Implementasi Kebijakan Sekolah dalam menanggulangi Kenakalan

90

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berdasarkan observasi dan wawancara secara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada Waka Kesiswaan, guru, wali kelas, guru BK, satpam, dan siswa. Wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti membahas terkait implementasi kebijakan penanggulangan kenakalan remaja siswa dan faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pelaksanaannya. Fokus penelitian ini terhadap implementasi kebijakan penanggulangan kenakalan remaja siswa dengan menggunakan teori Edward III, yaitu Komunikasi, sumber daya, sikap, dan struktur birokrasi. Hasil observasi dan wawancara di SMK Negeri 2 Yogyakarta dan SMA Negeri 9 Yogyakarta terkait implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa, maka dapat dilihat implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di Kota Yogyakarta studi pada SMK Negeri 2 Yogyakarta dan SMA Negeri 9 Yogyakrta serta faktor pendukung dan penghambat.

1. Implementasi Kebijakan Sekolah dalam menanggulangi Kenakalan

Remaja Kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di Kota Yogyakarta adalah berupa aturan tertulis yang ada di dalam buku pedoman peraturan tata tertib sekolah. Upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam pelaksanaannya di dukung dengan adanya komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi agar pelaksanaan kebijakan sekolah tersebut dapat berjalan secara efektif. 91 a. Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja Upaya penanggulanagan kenakalan remaja terbagi menjadi tiga cara yaitu secara kuratif, represif dan preventif adalah sebagai berikut: 1 Upaya kuratif penanganan a SMK Negeri 2 Yogyakarta Dalam rangka menanggulangi kenakalalan remaja siswa, sekolah membuat beberapa kebijakan diantaranya melalui: 1. Peraturan Tata Tertib Sekolah Adapun tahapan pembinaan dan sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 2 Yogyakarta yang melanggar peraturan tata tertib sekolah adalah sebagai berikut: Tabel 14. Poin Sanksi Bagi Pelanggar Tata Terti SMK N 2 Yogyakarta No. Poin Pembinaan Sanksi 1 1-15 Guru, Wali Kelas, dan Orangtua. Peringatan lisan, terdokumentasi 2 16-30 Wali Kelas, Guru BK, dan Orangtua Skorsing selama 1 hari dan pernyataan secara tertulis di atas kertas, diketahui kajur, wali kelas serta guru BK. 3 31-60 Wali kelas, guru BK, tim tatib, orangtua. Skorsing selama 3 hari dan pernyataan secara tertulis di atas kertas bermaterai diketahui kajur, wali kelas guru BK serta tim tatib 4 61-90 Wali kelas, guru BK, waka kesiswaan, waka kurikulum, orangtua. Skorsing selama 6 hari dan pernyataan secara tertulis di atas kertas bermaterai diketahui kajur, wali kelas guru BK, tim tatib serta kesiswaan 5 91-100 Wali kelas, guru BK, waka keiswaan, waka Skorsing selama 8 hari, pernyataan secara tertulis di atas kertas bermaterai diketahui 92 kurikulum, kepala sekolah, oang tua kajur, wali kelas guru BK, tim tatib, kesiswaan, kurikulum, serta kepala sekolah, dan siswa dinyatakan tidak akan naik kelas dan tidak boleh mengulang 6 101 Kepala sekolah dan orangtua Siswa dikembalikandikeluarkan dari sekolah. Sumber: Buku Pedoman Tata Tertib Siswa SMK N 2 Yogyakarta Dalam rangka melakukan kontrol dan penegakan tata tertib SMK Negeri 2 Yogyakarta membentuk tim tatib yang bertanggung jawab dalam ketertiban seluruh siswa. Tim tatib terdiri dari kepala sekolah, waka kesiswaan, guru BK, dan 14 orang guru. Namun diperlukan kepekaan dan peran serta dari semua guru agar penanggulangan kenakalan remaja siswa berjalan secara optimal. Pelaksanaan pembinaan dan penertiban siswa, pertanggungjawabannya berada diwali kelas, guru BK, Tim Budaya, staff kesiswaan atau tim khusus yang dibentuk dengan kewenangan masing-masing. Selain itu, dalam menegakkan tata tertib sekolah , tentunya dibutuhkan peran serta dari seluruh pihak, baik guru, karyawan, komite sekolah, orangtua siswa , maupun masyarakat sekitar. 2. Pembatasan jam siswa berada di lingkungan sekolah Pembatasan jam dilakukan secara bertahap hingga sekarang pembatasan jam siswa berada dilingkungan sekolah sampai dengan jam 17.00 WIB. Namun, khusus untuk jurusan tertentu pembatasan waktu sampai jam 19.00 WIB dikarenakan ada praktik kejuruan. Adapun strategi yang dilakukan sekolah 93 untuk mendukung keterlaksanaan kebijakan yaitu siswa diperbolehkan berada dilingkungan sekolah dan di dampingi oleh guru pembimbing kegiatan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak RH, adalah sebagai berikut: “…dulunya itu tidak ada pembatasan jam siswa berada dilingkungan sekolah. Jadi anak itu boleh berada dilingkungan sampai malam sekitar jam 19.00 atau jam 20.00. Namun, itu menimbulkan perilaku menyimpang di siswanya sehingga memicu adanya tawuran. Sehingga kita membuat siswa maksimal berada dilingkungan sekolah itu sampai dengan jam 17.00 itu maksimal dan masuk jam 06.45 WIB, hal tersebut untuk menghindari adanya konflik antar sekolah. Kecuali untuk jurusan TKR itu tidak pulang jam 17.00 soalnya ada praktik dan juga ada kegiatan ekstra itu harus ada guru pendampingnya.” W RH, 02 Mei 2016 Hal serupa disampaikan oleh SR salah satu guru Bimbingan dan Konseling, sebagai berikut: “…dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siswa itu masuk pada jam 6.45 lalu pulang jam 14.00 tetapi kan itu juga masih ada kegiatan diluar jam sekolah jadi pihak sekolah memaksimalkan jam 17.00 WIB semua siswa tidak boleh berada dilingkungan sekolah. Hal tersebut sudah disampaikan oleh pihak sekolah kepada orantua atau wali murid, tetapi untuk jurusan tertentu dan jikalau ada kegiatan diluar jam tersebut itu pasti ada guru pembimbingnya jadi siswa tidak bisa seenaknya berada dilingkungan sekolah melebihi jam tersebut tanpa mengikuti kegiatan apa-apa karena ada guru pembimbingnya tadi, takutnya siswa menyalahgunakan waktu-waktu tersebut untuk kegiatan negatif kalau tidak ada pendampingan.” WSR, 03 Mei 2016 94 Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa kegiatan yang berada di waktu yang ditentukan yaitu sampai jam 17.00 maka harus ada guru pendamping atau pembimbing. Sekolah melakukan pentutupan gerbang sekolah pada pukul 6.45 nanti pada saat istirahat pintu gerbang tutup buka. siswa yang izin keluar sekolah harus memberikan surat izin dari BK kepada security. Bagi siswa yang terlambat akan dilakukan pencatatan pelanggaran dan boleh mengikuti kegiatan belajar mengajar setelah mendapat izin dari guru BK. Hal tersebut dilakukan agar kebijakan tersebut berjalan optimal. 