Faktor Penghambat Proses Implementasi Kebijakan dalam

137

b. Faktor Penghambat Proses Implementasi Kebijakan dalam

Menanggulangi Kenakalan Remaja 1 SMK Negeri 2 Yogyakarta Di samping adanya faktor pendukung dalam menegakkan kedisiplinan tentunya juga masih terdapat faktor penghambat dalam pelaksana kebijakan. Adapun faktor penghambat tersebut di SMK Negeri 2 Yogyakarta, sesuai dengan pernyataan ER sebagai berikut: “kesadaran dari siswa yang masih kurang sehingga siswa mudah terpengaruh dan ikut-ikutan. Guru yang kadang bikin males hanya power point ok tanpa dijelasin mbak, mengajarnya ngantuk sehingga motivasinya kurang dan menurunkan nilai.”W ER, 11 Mei 2016 Hal lain yang mendukung pernyataan di atas diungkapkan oleh NR, sebagai berikut: “satu atau dua guru yang kadang cuek misal mengetahui anak yang melanggar peraturan tapi tidak mengingatkan karena merasa bukan kewajibannya karena itu hanya tugasnya tim budaya dan ada peserta didik yang tidak perduli dan kurang kesadarannya dari siswanya sendiri.”W NR, 13 Mei 2016 Hal serupa dengan pernyataan di atas, diungkapkan oleh Bapak RH, sebagai berikut: “kendalanya yang pertama kurangnya koordinasi dari tim dan yang kedua ada warga sekolah yang tidak peduli atau kurang peduli dengan masalah yang terjadi. Contohnya ada kejadian dan melihat tetapi tidak menegur atau melaporkan missal ada siswa yang melanggar peraturan tidak ditangani.”W RH, 02 Mei 2016 138 Hal senada dengan pernyataan di atas diungkapkan oleh Bapak SR, sebagai berikut: “untuk kendalanya ini ada sebagian Mapel yang diampu Bapak Ibu guru bidang studi itu belum memperhatikan siswa artinya apa, ada siswa yang tidak mengikuti mapel itu tidak ditanya sehingga akan memberikan efek bagi siswa misal “saya pergi di biarin aja kok” hal itu nanti akhirnya anak menjadi suka membolos. Jika yang begitu kan nanti BK pembinaannya juga agak sulit kecuali jika sudah sejak awal diberitahu. Jadi yaa bisa dikatakan kurangnya kepedulian dari guru maple tapi tidak semuanya.”W SR, 03 Mei 2016 Hal lain yang mendukung juga disampaikan oleh Bapak SM, sebagai berikut: “kurang kepedulian dari beberapa warga sekolah sehingga cuek terhadap apa yang dilakukan oleh siswa padahal itu negatif tapi ya tetep dibiarin. Kadang juga ada satu dua orang gitu mbak bilang kesel-kesel ngurusi bocah do ndableg kok , jadi tidak ada tindakan hanya yasudahlah itu yang menjadi penghambatnya mbak. kurang perhatian dari orangtuanya atau dari keluarga yang maaf brokenhome itu yang kurang bisa mengontrol dirinya jadi mencari perhatian dengan melakukan tindak an yang menyimpang.”W SM, 16 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan beberapa kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kebijakan sekolah berjalan kurang optimal karena terhambat oleh kesadaran peserta didik yang masih kurang dan belum semua guru peduli terhadap permasalahan siswa serta terdapat orangtua yang kurang perhatian kepada anaknya. 2 SMA Negeri 9 Yogyakarta Faktor penghambat proses implementasi di SMA Negeri 9 Yogyakarta, sesuai dengan pernyataan MR adalah sebagai berikut: “hukumannya kurang tegas jadi kadang tidak ada hukuman dan kurangnya kesadaran dari siswanya. Masih ada anak-anak yang suka nongkrong, trus juga masih ada anak-anak yang terlambat itu dibiarkan saja.”W MR, 28 April 2016 139 Hal lain yang mendukung pernyataan di atas diungkapkan oleh Ibu NH sebagi berikut: “kendalanya yaa.. dari kurang komunikasi terhadap sebagian orangtua. Dengan kata lain sekolah melakukan komunikasi dengan orangtua tetapi orangtua yang kurang peduli sehingga tidak ada “gayung bersambut” antara pihak sekolah dan orangtua. Selain itu dukungan dari satu dua pihak dari elemen sekolah yaa… tantangannya itu mbak.”W NH, 16 April 2016 Selain itu guru Bimbingan dan Konseling juga mengalami hambatan dalam mendukung proses implementasi kebijakan sekolah, hal tersebut disampaikan oleh Bapak AR sebagai berikut: “kebetulan BK tidak mempunyai jam masuk kelas sehingga tidak mempunyai akses berinteraksi langsung dengan siswa hal itulah merupakan kesulitan bagi kita selaku BK sehingga tidak bisa mengimplementasikan apa yang kita ingin sampaikan sehingga BK hanya memanfaatkan media yang ada missal saat Upacara Bendera.”W AR, 25 April 2016 Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hambatan yang dihadapi oleh SMA Negeri 9 Yogyakarta adalah hukuman yang diberikan kurang tegas yang diberikan kepada sekolah, kurangnya komunikasi, serta kurangnya rasa peduli. Bimbingan dan Konseling mengalami hambatan dalam berinteraksi dan mengkomunikasikan permasalahan yang sedang terjadi kepada peserta didik, sehingga guru BK memanfaatkan waktu luang untuk mengkomunikasikannya. 140

c. Solusi untuk mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan