41
4. Dasar Hukum Penanggulangan Kenakalan Remaja
Penanggulangan kenakalan remaja berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai berikut:
a. UU No. 35 Tahun 2014 atas perubahan UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 9 ayat 1 secara tegas menyatakan a, “setiap Anak  berhak  mendapatkan  perlindungan  di  satuan  pendidikan  dari
kejahatan  seksual  dan  kekerasan  yang  dilakukan  oleh  pendidik,  tenaga kependidikan
, sesama peserta didik, danatau pihak lain”.Sementara pasal 54  menegaskan  bahwa  “anak  di  dalam  dan  di  lingkungan  satuan
pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis,  kejahatan  seksual,  dan  kejahatan  lainnya  yang  dilakukan  oleh
pendidik,  tenaga  kependidikan,  sesama  peserta  didik,  danatau  pihak lain”.
b. Permendikbud  Nomor  82  Tahun  2015  tentang  Pencegahan  dan
Penanggulangan  Tindak  Kekerasa  di  Lingkungan  satuan  pendidikan, memaparkan  dalam  menangani  kekerasan  dimulai  dari  penanggulangan
terhadap 1 tindak kekerasan terhadap siswa; 2 tindak kekerasan yang terjadi  di  sekolah;  3  tindak  kekerasan  dalam  kegiatan  sekolah  yang
diluar  sekolah;  dan  4  tawuran  antar  pelajar,  pemberian  sanksi,  dan pencegahan oleh sekolah.
c. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan  Tata  Tertib  Sekolah.  Ruang  lingkup  yang  diatur  dalam peraturan  Walikota  ini  adalah  sebagai  pedoman  penyususnan  tata  tertib
42
peserta  didik  pada  setiap  sekolah  yang  meliputi:    waktu  pembelajaran, pakaian  sekolah,  kartu  pelajar,  penggunaan  kendaraan,  dan  upacara
bendera. d.
SK  No.  188  716  tentang  Pembentukan  Tim  Pelaksana  Kegiatan Jembatan Persahabatan.
e. Seksi  Kurikulum  dan  Kesiswaan  sebagai  Tim  Diklat  Pengembangan
Karakter di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
5. Upaya-Upaya dalam Menanggulangi  Kenakalan Remaja
Kenakalan  remaja  yang  bersifat  komplek  dan  berbeda-beda memerlukan  penanganan  yang  berbeda  pula.  Dalam  penanggulangan
kenakalan  remaja  siswa  dibutuhkan  kerjasama  antar  semua  pihak,  baik pemerintah;  lembaga  pendidikan  dan  orangtua.  Dalam  hal  ini  menteri
pendidikan  dan  kebudayaan  mengeluarkan  Permendikbud  Nomor  82  Tahun 2015  tentang  Pencegahan  dan  Penenggulangan  Tindak  Kekerasan  di
Lingkungan  satuan  pendidikan,  memaparkan  komponen  pendekatan penanganan kekerasan sebagai berikut:
a. Penanggulangan,  upaya  ini  mengharuskan  sekolah,  guru  dan
pemerintah  daerah  untuk  secara  tertata  melakukan  langkah penanggulangan terhadap tindak kekerasan yang telah terjadi;
b. Pemberian sanksi, baik  berupa teguran lisan  maupun tertulis;
dan c.
Pencegahan, dengan membentuk tim pencegahan kekerasan. Peranan  orangtua  dan  sekolah  sangat  penting  karena  usia  remaja
merupakan  usia  belum  matang  untuk  bermasyarakat.  Sehingga  dibutuhkan bimbingan  dari  guru  dan  orangtua,  sehingga  anak  remaja  tidak  salah
langkah.
43
Upaya-upaya dalam menanggulangi kenakalan remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu; upaya preventif pencegahan, upaya kuratif penanganan,
dan  representatif  upaya  pembinaan  atau  penyembuhan.  Upaya-upaya tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
1 Upaya Preventif Pencegahan
Upaya  preventif  adalah  kegiatan  yang  sistematis,  berencana  dan terarah  untuk  menjaga  agar  kenakalan  tidak  timbul.  Upaya  preventif  dapat
dilakukan  di  dalam  keluarga  dan  sekolah.  Mengingat  sekolah  merupakan tempat kedua setelah keluarga dan remaja banyak menghabiskan waktunya
di sekolah sehingga sekolah berperan penting dalam menentukan pembinaan sikap dan kecerdasan anak didik.