3. Pemberian Sanksi Berdasarkan wawancara dengan SR sanksi yang diberikan sekolah dalam upaya pemberian efek jera di SMK Negeri 2 Yogyakarta adalah sebagai berikut: “…, terlambat itu nanti di kumpulin dihalaman depan sekolah diberi pembinaan selanjutnya di beri sanksi bersih-bersih kamar mandi sambil didampingi dan diberi nasihat-nasihat. Tetapi kalau siswa terlambat 3 kali berturut-turut itu nanti pihak sekolah memanggil orangtua. Siswa yang bermainan HP saat pelajaran berlangsung itu nanti saya nasehati dan menyuruh HP- nya di silent , memang tidak saya suruh matikan karena takutnya nanti ada keluarga yang menghubungi padahal itu informasi penting takutnya seperti itu.” W SR, 03 Mei 2016 Hal yang mendukung pernyataan tersebut di atas, sesuai dengan pernyataan NR sebagai berikut: “Terlambat 3 kali berturut-turut nanti orangtua dipanggil mbak. membolos misalnya pada mata pelajaran pertama siswa ikut namun pada mata pelajaran ketiga dan empat 95 siswa tersebut tidak ikut nanti guru lapor ke wali kelas bahwa siswa ini tidak ikut mapel ini. Nanti saya nasehati selaku wali kelas Saya tanya kenapa tidak ikut seperti itu.” W NR, 13 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa pendidik akan melakukan penanganan kepada siswa yang melanggar peraturan ditangani sesuai dengan tingkat kenakalan siswa. Bagi siswa yang masih bisa dinasihati maka pendidik akan menasehati agar siswa menyadari kesalahannya. Pemberian sanksi yang berat biasanya dilakukan ketika siswa melakukan kenakalan berat pula, dan terdapat pembinaan yang melibatkan orangtua. 4. Mengembalikan Anak Kepada Orangtua Adapun prosedur pengembalian siswa kepada orangtua di SMK Negeri 2 Yogyakarta memiliki prosedur yang panjang dan melibatkan semua pihak terkait, seperti yang dinyatakan oleh SR sebagai berikut: “…pengembalian siswa kepada orangtuanya itu melalui prosedur yang panjang dan rapat bersama antar semua pihak yang terkait. Keputusan tersebut diambil berdasarkan berbagai pertimbangan seluruh warga sekolah. Pengembalian siswa itu juga yang memang benar-bena r merugikan dan sulit untuk dibenahi.” W SR, 03 Mei 2016 Hal lain yang mendukung pernyataan di atas, RH menyebutkan sebagai berikut: “…anak atau siswa dikembalikan kepada orangtua itu untuk menyelamatkan anak itu sendiri agar tidak semakin terjerumus. Biasanya anak dikembalikan keorangtua itu ketika anak melakukan kenakalan yang 96 sifatnya sangat berat dan tidak biasa ditoleransi. Pengembalian siswa itu juga didasarkan bukti yang akurat hlo dan itu juga didukung bukti dari kepolisian juga jadi tidak sepihak hanya sekolah tetapi lembaga terkait.” W RH, 02 Mei 2016 Siswa yang dikembalikan kepada orangtua merupakan kebijakan sekolah yang dibuat untuk memberikan pendidikan kedisiplinan dan tanggung jawab kepada siswa. Hal tersebut dilakukan ketika siswa sudah diberikan nasihat dan pembinaan, namun sudah tidak dapat diterima. b SMA Negeri 9 Yogyakarta 1. Peraturan Tata Tertib Sekolah Berikut adalah tahapan pembinaan dan pemberian sanksi pelanggaran tata tertib sekolah di SMA Negeri 9 Yogyakarta. Tabel 15. Peraturan Tata Tertib SMA Negeri 9 Yogyakarta No Nilai Pelanggaran Tahapan Pembinaan dan sanksi Petugas 1 1 – 5 Teguran Lisan Tim Ketertiban, Guru, Wali Kelas 2 6 – 20 Pembinaanteguran Lisan + membuat Surat Pernyataan Tim Ketertiban, Guru, Wali Kelas 3 21 – 50 1. Peringatan tertulis bermetarai 2. Pemanggilan orangtua 3. Skorsing 2 hari Tim Ketertiban, Wali Kelas, Guru BK, Kesiswaan 4 51 – 75 1. Peringatan tertulis bermetarai 2. Pemanggilan orangtua 3. Skorsing 4 hari Tim Ketertiban, Wali Kelas, Guru BK, Kesiswaan 5 76 – 90 1. Peringatan tertulis bermetarai 2. Pemanggilan orangtua 3. Skorsing 6 hari Tim Ketertiban, Wali Kelas, Guru BK, Kesiswaan 6 91 – 100 1. Peringatan tertulis bermetarai 2. Pemanggilan orangtua 3. Skorsing 2 minggu Tim Ketertiban, Wali Kelas, Guru BK, Kesiswaan, Kepala Sekolah 7 101 Dikembalikan ke orangtua Wali Kelas, Guru BK, Kesiswaan, Kepala Sekolah Sumber: Buku Pedoman Sasana Warga SMA N 9 Yogyakarta 97 Rancangan tata tertib SMA Negeri 9 Yogyakarta atau “Sasana Warga” ditetapkan dengan mempertimbangkan masukan dari komite sekolah dan perwakilan siswa. “Sasana Warga” ini bertujuan untuk menciptakan situasi kehidupan sekolah yang dapat menunjang terlaksananya wawasan wiyata mandala dan tujuan pendidikan nasional. penegakan sasana warga dilakukan oleh kepala sekolah, tim tata tertib, guru BK, wali kelas, guru dan karyawan SMA negeri 9 Yogyakarta. Selain itu, dalam menegakkan tata tertib sekolah , tentunya dibutuhkan peran serta dari seluruh pihak, baik guru, staff karyawan, komite sekolah, orangtua siswa, maupun masyarakat sekitar. 2. Pembatasan jam siswa berada di lingkungan sekolah Dalam menanggulangi kenakalan remaja, SMA N 9 Yogyakarta membuat kebijakan pembatasan jam bagi siswa tujuannya untuk mengurangi tindak kenakalan. Dari siswa masuk sekolah sampai siswa harus meninggalkan lingkungan sekolah semua sudah diatur dari jam 07.15 sampai dengan 17.00. Namun, bagi kelas XI ada kegiatan pendalaman materi jam ke-0 mulai dari 06.30. Selain itu terdapat beberapa siswa yang masih berada di lingkungan sekolah karena ada kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak EW, adalah sebagai berikut: 98 “…siswa masuk itu pukul 07.15 tetapi untuk yang Pendalaman Materi itu masuk jam ke-0 pukul 06.30. Gerbang ditutup pukul 07.15 sampai pukul 07.30 nanti setelah pukul 07.15 itu siswa sudah dicatat terlambat. Untuk siswa berada dilingkungan sekolah sampai jam 17.00 tetapi terkadang masih ada kegiatan ekstrakurikuler dan ada juga siswa yang menunggu jemputan.”W EW, 25 April 2016 Hal yang mendukung pernyataan di atas, diungkapkan oleh Bapak BS adalah: “Pembatasan jam siswa itu untuk mengatasi kenakalan tetapi ada juga yang melebihi jam tersebut, misalkan ada kegiatan ekstrakurikuler yang sampai jam 17.00 lebih. Jam 17.00 itu siswa harus meninggalkan lingkungan sekolah tetapi karena ada kegiatan jadi lebih dari waktu yang ditentukan tidak apa-apa asalkan ada guru pendampingnya tetapi diusahakan jangan sampai melebihi. Terus juga ada yang menunggu jemputan itu juga diawasi oleh security karena disini kelas X itu kan belum boleh bawa motor jadi antar jemput.”W BS, 18 April 2016 Siswa berada di lingkungan sekolah dibatasi dari jam 07.15 sampai dengan jam 17.00 WIB. Namun, masih ada siswa yang melebihi pada jam 17.00 WIB dengan alasan menunggu jemputan. Hal tersebut seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 4. Siswa sedang menunggu jemputan 99 Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa di SMA Negeri 9 Yogyakarta gerbang sekolah ditutup jam 07.15, jika ada siswa ada yang berangkat melebihi waktu 07.15 maka dicatat sebagai siswa terlambat. Peserta didik harus meninggalkan area sekolah pukul 17.00 itu merupakan waktu maksimal yang ditentukan sekolah. Namun, ada kegiatan ekstrakurikuler yang melebihi waktu yang ditentukan itu diperbolehkan dengan didampingi oleh seorang guru. Ada juga siswa yang masih berada di lingkungan sekolah melebihi waktu yang ditentukan karena menunggu jemputan dan harus dengan pengawasan security . 3. Sanksi sebagai upaya pemberian efek jera Menurut Bapak BS pemberian sanksi bagi peserta didik yang melanggar peraturan tata tertib sekolah akan dikenakan poin, jika poin sudah melebihi 101 maka peserta didik dikembalikan kepada orangtua. Hal tersebut diungkapkan Bapak BS sebagai berikut: “pemberian sanksi itu ka nada patokan poin-poin, jadi pelanggaran apa di beri poin sekian. Jika kalau poin sudah terkumpul sebanyak 101 itu nanti peserta didik serta orangtua dipanggil. Kalau ada siswa yang melanggar peraturan sekolah itu nanti diberi arahan kalau memang harus melibatkan orangtua nanti dikomunikasikan dengan orangtua dan membuat surat pernyataan di atas materai.”W BS, 18 April 2016 100 Hal yang mendukung pernyataan di atas diungkapkan oleh Bapak TR, sebagai berikut: “sanksi terberat dikembalikan kepada orangtua. Jika ada pelanggaran baik itu ringan misalnya terlambat nanti akan di beri pembinaan dan pengarahan dari BK dan diberi poin sesuai dengan ketentuan. Terlambat misalkan nanti suruh bersih- bersih atau menyiram tanaman.”WTR, 20 April 2016 Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa peserta didik yang melanggar peraturan sekolah akan diberikan sanksi berupa poin. Pembinaan dan pengarahan juga dilakukan oleh pihak BK agar peserta didik tidak melakukan tindak penyimpangan. Pemberian sanksi disesuaikan dengan tingkat kenakalan anak jika kenakalan siswa sudah dikategorikan berat maka pihak sekolah harus melibatkan orangtua, peserta didik juga membuat surat pernyataan di atas materai. 4. Mengembalikan anak kepada orangtua berdasarkan data yang akurat Peserta didik dikembalikan kepada orangtua karena melakukan tindak penyimpangan yang dikategorikan pada kenakalan yang bersifat berat. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak AR, sebagai berikut: “Peserta didik yang dikembalikan kepada orangtua itu sudah tidak bisa diberi pembinaan dan pengarahan serta jenis kenakalan yang berat. Siswa dapat dikembalikan itu harus ada buktinya yang jelas. Untuk prosedurnya nanti bisa melibatkan pihak Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, serta orangtua nanti diadakan diskusi. Namun, 101 sudah beberapa tahun ini tidak ada siswa yang dikembalikan kepada orangtua.”W AR, 25 April 2016 Senada dengan pernyataan yang diungkapakan oleh Bapak BS, sebagai berikut: “Kasus kenakalan kategori berat itu akan melibatkan orangtua. Kemungkinan anak dikembalikan kepada orangtua karena anak snediri melakukan tindak kenakalan berulang-ulang bahkan kategori berat serta sudah tidak dapat diberi pembinaan dari BK. Pengembalian siswa harus ada bukti yang akurat tentang tindak penyimpangan misalkan anak yang melakukan tawuran dan memakan korban nanti harus ada dat yang jelas dari kepolisisan juga. Sekolah melakukan rapat yang melibatkan seluruh pihak terkait dan dari Dinas Pendidikan juga.”W BS, 18 April 2016 Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak AR dan Bapak BS, dapat diketahui bahwa mengembalikan peserta didik kepada orangtua harus disertai dengan bukti yang akurat bahkan kalau tindak kenakalan sudah dikategorikan tindak kriminal harus disertai bukti dari kepolisian. Kebijakan sekolah ini dilakukan agar peserta didik tidak semakin terjerumus dan bahkan menjadi contoh bagi peserta didik lain yang akan mengikuti perilaku negatif. 2 Upaya represif Penyembuhan Sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa dimana hampir 7 jam siswa menghabiskan waktunya disekolah. Oleh karena itu, sekolah mempunyai kewajiban untuk mengarahkan dan memberikan 102 pembinaan terhadap siswa menuju kearah yang lebih baik. bagi siswa yang melakukan bentuk kenakalan remaja maka sekolah harus melakukan penyadaran diri kepada siswa, pembinaan, dan pencegahan agar perilaku menyimpang itu tidak dilakukan lagi. a SMK Negeri 2 Yogyakarta 1. Layanan Bimbingan Konseling Adapun program yang dilaksanakan Bimbingan Konseling di SMK Negeri 2 Yogyakarta sesuai dengan pernyataan SR salah satu guru BK, sebagai berikut: “…masing-masing dari bapak ibu BK dalam kegiatan memberikan layanan klasikal itu selalu mengadakan pembinaan baik itu terkait kenakalan remaja baik itu dengan teman dan lebih-lebih dari luar sekolah. Kalau lebih khusus lagi ada bimbingan kelompok untuk siswa yang memiliki kasus sama. Konseling kelompok kalau lebih kecil ya layanan individu. Perbedaan itu sifatnya perkasus. Kalau layanan rutin itu rutin karena dijadwalkan 2 jam per minggunya.” W SR, 03 Mei 2016 Hal serupa diungkapkan oleh AS, adalah sebagai berikut: “… ada bimbingan siswa sesuai dengan kejadian yang terjadi, bimbingan kelompok, semua anak anak ini diberi gambaran kenakalan-kenakalan yang terjadi saat ini harapannya agar anak-anak tersebut tidak terjerumus dalam tindakan kenakalan dan maksimalnya jangan jadi pelaku. Kegiatan dari BK itu bimbingan klasikal dan pendampingan dari anak-anak yang terkena itu. Setelah melakukan kesalahan itu harus didampingi degan tuntas kemudian akan dibimbing untuk menyadari kesalahaannya. Bimbingan yang dilakukan juga ada yang sifatnya kelompok ya, bimbingan kelompok dan 103 ditindak lanjut dengan konseling individu dan juga mediasi dengan guru. ” W AS,17 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat bahwa program yang dilakukan oleh BK berupa bimbingan baik individu maupun kelompok. BK juga dijadwalkan 2 jam perminggu sehingga BK bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk memberikan motivasi serta memberikan gambaran- gambaran tentang kasus kenakalan remaja. hal tersebut dilakukan oleh BK agar menjadi rambu-rambu bagi siswa agar tidak terjerumus. BK tidak terlibat dalam pemberian sanksi atau hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah. Hal tersebut disampaikan oleh SR, sebagai berikut: “BK itu menempatkan diri dalam memberikan pengarahan dan melakukan pembinaan, selain itu juga BK berfungsi sebagai motivator. Ketika terdapat pelanggaran tata tertib sekolah maka penanganan akan dilakukan oleh wali kelas, tim tatib, dan waka kesiswaan. Namun, jika perlu anak itu dibina maka diserahkan ke BK untuk selanjutnya dilakukan pembinaan dan pengarahan. Setelah itu, siswa membuat surat pernyataan secara tertulis.” W SR, 03 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa BK melakukan pembinaan, pengarahan, dan memotivasi siswa yang melakukan pelanggaran. Ketika terdapat siswa yang melakukan bentuk pelanggaran tata tertib guru BK akan memberikan pembinaan melalui surat pernyataan. 104 2. Pengembangan karakter SMK Negeri 2 Yogyakarta melakukan penanaman pendidikan karakter melalui Panca T 5 T, yaitu tepat waktu, tepat pakaian, tepat bicara, tepat belajar, dan tepat bekerja; adanya budaya 3 S senyum, sapa, salam; setiap pagi siswa dibiasakan dengan kedisiplinan, siswa setiap pagi harus berjabat tangan dengan guru saat memasuki lingkungan sekolah; menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan berdoa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Setiap pagi sembari berjabat tangan guru atau tim tatib mengontrol kedisiplinan siswa dan membudayakan berperilaku sopan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan AS, sebagai berikut: “setiap pagi Bapak dan Ibu guru menyalami anak-anak didepan, hal itu dilakukan untuk penanaman karakter agar siswa memiliki rasa sopan santun dan kedisiplinan. Didepan tidak hanya menyalami saja tetapi juga mengontrol kerapian seragam. Dari dasi, rambut, kalau yang perempuan make up, sepatu dan celana mbak. nanti kalau ada yang kurang rapi atau tidak sesuai akan disendirikan dan setelah masuk akan diberi peneguran dan pengarahan yang dilakukan oleh tim tatib”. W AS, 17 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa dalam penanaman nilai-nilai karakter dilakukan oleh semua warga sekolah. Pendidikan karakter dilakukan sebagai upaya penyadaran kepada siswa. Tim tatib yang bertugas bertujuan 105 untuk mengontrol siswa agar tertib dan disiplin ketika berada dilingkungan sekolah. b SMA Negeri 9 Yogyakarta 1. Layanan Bimbingan dan Konseling Bimbingan Konseling di SMA Negeri 9 Yogyakarta mempunyai program yang telah dilakukan untuk menananggulangi kenakalan remaja siswa. BK bertindak sebagai pencegahan agar anak tidak melakukan penyimpangan. Sesuai dengan pernyataan Ibu NH, sebagai berikut: “Programnya melakukan pembinaan yang dilakukan wali kelas setiap 2 minggu sekali. Mengingatkan siswa dengan metode ceramah dan tanya jawab. Melakukan pembinaan dengan cara konseling, konsultasi dan layanan pembinaan bagi yang bermasalah.”W NH, 16 April 2016 Hal lain yang medukung pernyataan di atas, diungkapkan oleh Bapak AR sebagai berikut: “programnya itu terintegrasi dengan program lain, kalau kasus kenakalan lebih utama yang dilakukan BK sendiri adalah pencegahan. Bimbingan klasikal yaitu guru BK masuk ke kelas dengan memberikan bimbingan-bimbingan kepada siswa, entah itu bimbingan dari keluhan-keluhan siswa atau misal yang kelas tiga itu lanjut kuliah dimana jadi sharing-sharing gitu dan ada juga pembinaan wali kelas setiap 2 minggu sekali. Tapi kan sekarang BK sudah tidak masuk ke kelas secara rutin”W AR, 25 April 2016 Pernyataan di atas dapat diketahui bahwa layanan BK dilakukan untuk pencegahan kenakalan siswa dan 106 pembimbing. Program yang dilakukan BK terintegrasi program lain yang dibentuk sekolah. kegiatan pembinaan BK dilakukan untuk mengingatkan siswa baik denganmetode ceramah atau Tanya jawab. BK bertugas untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sebagai pencegahan tindak kenakalan bukan memberikan hukuman kepada peserta didik. BK juga merupakan wadah konsultasi siswa dalam memilih program berikutnya setelah lulus. 2. Pengembangan pendidikan karakter SMA Negeri 9 Yogyakarta melakukan penanaman pendidikan karakter melalui budaya 3 S senyum, sapa, salam, setiap pagi siswa dibiasakan dengan kedisiplinan, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan berdoa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Terdapat kegiatan IMTAQ di hri Jumat yang dilakukan pada jam pelajaran ketiga dan empat. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu SE, sebagai berikut: “… pada hari jumat itu ada kegiatan IMTAQ dan dilaksanakan pada jam ketiga dan empat itu kegiatannya nanti dikelompokkan per agama masing- masing sebagai tameng agama. Kegiatan pramuka juga sebagai penanaman karakter siswa kegiatan wajib pramuka sebagai pengenalan tanggung jawab dan kedisiplinan.”W SE, 23 April 2016 Hal serupa diungkapkan oleh Bapak AR, sebagai berikut: 107 “program keagamaan IMTAQ. Pengoptimalan disiplin siswa dengan anak yang berpotensi dalam melakukan kenakalan itu di atasi sebelumnya dan berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan karakter siswa yaitu pendidikan berbasis seni dan budaya, hal ini bukan untuk kenaklan kita harap anak- anak mempunyai kepribadian yang baik. Ektrakurikuler wajib pramuka sebagai pengenalan tanggung jawab dan disiplin.”W AR, 25 April 2016. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa penanaman pendidikan karakter dilakukan dengan berbagai program yaitu dengan IMTAQ dan Ekstrakurikuler wajib pramuka. Penanaman nilai karakter dilakukan untuk menyadarkan peserta didik untuk bertanggung jawab dan disiplin. Penanaman karakter juga dilakukan pada jumat bersih dan karakter siswa dibentuk melalui pembiasaan sapa, senyum, dan salam. 3 Upaya Preventif Pencegahan Sekolah perlu melakukan upaya pencegahan agar bentuk- bentuk kenakalan remaja yang pernah terjadi tidak kembali lagi. Sekolah berupaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk memberikan kenyamanan terhadap siswa. Siswa akan merasa nyaman berada di sekolah ketika lingkungan sekolah indah dan memiliki fasilitas sekolah yang memadai. a SMK Negeri 2 Yogyakarta SMK Negeri 2 Yogyakarta merupakan sekolah yang berbudaya lingkungan dan berkarakter. Sehingga pihak sekolah 108 memanfaatkan tanah lapang disekitar sekolah kemudian dijadikan taman-taman yang hijau. Lingkungan SMK Negeri 2 Yogyakarta yang luas dan dibuat taman-taman di beberapa bagian membuat suasana sekolah asri, hal tersebut menyebabkan suasana belajar lebih kondusif dan menyenangkan. Sarana dan prasarana di SMK Negeri 2 Yogyakarta yang lengkap dan memadai mempermudah proses kegiatan belajar mengajar peserta didik. Lingkungan sekolah yang kondusif akan membuat peserta didik tidak merasa tertekan di dalam lingkungan sekolah. lingkungan sekolah yang kondusif, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta pendidik yang profesional akan membuat peserta didik merasa nyaman hal tersebut dapat mendorong untuk melakukan kegiatan yang positif. b SMA Negeri 9 Yogyakarta SMA Negeri 9 Yogyakarta merupakan sekolah berbasis seni dan budaya serta sekolah berwawasan lingkungan hidup. Sekolah memanfaatkan lahan kosong untuk penghijauan sehingga sekolah lebih terasa asri. Ketersediaan ruang kelas yang kurang menyebabkan proses kegiatan belajar mengajar kurang kondusif. Menurut AD ketersediaan ruang kelas yang kurang menyebabkan proses belajar mengajar terganggu karena 109 koordinasi saat moving class pernah tidak mendapat ruang kelas, sehingga terpaksa kegiatan belajar mengajar dilakukan di kantin. SMA Negeri 9 Yogyakarta sebagai sekolah berbasis seni dan budaya diperlihatkan pada setiap ruang dan lorong dihiasi corak batik karya siswa serta karawitan sebagai tanda pergantian jam pelajaran. Karya batik siswa yang dipamerkan dilobbi sekolah menambah dorongan siswa untuk lebih menyukai membatik. Mata pelajaran Seni Budaya yang lebih menonjolkan pada permainan musik Karawitan dapat menumbuhkan rasa kebudayaan. Hal tersebut merupakan nilai positif karena dapat menanamkan nilai kebudayaan serta peserta didik dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan membatik dan karawitan. b. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja 1. SMK Negeri 2 Yogyakarta SMK Negeri 2 Yogyakarta pernah mengalami permasalahan kenakalan remaja yang dikategorikan dalam tingkat berat bahkan kriminal. Namun, permasalahan tersebut sudah dapat ditanggulangi. Adapun jenis kenakalan yang sudah dapat ditanggulangi yaitu tawuran, memicu aksi tawuran, dan vandalisme. Berdasarkan hasil penelitian bahwa bentuk kenakalan siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta sekarang masih berada dikategori sedang bahkan ringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak RH, sebagi berikut: 110 “kasus kenakalan itu penyimpangan peraturan ya mbak, itu masih ada. Kategori kenakalannya pun tidak seperti dulu yang tawuran kasus kenakalannya lebih ke yang sedang bahkan ringan, ya sangat bersyukur dengan mempunyai peserta didik yang banyak masih dapat dikendalikan.”W RH, 02 Mei 2016 Hal lain juga sesuai dengan pernyataan di atas diungkapkan oleh Bapak SM, sebagai berikut: “masih, saya kira hampir semua sekolah itu masih ada kasus penyimpangan tapi dalam skala ringan. Memang ya dulu sekolah disini terlibat konflik jadi memicu tawuran tetapi sekarang sudah tidak ada tawuran yang terjadi ya kenakalan ringan seperti membolos, terlambat, mencontek, tidak disiplin seperti itu saja ya masih dalam kategori ringan.”W SM, 16 Mei 2016 Kasus kenakalan yang terjadi salah satunya kasus keterlambatan sekolah. Siswa terlambat dengan kurun waktu 10-20 menit, siswa yang terlambat datang kesekolah dengan berbagai alasan. Hal tersebut sesuai dengan data sebagai berikut: Tabel 16. Data Keterlambatan Siswa 3 Mei 2016 No. Nama Kelas Jenis Kelamin Alasan L P 1. MN X TP 1 Ban Bocor 2. ER X TP 1 Ngisi Bensin 3. TN XI TAV 1 Bangun Kesiangan 4. TF X TKJ 1 Bensin Habis 5. LN XII TGB 1 Nganter Ibu 6. AM XII TAV 1 Bangun Kesiangan 7. AR X TKR 1 Nunggu angkot 8. IA X TMM 1 Bangun Kesiangan 9. FDR XI TKR 1 Bangun Kesiangan Sumber: Dokumentasi Piket Pagi Berdasarkan hasil data keterlambatan siswa di atas diketahui bahwa siswa yang terlambat adalah kelas X dengan alasan keterlambatan bangun kesiangan. Namun, upaya penanggulangan 111 keterlambatan siswa ini belum optimal walaupun sudah ada sanksi yang diberikan. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak AS, adalah sebagai berikut: keterlambatan ini yang masih sulit diatasi mbak, karena terdapat perbedaan masuk kelas jadi ada siswa yang masuk pada jam 6.45 WIB dan ada juga yang masuk pada jam kedua”. W AS, 17 Mei 2016. Selain itu juga kenakalan siswa yang sering terjadi adalah siswa yang berpakaian tidak rapi seperti baju tidak dimasukkan. Hal ini terjadi saat siswa masih berada di dalam lingkungan sekolah pada saat jam belajar sekolah. Seperti yang peneliti lihat pada saat peneliti melakukan observasi di SMK N 2 Yogyakarta peneliti melihat ada siswa yang berpakaian tidak rapi. Seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 5. Siswa yang tidak memakai atribut lengkap dasi Gambar 6. Siswa yang tidak berpakaian rapi 112 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kasus kenakalan yang terjadi di SMK Negeri 2 Yogyakarta berbeda-beda setiap peserta didiknya. Adapun jenis kenakalan siswa yang masih terjadi di SMK Negeri 2 Yogyakarta diantaranya ikut geng, membolos, corat-coret vandalism , terlambat masuk sekolah, tidak berangkat tanpa ijin, merokok, tidak memakai dasi sesuai tingkat, tidak memakai sepatu hitam, tidak memakai seragam sesuai aturan, mencontek, model pakaian yang tidak formal, rambut gondrong, bergurau saat pelajaran, bermain HP saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, tidak mengerjakan tugas, tidak ikut kegiatan ekstrakurikuler wajib pramuka, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Hal ini tentunya memerlukan perhatian khusus dari sekolah agar tidak menjadi permasalahan yang serius. 2. SMA Negeri 9 Yogyakarta SMA Negeri 9 Yogyakarta masih terdapat kasus kenakalan yang dikategorikan sedang bahkan mendekati ringan. Berdasarkan hasil penelitian bentuk kenakalan yang terjadi tidak dalam kategori berat seperti tawuran, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak TR, sebagai berikut: “tindakan kenakalan itu secara praktis tidak ada, ada tetapi tidak seperti dulu. Tahun 2004 atau tahun 2005 itu SMA sini pernah terlibat tawuran sam SMA Muhamadiyah 1 hingga memakan korban. Mulai dari situ juga sekolah gencar dalam menghimbau peserta didik agar tidak terjadi hal seperti itu lagi. Kalau kenakalan sekarang itu ringan-ringan saja seperti membolos, 113 tidak disiplin dalam memakai seragam itu juga hanya beberapa.”W TR, 20 April 2016 Hal lain yang mendukung pernyataan di atas diungkapkan oleh Ibu NH, sebagai berikut: “permasalahan kenakalan masih ada hanya saja yang kenakalan- kenakalan ringan saja, kasus kenakalan tersebut tidak terjadi dilingkungan sekolah tetapi diluar jam sekolah. jarang kasus kenakalan terjadi di sekolah. kalau untuk bentuknya seperti bullying yang dijadikan lelucon atau gurauan, mengejek, menekan temannya, terus tidak disiplin dalam berpakaian dari baju tidak dimasukan, tidak pakai ikat pinggang, sepatu tidak warna hitam pada hari senin jadi tidak sesuai dengan peraturan sekolah.”W NH, 16 April 2016 Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kasus kenakalan yang terjadi di SMA Negeri 9 Yogyakarta sifatnya sedang bahkan ringan. Kasus kenakalan siswa yang sering terjadi adalah keterlambatan siswa masuk di kelas. hal tersebut sesuai dengan tabel dibawah ini: Tabel 17. Data Keterlambatan Siswa 18 April 2016 No. Nama Kelas Jenis Kelamin Alasan L P 1. AD XI IPS 1 Ban Bocor 2. DV XI IPA 1 Bangun Kesiangan 3. MR XII IPS 1 Bangun Kesiangan 4. RK XI IPS 1 Bensin Habis Sumber: Dokumentasi Piket Pagi Kasus keterlambatan siswa diatas adalah keterlambatan siswa dalam kurun waktu 15 menit. Ada beberapa siswa yang dilihat oleh peneliti pada saat observasi terlambat dalam kurun waktu dibawah 5 menit langsung diperbolehkan masuk ke dalam kelas. Kasus 114 kenakalan yang terjadi saat peneliti melakukan observasi pada hari Senin tanggal 18 April 2016 pada saat jam istirahat peneliti melihat ada siswa yang tidak memakai sepatu warna hitam. Hal tersebut terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 7. Siswa tidak memakai sepatu hitam pada hari senin Adapun jenis kenakalan remaja siswa di SMA Negeri 2 Yogyakarta yang masih terjadi diantaranya membolos, terlambat, bullying yang dijadikan lelucon atau gurauan untuk mengejek teman, terlambat masuk sekolah, tidak berangkat sekolah tanpa ijin, tidak disiplin dalam berpakaian seperti tidak memakai sepatu hitam pada hari senin; baju tidak dimasukan; serta tidak memakai ikat pinggang. Hal ini tentunya mendapat perhatian khusus dari sekolah agar tidak terjadi kasus kenakalan yang lebih berat. c. Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja 1. SMK Negeri 2 Yogyakarta Banyak faktor yang menyebabkan peserta didik terjerumus dalam perilaku menyimpang karena dipengaruhi faktor internal maupun eksternal. Misalnya keluarga, rasa ingin tahu yang tinggi, teman 115 sebaya, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak SR, sebagai berikut: “Yang pertama faktor keluarga, jika anak itu dari keluargayang harmonis maka anak juga akan berperilaku baik tetapi jika siswa yang latarbelakangya maaf keluarga brokenhome maka anak itu akan mencari perhatian di dalam dan diluar sekolah. Untuk faktor sekolah sendiri selama siswa mengikuti peraturan tata tertib tidak akan bermasalah. Masalahnya sekolah itu dibingkai dengan aturan tata tertib berangkat dari siswa yang berkeluarga harmonis akan mengikuti tata tertib jika dari yang kurang harmonis maka akan melanggar p eraturan sekolah.”W SR, 03 Mei 2016 Pernyataan lain yang mendukung pernyataan di atas, diungkapkan oleh Bapak AS sebagai berikut: “Kalau faktor itu ya lembaga sekolah sebagai lembaga pendidikan dan kekurangan itu pasti wajar ditambah lagi sekolah ini kan paling banyak jumlah peserta didiknya, jadi ya ada kepincangan. Kalau dari masing-masing individu itu kurang peduli misal unggah ungguh berkurang karena perkembangan teknologi dan komunikasi itu kadang penggunaannya negatif kurang adanya filter karena anak merasa sudah dewasa dan berfikir bahwa anak itu merasa dewasa dan sudah bebas itu membuat kontradiktif yang tidak bisa menguatkan generasi sekarang. Faktor keluarga yang brokenhome gitu biasanya kurang memperhatikan anaknya sehingga anak mencari perhatian dengan perilaku menyimpang. Alumni juga kadang ada yang berusaha menekan adik adik tingkatnya. ”W AS, 17 Mei 2016 Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja adalah faktor dari sekolah, faktor lingkungan, faktor keluarga, dan alumni. Walaupun tingkat kenakalan yang terjadi berada di dalam kategori ringan hingga sedang apabila dibiarkan akan meningkat dan menuju pada kenakalan dalam skala berat. Tentunya sekolah tidak menginginkan hal itu terjadi, sehingga 116 sekolah meminta agar semua warga sekolah mendukung dan ikut berperan serta. 2. SMA Negeri 9 Yogyakarta Kenakalan remaja merupakan tindakan penyimpangan yang mempunyai sebab-sebab tertentu. Kenakalan remaja tidak hanya terjadi dari dalam individu itu sendiri tetapi juga dari faktor luar termasuk lingkungan atau masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak AR, sebagai berikut: “faktor dari dalam diri mungkin kepribadian siswa yang ingin tahu itu sehingga mudah terpancing. Faktor dari luar ya seperti lingkungan anak tinggal, lingkungan keluarga. Tergantung siswa mengolah hal- hal tersebut.”W AR, 25 April 2016 Senada dengan pernyataan di atas, diungkapkan oleh Ibu NH adalah sebagai berikut: “penyebab terjadinya kenakalan paling utama lingkungan entah lingkungan tempat tinggal atau dalam lingkungan bergaul. Lingkungan pergaulan dengan teman, kondisi keluarga dirumah dimana orangtua yang tidak memberikan keharmonisan bagi anak. Apalgi kalau tempat tinggal anak saja tidak baik untuk pertumbuhan anak ditambah lagi dengan faktor keluarga yang bisa dikatakan kurang harmonislah, pasti mbak, anak atau siswa itu untuk melakukan tindak kenakalan itu sangat mudah.”W NH, 16 April 2016 Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa faktor eksternal sangat mempengaruhi perilaku menyimpang pada peserta didik. Faktor lingkungan keluarga yang kurang harmonis dapat memicu anak melakukan tindak kenakalan karena merasa kurang perhatian. Lingkungan pergaulan dengan teman juga menyebabkan perilaku menyimpang sehingga perlu adanya kesadaran dari dalam diri 117 peserta didik agar dapat menyaring dan mengontrol pengaruh- pengaruh yang di dapat dari faktor eksternal tersebut. d. Pelaksanaan Kebijakan Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja 1. SMK Negeri 2 Yogyakarta a Komunikasi Proses komunikasi yang berlangsung dalam implementasi penanggulangan kenakalan remaja di SMK Negeri 2 Yogyakarta antara pihak-pihak terkait yang terlibat yaitu Kepala Sekolah, Waka Kesiswaan, Waka Kurikulum, Waka Sarana dan Prasarana, Waka Humas, Pendidik dan peserta didik. Dalam proses komunikasi terjadi sosialisasi, sosialisasi tersebut ditujukan khususnya kepada peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan RH, sebagai berikut: “Sejak awal disaat siswa baru masuk kesini, orangtua juga diundang dan diberi pengarahan jadi terkait dari tata terib sekolah yang intinya itu bahwa nanti memberikan wacana atau gambaran sekolah di SMK Negeri 2 Yogyakarta itu seperti ini. Dan pada waktu MOS Masa Orientasi Siswa itu juga kembali diingatkan tentang peraturan tata tertib disekolah ini. Pada waktu siswa diterima disekolah ini siswa juga membuat pernyataan terkait mematuhi peraturan sekolah”. W RH, 02 Mei 2016 Hal tersebut senada seperti apa yang dinyatakan oleh SR, adalah sebagai berikut: “Siswa pertama diawal tahun harus mengisi formulir surat pernyataan yang di dalamnya terdapat pernyataan untuk tidak melanggar peraturan tata tertib sekolah. Dan pada saat MOS itu siswa-siswa diberikan sosialisasi terkait hal tersebut tentang peraturan bersekolah di SMK Negeri 2 Y ogyakarta”.W SR, 03 Mei 2016 118 Berdasarkan pernyataan tersebut komunikasi yang dilakukan dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMK Negeri 2 Yogyakarta adalah sosialisasi kepada peserta didik baru. Sosialisasi dilakukan pada saat MOS Masa Orientasi Siswa dengan memberikan gambaran dan peraturan di SMK Negeri 2 Yogyakarta. Selain itu, peserta didik baru wajib mengisi formulir berupa pernyataan untuk tidak melanggar peraturan tata tertib sekolah. Hal tersebut dilakukan pihak sekolah untuk memberikan rambu-rambu kepada peserta didik agar tidak melakukan tindakan menyimpang. Pelaksanaan bentuk kebijakan tidak terlepas dari kerjasama dan peran serta pada semua pihak. Penyampaian informasi kepada pihak- pihak terkait harus dilakukan agar tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai harapan. Dalam hal ini adanya dukungan dan keterlibatan aktif dari pelaksana kebijakan merupakan upaya dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. SMK Negeri 2 Yogyakarta membangun kerjasama dari berbagai pihak baik dari dalam maupun luar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak AS, sebagai berikut: “Komunikasi yang dilakukan ya dengan pihak disekolah ini, missal ada yang mengetahui siswa melanggar itu nanti ditegur atau dinasehati. Komunikasi dengan orangtua, tim budaya, Dinas dan kepolisian. Kita juga berkomunikasi dengan sekolah- sekolah lain di Kota.Dalam menanggulangi kenakalan tidak bisa jika hanya misal tim budaya saja yang menangani, semua warga sekolah ya ikut terlibat.”W AS, 17 Mei 2016 119 Bapak SM mengungkapkan bahwa komunikasi yang terjadi di semua pihak saling terjaga baik dari dalam maupun dari luar. Semua pihak terkait seperti Waka Kesiswaan, Tim Tata Tertib, ataupun BK, serta melibatkan semua warga sekolah dan orangtua W SM, 16 Mei 2016. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan dibutuhkan adanya komunikasi yang baik dari semua pihak. Sekolah menjalin kerjasama dengan pihak dalam sekolah maupun luar seperti kepolisian, orangtua, antar sekolah dan Dinas.Komunikasi yang dilakukan oleh pihak sekolah terus dilakukan agar tindak kenakalan dapat ditanggulangi. Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang membawahi sekolah melakukan kegiatan atau program dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. Dinas mengundang peserta didik yang berpengaruh untuk mangikuti diklat yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak SR sebagai berikut: “…Dinas memiliki program untuk mengatasi kenakalan siswa, yaitu mengundang siswa-siswa tertentu untuk mengikuti semacam diklat atau seminar di daerah tertentu. Ada juga semacam persahabatan dari SMA dan SMK se-Kota Yogyakarta istilahnya untuk mendamaikan.”W SR, 03 Mei 2016 Upaya penanggulangan kenakalan remaja siswa dilakukan sekolah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dengan berperan aktif untuk mengirim siswa yang diundang oleh Dinas pendidikan Kota Yogyakarta. Harapan sekolah setelah siswa mengikuti seminar atau 120 diklat tersebut peserta didik dapat berpengaruh dan mempengaruhi peserta didik yang lain dalam hal-hal yang positif. b Sumber Daya Sumber daya yang dimiliki SMK Negeri 2 Yogyakarta untuk mendukung implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa yang tersedia adalah sumber daya manusia, metode, sumber daya anggaran, serta sumber daya sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Pihak sekolah selalu memperhatikan sumber daya yang dimiliki seperti sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana, serta metode atau teknik yang digunakan dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak RH, sebagai berikut: “Sumber daya yang digunakan ya mbak, baik dari sumber daya manusianya, metode yang digunakan entah pembinaan ataupun peneguran, anggarannya untuk melaksanakan suatu kegiatan atau program biasanya pada program-program ekstrakurikuler,… selanjutnya sarana dan prasarana atau alatnya. Itu tidak bisa sumber daya yang digunakan berdiri sendiri-sendiri atau hanya satu saja apalagi SDM itu harus ada kerjasama namun juga tidak mengesampingkan sumber daya penunjangnya.”W RH, 02 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelengkapan sumber daya itu sangat dibutuhkan dalam proses implementasi suatu kebijakan. Sumber daya tidak dapat dimanfaatkan dengan baik apabila tidak ada sumber daya pendukung lainnya seperti anggaran serta sarana dan prasarana. Sumber daya manusia merupakan pelaksana kebijakan tersebut, yang terdiri dari Kepala 121 Sekolah, Waka Kesiswaan, Guru BK, Pendidik, dan Peserta didik. Sarana dan prasarana, serta metode teknik yang digunakan merupakan sumber daya penunjang implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa, seperti yang dijelaskan oleh Bapak SR, sebagai berikut: “…fasilitas pendukung disini setiap sudut-sudut sekolah dipasangi CCTV tujuannya memantau kegiatan-kegiatan yang berlangsung dilingkungan sekolah ngawekani ada penyimpangan mbak nantikan bisa tahu. Sistem gerbang tutup buka setelah bel tanda masuk itu juga metode dari pihak sekolah agar siswa tidak seenaknya kluyuran diluar lingkungan sekolah selama kegiatan pembelajaran disekolah berlangsung.”W SR, 03 Mei 2016 Pemantauan aktivitas warga sekolah selama berada di lingkungan sekolah menggunakan CCTV yang berada di ruang Kepala Sekolah. CCTV tersebut dipasang disetiap sudut sekolah, dan sebagai alat yang paling menunjang dalam memantau aktivitas siswa. Gambar 8. Pemantauan aktivas warga sekolah dengan CCTV 122 Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah seperti CCTV merupakan fasilitas penunjang dalam memantau kegiatan peserta didik didalam lingkungan sekolah. Sehingga, ketika ada bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa dapat langsung diketahui. Security yang berada di depan gerbang sekolah juga mempunyai peran penting dalam mengawasi siswa yang keluar lingkungan sekolah, mencatat dan meneliti surat izin siswa. Sekolah mendukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam program ekstrakurikuler yang bersifat positif dan mengembangkan bakat peserta didik. Usaha melengkapi sarana prasarana yang diperlukan pada setiap kegiatan ekstrakurikuler dilakukan oleh sekolah. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik dapat memanfaatkan waktunya dengan hal-hal yang positif. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak AS, sebagai berikut: “…anggaran dari APBD dan APBN atau dari siswa itu dimanfaatkan untuk kegiatan siswa juga, misalnya dalam ekstrakurikuler membutuhkan dana untuk program ini selagi itu positif sekolah mendukung. Ekstra juga untuk menanggulangi agar siswa tidak melakukan hal-hal yang negatif, yaa…setidaknya mengurangi mbak. Jadi siswa dapat menumbuhkan minat dan bakatnya dan juga memanfaatkan waktu luang dengan positif intinya itu.”W AS, 16 Mei 2016 Hal tersebut senada dengan pernyataan MN, adalah sebagai berikut: “Banyaknya pilihan ekstrakurikuler yang banyak jadi itu kita bisa mengisi waktu luang dengan mengikuti kegiatan ekstra. Pokonya sekolah itu mendukung kegiatan ekstra kok mbak program-programnya.Trus fasilitas juga mbak lengkap ada wifi jadi kita bisa saat istirahat gitu Googling nyari materi gitu.”W MN, 11 Mei 2016 123 Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, sekolah mendukung kegiatan-kegiatan yang ada pada program ekstrakurikuler yang positif. Sekolah memberikan fasilitas penunjang dan sarana serta prasarana yang lengkap dalam kegiatan siswa. Usaha sekolah dalam melengkapi sumber daya yang ada dan dimiliki SMK Negeri 2 Yogyakarta seperti manusia, metode, anggaran, serta sarana