48
memasyarakatkan kembali anak-anak yang telah melakukan tindakan kejahatan agar mereka kembali menjadi manusia yang wajar.
Pembinaan dapat diarahkan kedalam beberapa aspek: 1.
Pembinaan mental dan kepribadian beragama 2.
Pembinaan mental dengan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam asas-asas pancasila.
3. Pembinaan kepribadian yang wajar untuk mencapai kepribadian
yang stabil dan sehat 4.
Pembinaan ilmu pengetahuan 5.
Pembinaan ketrampilan khusus 6.
Pengembangan bakat-bakat khusus. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya-
upaya dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa diantaranya adalah upaya preventif yang berasal dari keluarga dan sekolah. Upaya
preventif ini dilakukan untuk menhindari atau menjaga anak agar tidak terjerumus dalam perilaku menyimpang, dengan memberikan bimbingan
dan penyuluhan. Selain itu, ada upaya kuratif dimana upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi agar kenakalan tidak meluas. Upaya terakhir adalah
upaya pembinaan atau penyembuhan dengan membina mental, ilmu pengetahuan dan bakat-bakat khusus.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan topik ini adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ike Wulandari, pada tahun 2014 dari Universitas Negeri
Yogyakarta dengan judul “ Kebijakan Sekolah dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMA N 6 Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam mengatasi kenakalan remaja sekolah membuat peraturan yang tegas,
49
namun jika siswa masih membangkang maka siswa dikembalikakan ke orangtua berdasarkan data yang akurat. Sekolah juga membatasi jam siswa
berada dilingkungan sekolah, agar siswa tidak melakukan tindakan kenakalan dalam bentuk ringan. Dalam implementasinya masih terdapat bentuk-bentuk
kenakalan remaja yang dikategorikan ringan. Pelaksanaan kebijakan sekolah mendapat faktor pendukung yaitu peran komite sekolah yang selalu
membantu siswa menyelesaikan masalah, sedangkan faktor penghambat yaitu citra lama sebagai sekolah yang suka tawuran yang masih melekat pada
sekolah dan alumni mencari celah untuk mempengaruhi siswa. Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
kebijakan sekolah dalam mengatasi kenakalan remaja. Perbedaanya adalah peneliti berfokus pada kebijakan dan kendala sekolah dalam mengatasi
kenakalan remaja, sedangkan penelitian ini berfokus pada implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja. Setting tempat
penelitian juga berbeda. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Eka Indah Lestari, pada tahun 2015 dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan judul “Upaya Mencegah
Kenakalan Siswa di SMA N 5 Yogyakarta Analisis Sekolah Berbasis Afeksi”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tindak kenakalan yang terjadi
di SMA N 5 Yogyakarta ini dikategorikan ringan seperti menyontek, membolos, dan tidak memakai atribut yang lengkap. Meskipun beberapa
tahun yang lalu terjadi tawuran pelajar dan kasus pencurian, namun hal tersebut dapat diminimalisir dengan program-program sekolah berbasis afeksi
50
keagamaan. Program-program tersebut program program afeksi tersebut bertujuan untuk menanamkan siswa agar menjadi pribadi yang islami yaitu
dengan berbusana islami, berdoa dan tadarus Al Qur’an dipandu dari sentral, mengawali dan mengakhiri dengan doa, solat berjamaah mentoring, MABIT,
dan lain-lain. Semua program tersebut bertujuan untuk membentuk karakter siswa dan dapat mengalihkan waktu bermain anak untuk hal hal yang tidak
bermanfaat kepada kegiatan yang lebih bermafaat, dengan tujuan agar siswa dapat konsisten dalam mengimplementasikanya sehingga dapat membentengi
dirinya dari tindakan-tindakan yang tidak baik. Adapun hasil penelitian yang dibuat oleh Yuli Eka Indah Lestari
adalah mencegah kenakalan remaja, adapun persamaan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai upaya pencegahan kenakalan remaja. Perbedaannya
adalah penelitian ini berfokus pada pencegahan kenakalan remaja, sedangkan peneliti implementasi kebijakan dan kendala sekolah dalam menanggulangi
kenakalan remaja.
F. Kerangka Berfikir