a. Keluarga
Keluarga  merupakan  tempat  pertama  dimana  anak-anak memperoleh  pendidikan.  Anak  hidup  dan  berkembang  dari  pergaulan
keluarga yaitu hubungan antara orangtua dengan anak. Upaya preventif dari keluarga yaitu; 1 Orangtua menciptakan kehidupan rumah tangga
yang  beragama,  2  menciptakan  kehidupan  keluarga  yang  harmonis, 3  adanya  kesamaan  norma  yang  dipegang  antara  ayah,  ibu  dan
keluarga lainnya dirumah tangga dalam mendidik anak, 4 memberikan kasih  sayang,  5  memberikan  perhatian,  dan  6  memberikan
pengawasan terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat. Pada masa remaja kebutuhan beragama ini menonjol, akan tetapi
didasarkan  atas  didikan  dari  kecil.  Agama  merupakan  benteng  diri
44
remaja  dalam  menghadapi  berbagai  cobaan  yang  datang  pada  dirinya. Selain  itu  kasih  sayang  yang  diberikan  orangtua  bukanlah  materi  yang
berlebihan,  tetapi  hubungan  psikologis  orangtua  dengan  anak.  Kasih sayang  yang  diberikan  orangtua  bersifat  emosional  akan  memberikan
rasa aman pada diri anak. b.
Sekolah Upaya  preventif  di  sekolah  tidak  kalah  penting  dari  upaya  di
keluarga.  Sekolah  merupakan  tempat  pendidikan  kedua  bagi  anak setelah  keluarga.  Sekolah  memberikan  pendidikan  formal  dengan
kegiatan  belajar  anak  diatur,  namun  jika  proses  belajar  tidak  berjalan semestinya akan menimbulkan perilaku menyimpang bagi anak remaja
siswa.  Sehingga  perlu  adanya  upaya  preventif  dari  sekolah  yaitu;  1 Guru  memahami  psikis  murid,  guru  harus  dapat  memahami  keadaan
siswanya  agar  dapat  memberikan  bantuan  kepada  muridnya,  2 mengintensifkan  bagian  bimbingan  dan  konseling  di  sekolah,  3
melengkapi  sarana  dan  prasarana  sekolah  seperti  laboratorium  alat olahraga, masjid, kesenian alat-alat ketrampilan.
Upaya  yang  dilakukan  sekolah  dalam  menaggulangi  kenakalan remaja,  sejak  awal  sekolah  melakukan  langkah-langkah  yaitu:    a
sosialisasi  kepada  orangtua  pada  waktu  PPDB;  b  membuat  surat pernyataan  tidak  boleh  melanggar  peraturan  sekolah  saat  diterima  di
sekolah; dan c membuat tim di kesiswaan majelis pembimbing Osis,
45
Bimbingan  dan  Konseling,  dan  tim  budaya  hal  tersebut  dibuat  untuk menegakkan peraturan sekolah.
Kegiatan  bimbingan  dan  penyuluhan  merupakan  kegiatan membantu  mengatasi  persoalan-persoalan  yang  timbul  terutama
dilingkungan  sekolah.  Pembimbing  di  sekolah  menyelenggarakan bimbingan  terhadap  anak-anak  yang  bersifat  preventif.  Kegiatan  ini
bertujuan  menjaga  jangan  sampai  anak-anak  mengalami  kesulitan  dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut    Bimo  Walgito  1995:    29  kegiatan  bimbingan  dan penyuluhan tersebut antara lain:
a Mengadakan  papan  bimbingan  untuk  berita-berita  atau
pedoman yang perlu mendapatkan dari anak-anak b
Mengadakan  kotak  masalah  atau  tanya  untuk  menampung segala  persoalan  atau  pertanyaan  yang  diajukan  secara
tertulis, sehingga masalah dapat di atasi c
Menyelenggrakan  kartu  pribadi  sehingga  pembimbing  dan staf pengajar dapat mengetahui data anak
d Memberikan  penjelasan  atau  ceramah  seperti  cara  belajar
efisien e
Mengadakan  kelompok  belajar  sebagai  cara  belajar  yang baik
f Megadakan  diskusi  kelompok  dengan  siswa  atau  individu
mengenai  cita-cita  atau  lanjutan  studi  serta  pemilihan jabatan kelak
g Mengadakan  hubungan  yang  harmonis  dengan  orangtua
atau  wali  murid,  agar  ada  kerjasama  antara  sekolah  dan rumah.
Kegiatan  bimbingan  ini  dapat  dilakukan  oleh  orang  yang  khusus dididik menjadi konselor yang merupakan tenaga khusus untuk pekerjaan
tersebut  dan  tidak  menjabat  pekerjaan  lain  atau  guru  pembimbing  di sekolah atau kelas.
