Teori Implementasi Kebijakan Implementasi Kebijakan Pendidikan

20 Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan pendidikan merupakan seluruh proses tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun individu atau kelompok untuk mencapai tujuan kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Teori Implementasi Kebijakan

Aktivitas implementasi dipengaruhi beberapa variabel dalam keberhasilannya. Teori implementasi menurut Hogwood dan Gun Arif Rohman, 2001: 86 , pencetus teori dengan menggunakan pendekatan “ the top down approach ”. Menurut kedua ahli ini, untuk dapat mengimplementasikan suatu kebijakan secara sempurna perfect implementation maka dibutuhkan banyak syarat. Syarat-syarat tertentu adalah: a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguankendala yang serius. b. Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai. c. Perpaduan sumber – sumber yang diperlukan harus benar-benar ada atau tersedia. d. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kausalitas yang handal. e. Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya. f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil. g. Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. i. Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna. j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Teori implementasi yang lain menurut Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn Subarsono, 2005: 99 ada lima variabel yang mempengaruhi 21 kinerja implementasi, yakni: 1 standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga kebijakan tidak kabur, sehingga tidak menimbulkan konflik di antara para agen implementasi; 2 sumber daya, implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya non-manusia; 3 hubungan antar organisasi, dalam implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instalasi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program; 4 karakteristik agen pelaksana, yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup birokrasi, norma- norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang sempurna itu akan memengaruhi implementasi suatu program;5 kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak. Sedangkan, teori implementasi kebijakan dikemukakan oleh George C. Edwads III 1980dalam Subarsono, 2008: 90-92 Edwards mengajukan empat faktor atau variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yakni: a. Komunikasi. Keberhasilan kebijakan memasyarakatkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran target 22 groups kebijakan, agar para pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai yang diharapkan. Sehingga akan mengurangidistorsi penyimpangan implementasi. Apabila suatu tujuan dan sasaran tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran kemungkinan akan terjadi resistensi pertentangan dari kelompok sasaran. b. Sumber Daya. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sember daya tersebutberwujud sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan sumber daya peralatan gedung, peralatan, tanah dan suku cadang lain yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan. 1. Sumber Daya Manusia Sumber daya resources manusia yakni kompetensi implementor merupakan salah satu variabel yang memengaruhi keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kebijakan.sumber daya manusia tersebut harus mengetahui apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, sumber daya manusia pelaku kebijakan implementors tersebut juga membutuhkan informasi yang cukup tidak saja berkaitan dengan bagaimana cara melaksanakan kebijakan, tetapi juga 23 mengetahui arti penting data mengenai kepatuhan pihak lain yang terlibat terhadap peraturan dan pengaturan berlaku. 2. Sumber Daya Anggaran Sumber daya anggaran mempengaruhi efektivitas pelaksanaan kebijakan, selain sumber daya manusia adalah dana anggaran dan peralatan yang diperlukan untuk membiayai operasionalisasi pelaksanaan kebijakan.Keterbatasan anggaran menyebabkan pelayanan juga terbatas kondisi tersebut juga menyebabkan para pelaku kebijakan tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. 3. Sumber Daya Peralatan Sumber daya peralalatan merupakan sarana yang digunakan untuk operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.Terbatasnya fasilitas dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan, menyebabkan gagalnya pelaksanaan kebijakan. Terutama fasilitas- fasilitas yang usang dalam teknologi informasi akan sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat, tepat, andal, dan dapat dipercaya akan sangat merugikan pelaksanaan akuntabilitas. Terbatasnya fasilitas yang tersedia, kurang menunjang efisiensi dan tidak mendorong motivasi para pelaku dalam melaksanakan kebijakan.Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi 24 kebijakan agar efektif,tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja. c. Disposisi. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementator seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementator memiliki sikap yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan tidak efektif. Terdapat tiga macam elemen respon yang dapat memengaruhi keinginan dan kemauan untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain terdiri atas pengetahuan cognitive , pemahaman dan pendalaman comprehension and understanding terhadap kebijakan; arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak acceptance, neutrality, and rejection ; intensitas terhadap kebijakan. d. Struktur Birokrasi. Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan cukup dan para pelaksana implementor mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk melakukannya. Namun implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif karena adanya tidak efisiennya struktur birokrasi. Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi, pembagian 25 kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan dengan organisasi luar dan sebagainya. Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah prosedur operasi yang standar standar operating procedures atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa teori implementasi kebijakan merupakan aktivitas implementasi yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dalam mencapai keberhasilan. Teori implementasi kebijakan yang dipakai dalam proses implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah teori Edward III, karena di dalam teori ini mencakup aspek komunikasi, sumber daya, disposisi atau karakteristik dan struktur birokrasi dalam pelaksanaan kebijakan.

4. Pendekatan dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan