masih kurang. 3 Seperti kedisiplinan dan tanggung jawab yang dimiliki anak remaja siswa masih dirasa kurang. Lembaga pendidikan merupakan wahana bagi pendidikan karakter. Pendidikan karakter itu harus dimiliki terutama oleh tenaga pendidik karena merupakan faktor tepenting dalam pendidikan. Perlunya kesadaran pentingnya penanaman pendidikan karakter di lingkungan sekolah agar tidak hanya menjadi pengetahuan saja. Pendidikan karakter akan menyentuh nurani siswa sehingga dapat mencegah munculnya perilaku yang tidak diinginkan. Mengenai masalah kenakalan remaja sudah menjadi program pemerintah untuk menanggulanginya. Pemerintah menaruh perhatian dengan mengeluarkan Bakolak Inpres No. 61871 pedoman 8, tentang pola penanggulangan kenakalan remaja. Pedoman mengenai kenakalan remaja sebagai berikut: “Kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.” Dalam Sofyan S. Willis 2012: 89. Pendidikan merupakan kekuatan di setiap individu yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya akal, rasa dan kehendak, sosialnya dan moralitasnya menurut Dwi Siswoyo 2011: 53. Dunia pendidikan memainkan peran penting dalam kehidupan manusia terutama untuk menumbuhkan kecerdasan anak bangsa. Kasus kenakalan remaja sendiri mengalami kenaikan setiap tahunnya, hal tersebut membuat peranan pendidikan tidak berjalan dengan semestinya. Padahal dalam UU No. 35 Tahun 2014 atas perubahan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 9 ayat 1 secara tegas menyatakan a, “setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari 4 kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, danatau pihak lain”.Sementara pasal 54 menegaskan bahwa “anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, danatau pihak lain”. Namun, masih terdapat tindak penyimpangan yang terjadi di lingkungan sekolah dan pelakunya adalah peserta didik. Usia sekolah merupakan korban cukup besar dari kasus kekerasan yang ada. Tak jarang anak usia sekolah bukan hanya menjadi korban tetapi juga menjadi pelaku kekerasan. Fenomena kenakalan remaja ini jika terus dibiarkan akan mengarah pada tindakan kriminal. Tindakan kenakalan tidak hanya dilihat dari perbuatan yang melawan hukum tetapi juga suatu perbuatan yang menyimpang norma masyarakat. Tindakan menyimpang mengarah pada terganggunya keamanan, ketertiban dan kenyamanan masyarakat. Kondisi-kondisi yang menyimpang dari peraturan sekolah yang dilakukan oleh siswa akan menimbulkan kecemasan dan keresahan khususnya bagi orangtua dan guru di sekolah. Masalah kenakalan remaja perlu perhatian dan penanganan yang serius melalui kerjasama semua pihak dan ikut bertanggung jawab baik orangtua siswa, guru dan lingkungan sekolah. Anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu kebanyakan kurang mempunyai kontrol diri. Kejahatan yang dilakukan bersifat kekerasan, agresif dan subyektif. Kebanyakan remaja menyalahgunakan kontrol diri dan melebih-lebihkan dirinya sendiri. 5 Kondisi tersebut memerlukan perhatian dari lembaga pendidikan, dengan merumuskan kebijakan dan program dalam melakukan kebijakan dan penanganan kenakalan remaja. Dinas Pendidikan yang merupakan kendali dari lembaga sekolah harus membuat kebijakan yang nantinya bekerjasama dengan sekolah- sekolah. Menurut Hugh Heclo dalam Arif Rohman 2014: 108, kebijakan adalah cara bertindak yang disengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan. Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan satuan pendidikan, memaparkan dalam menangani kekerasan dimulai dari penanggulangan terhadap 1 tindak kekerasan terhadap siswa; 2 tindak kekerasan yang terjadi di sekolah; 3 tindak kekerasan dalam kegiatan sekolah yang diluar sekolah; dan 4 tawuran antar pelajar, pemberian sanksi, dan pencegahan oleh sekolah. Sekolah menengah mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk konsep dan perilaku remaja. Sekolah menengah merupakan jalan kearah yang lebih luas yang akan dimasuki remaja. Pengaruh lingkungan sekolah pun menjadi besar, pengaruh sekolah diharapkan positif. Akan tetapi faktor lingkungan masyarakat dan keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan anak remaja. Faktor lingkungan masyarakat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak remaja. Kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja termuat dalam peraturan tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah dibuat sebagai rambu-rambu bagi siswa dalam bertingkah laku, bersikap, bertindak, bertutur kata dan melaksanakan 6 aktifitas sehari-hari di sekolah dalam menciptakan suasana dan kutur sekolah yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif. Berdasarkan hasil pra observasi peneliti melakukan wawancara dengan salah satu Waka Sekolah SMK Negeri 2 Yogyakarta merupakan sekolah yang mempunyai jumlah murid paling banyak di sekolah se-Kota Yogyakarta sehingga perilaku menyimpang di sekolah ini sering dilakukan. Seperti yang dipaparkan oleh karyawan SMK N 2 Yogyakarta bahwa: kenakalan remaja siswa seperti berkelahi karena dipancing oleh sekolah lain, melanggar peraturan di sekolah seperti membolos juga sering terjadi karena dengan jumlah murid yang banyak walaupun sudah dengan pengawasan yang ketat masih tetap terjadi. SMK N 2 Yogyakarta berupaya untuk menanggulangi kenakalan remaja ini dengan membuat peraturan pintu gerbang ditutup pukul 07.45 WIB dan pukul 17.00 WIB siswa harus meninggalkan lingkungan sekolah. Saat ini sekolah melakukan kegiatan ekstrakurikuler seperti karawitan dan menari, hal tersebut dilakukan agar siswa mempunyai kegiatan yang positif diluar jam pelajaran. Perilaku kenakalan remaja tidak hanya terjadi di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan tetapi juga terjadi di Sekolah Menengah Atas. SMA N 9 Yogyakarta dulunya pernah terlibat kasus tawuran. Nama GanZa atau Sagan Zatoe identik dengan geng pelajar SMAN 9 Yogyakarta. Namun sekarang sekolah berupaya merubah dengan mencintai seni dan budaya lokal. Upaya sekolah ini menjadikan SMA N 9 Yogyakarta sebagai sekolah berbasis seni dan budaya atau The Art and Culture School . Sekolah menyadari budaya lokal semakin ditinggalkan sebagai dampak globalisasi dan perkembangan teknologi, sehingga sekolah mengambil 7 sikap untuk menanamkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal tanpa menghilangkan nilai-nilai akademis. Sekolah memberi ruang studi bidang seni budaya seperti karawitan dan membatik.Pihaknya pun mulai menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan di luar negeri karena ketertarikan pada kesenian. Salah satunya, dengan Albany Senior High School, Western dan College Lectures Melbourne di Australia. Sekolah mengirimkan lima anak dan satu guru College Lecture Melbourne dan sebanyak 23 siswa, dua guru dan kepala sekolah ke Albani High School dalam rangka melakukan kunjungan Nina Atmasari, Harian Jogja.com, 29 Februari 2016. Dengan adanya kondisi tersebut sekolah menerapkan kebijakan dan program-program dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMK Negeri 2 Yogyakarta dan SMA Negeri 9 Yogyakarta. Namun strategi tersebut belum banyak diketahui oleh sekolah-sekolah yang belum mampu menanggulangi kenakalan remaja siswa, sehingga perlu adanya identifikasi kebijakan yang diterapkan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja.

B. Identifikasi Masalah