46
Selain  itu,  penanaman  karakter  pada  siswa  sangat  dibutuhkan dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. Guru merupakan faktor
penting  yang  besar  pengaruhnya  terhadap  keberhasilan  pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta
didik  dalam  mengembangkan  pribadinya  secara  utuh.  Tugas  guru  yang paling  utama  dalam  pendidikan  karakter  di  sekolah  adalah  bagaimana
mengkondisikan  lingkungan  belajar  yang  berkarakter,  menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik sehingga tumbuh
minat dan karakter baiknya. Guru hendaknya memposisikan diri sebagai fasilitator,  yang  tugas  utamnya  memberikan  kemudahan  belajar  kepada
peserta didik tanpa ada pemaksaan dan kekerasan. Sebab pemaksaan dan kekerasan  akan  memberi  pengalaman  yang  kurang  positif  di  dalam
peserta didik yang nantinya akan membentuk karakter mereka. 2
Upaya Kuratif Penanganan Upaya  kuratif  yang  dilakukan  dalam  menanggulangi  kenakalan
remaja  ialah  upaya  antisipasi  terhadap  gejala-gejala  kenakalan  tersebut, supaya tidak meluas dan merugikan masyarakat. Hal ini dilakukan dalam
rangka  mengatasi  kenakalan  remaja,  Sofyan  Willis  2012:  140 menjelaskan  bahwa  ketika  anak  melakukan  tindak  kenakalan  kategori
berat maka kemungkinan yang dapat dilakukan sebagai berikut:  Anak itu dikembalikan kepada orangtua atau walinya, anak dijadikan anak Negara,
dan anak dijatuhi hukuman dengan dikurangi sepertiganya.
47
Tindakan  hukuman  bagi  anak  remaja
delinkuen
antara  lain berupa  menghukum  mereka  sesuai  dengan  perbuatannya  sehingga
dirasa  adil  dan  bisa  menggugah  hati  nurani  sendiri  untuk  hidup  susila dan mandiri.
Pihak  sekolah  membuat  peraturan  dan  jika  peraturan  tersebut dilanggar  maka  peserta  didik  yang  melanggar  peraturan  akan
mendapatkan  sanksi  berupa;  1  jika  peserta  didik  melanggar  peraturan sekolah  mendapatkan  poin,  2  poin  yang  sudah  berjumlah  100  maka
anak dikembalikan ke orangtua, dan 3 pembinaan terhadap anak  yang melanggar peraturan sekolah.
3 Upaya  Representatif Pembinaan atau Pencegahan
Mengenai  upaya  representatifdalam  menanggulangi  kenakalan remaja ialah:
a Pembinaan  terhadap  remaja  yang  tidak  melakukan  kenakalan.
Pembinaan seperti ini telah diungkapkan pada upaya preventif  yaitu upaya jangan sampai terjadi kenakalan remaja.
b Pembinaan  terhadap  remaja  yang  telah  mengalami  tingkah  laku
kenakalan  atau  yang  telah  menjalani  sesuatu  hukuman  karena kenakalannya.
Upaya  pembinaan  anak-anak  nakal  juga  telah  dilakukan  oleh pemerintah  seperti  mengadakan  lembaga  pemasyarakatan  khusus  anak-
anak nakal.
Upaya yang
dilakukan pemerintah
ini untuk
48
memasyarakatkan  kembali  anak-anak  yang  telah  melakukan  tindakan kejahatan agar mereka kembali menjadi manusia yang wajar.
Pembinaan dapat diarahkan kedalam beberapa aspek: 1.
Pembinaan mental dan kepribadian beragama 2.
Pembinaan  mental  dengan  menanamkan  nilai-nilai  yang terkandung dalam asas-asas pancasila.
3. Pembinaan  kepribadian  yang  wajar  untuk  mencapai  kepribadian
yang stabil dan sehat 4.
Pembinaan ilmu pengetahuan 5.
Pembinaan ketrampilan khusus 6.
Pengembangan bakat-bakat khusus. Berdasarkan  paparan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  upaya-
upaya  dalam  menanggulangi  kenakalan  remaja  siswa  diantaranya adalah  upaya  preventif  yang  berasal  dari  keluarga  dan  sekolah.  Upaya
preventif  ini  dilakukan  untuk  menhindari  atau  menjaga  anak  agar  tidak terjerumus dalam perilaku menyimpang, dengan memberikan bimbingan
dan penyuluhan. Selain itu, ada upaya kuratif dimana upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi agar kenakalan tidak meluas. Upaya terakhir adalah
upaya  pembinaan  atau  penyembuhan  dengan  membina  mental,  ilmu pengetahuan dan bakat-bakat khusus.
E. Penelitian yang Relevan