dan prasarana untuk menunjang proses implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. c Disposisi Sikap ketersediaan yang berkenaan terhadap pelaksana kebijakan dalam melaksanakan proses implementasi suatu kebijakan. Sikap komitmen dan konsisten sangat diperlukan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Respon positif dari berbagai pihak menunjukkan bahwa pihak terkait mendukung bentuk kebijakan yang dilaksanakan sekolah. hal tersbut sesuai dengan pernyataan Bapak NR, sebagai berikut: “…responya ya baik itu juga untuk kebaikan bersama. Saya sebagai seorang guru menempatkan diri tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai pamong. Sehingga memiliki kewajiban dalam mengawasi, menegur, dan mengarahkan peserta didik saat di lingkungan sekolah dan juga menanamkan kedisiplinan”.W NR, 13 Mei 2016 Hal lain yang mendukung pernyataan di atas, sesuai dengan pernyataan Bapak AW salah satu karyawan sekolah, sebagai berikut: 124 “Saya mendukung program-program yang dilakukan sekolah kan itu membawa nama baik sekolah kalau programnya bagus. …dukungannya itu seperti, kalau saya misalnya itu lihat atau mengetahui ada siswa yang melanggar peraturan ya nanti saya laporkan ke BK mbak.”W AW, 10 Mei 2016 Hal yang senada dengan pernyataan di atas, diungkapkan oleh VA, sebagai berikut: “Semua warga sekolah itu mendukung mbak dan responnya juga baik mendukung gitu. Tapi ya masih ada satu dua orang yang melanggar tapi tidak sadar-sadar. Kalau Saya tahu gitu mbak lapor keguru apa langsung ke BK biar segera ditangani tapi kadang- kadang saya juga menegur.”W VA, 11 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui bahwa, semua warga sekolah mendukung program-program yang dibuat sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. Keterlibatan langsung ditunjukkan dengan memberikan informasi terkait bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh peserta didik kepada pelaksana kebijakan. Respon yang baik dan mendukung tersebut memberikan dampak positif terhadap bentuk kebijakan yang dilaksanakan, sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai harapan. d Struktur Birokrasi Implementasi kebijakan akan menjadi efektif apabila terdapat efisien struktur birokrasi. Struktur birokrasi mencakup setiap unit- unit pelaksana kebijakan saling berhubungan serta bekerjasama. Perumusan kebijakan mengacu pada peraturan pemerintah, Wali Kota serta Dinas Pendidikan. Perumusan kebijakan di SMK Negeri 2 Yogyakarta sesuai dengan prosedur, pengelola sekolah menyusun 125 rencana program sekolah, kemudian koordinasi dengan komite sekolah terkait rencana tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak RH, yaitu: “Seluruh warga sekolah terlibat dalam perumusan kebijakan baik kepala sekolah, komite sekolah, pihak Dinas terkait, wakil kepala sekolah, pendidik, karyawan, dan orangtua siswa. Kebijakan sekolah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di sekolah,”W RH, 02 Mei 2016 Hal serupa juga diungkapkan oleh NR, bahwa: “Perumusan kebijakan sekolah itu dilihat dari kondisi yang ada disekolah. Itu biasanya dilakukan atau mengadakan rapat, pertama rapat kecil untuk selanjutnya rapat besar melibatkan elemen-elemen sekolah yang berhubungan langsung dengan masalah, seperti tim tatib atau BK.”W NR, 13 Mei 2016 Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa dalam perumusan kebijakan sekolah mengacu pada peraturan pemerintah dan melibatkan peran serta dari pengelola sekolah, guru, karyawan, pihak Dinas terkait, komite sekolah, dan orangtua siswa. Selain itu, keberhasilan dan perkembangan sekolah tidak terlepas dari peran serta orangtua siswa dalam mendukung kebijakan-kebijakan yang disusun oleh sekolah. Terkait struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa kaitannya dengan komunikasi baik dengan pihak di dalam lingkungan sekolah maupun dengan instansi luar sekolah, peneliti menanyakan kepada Waka kesiswaan RH dan SR. Bapak RH menyatakan: 126 “…sekolah itu mempunyai tim yaitu tim budaya, MPO, dan BK. Nah MPO menangani kegiatan siswa baik Osis maupun Ekstrakurikuler atau bersifat non akademis. Kedua tim budaya seperti tim tatib yang tugasnya menegakkan aturan kedisiplinan siswa. Terkait BK, BK itu tugasnya pembinaan atau sebagai konselor. Kerjasama lain diluar sekolah yaitu dengan jelas orangtua itu harus adanya saling komunikasi terus kepolisisan dan juga koramil. Dinas pendidikan sebagai orangtua sekolah ini, itu komunikasi terus. Dinas mempunyai program dalam membina karakter siswa dan mendamaikan siswa, jika disini ada siswa yang diundang ya sekolah akan mengirim anak tersbut. Selain itu kerjasama antar sekolah- sekolah di Kota Yogyakarta ini antar waka- waka.”W RH, 02 Mei 2016 Hal yang mendukung pernyataan di atas, diungkapkan oleh Bapak SR, sebagai berikut: “…semua warga sekolah dan tim budaya itu dari dalam, sedangkan dari luar kepolisian Kecamatan Jetis. BNK Kota dalam menanggulangi pencegahan terkait kenakalan dikhususkan narkotika. Laboratorium klinik untuk mengetahui diawal tahun pelajaran bagi kelas XI kemungkinan ada yang memakai dapat terjaring. Dan juga bentuk kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta setiap tahunnya ada semacam persahabatan nanti antar SMA dan SMK se-Kota Yogyakarta itu yang dilaksanakan oleh Dinas, namun tempatnya diluar Dinas. Itu yang diundang siswa yang memerlukan pembinaan dan yang dianggap dapat menjadi kader- kader untuk membawa informasi di sekolah.”W SR, 03 Mei 2016 Menurut RH dan SR pihak yang terkait berasal dari dalam lingkungan sekolah, yaitu Tim Budaya, MPO Majelis Pembina Osis, dan BK. Namun, keterlibatan aktif semua pihak warga sekolah dalam mendukung atau membantu tim tersebut. Sedangkan, dari pihak luar yang terkait berasal dari Kepolisian dan Koramil Kecamatan Jetis, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Sekolah- sekolah se-Kota Yogyakarta, laboratorium Klinik, dan BNK. 127 Dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa di SMK Negeri 2 Yogyakarta berjalan sesuai dengan tujuan sekolah, ada koordinasi dan kontrol dari pihak terkait. Selain itu terdapat dukungan dari pihak luar sekolah yang terkait dengan implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. 2. SMA Negeri 9 Yogyakarta a Komunikasi Menurut Bapak BS proses komunikasi penanggulangan kenakalan remaja dilakukan melalui sosialisasi pada waktu Masa Orientasi Siswa MOS. Sosialisasi berisi tentang peraturan tata tertib yang harus dipatuhi, jika melanggar peserta didik mendapat konsekuensinya. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak BS, sebagai berikut: “Diawal peserta didik diberitahu begitu diterima di hari tertentu dan dihari berikutnya pada saat daftar ulang pihak sekolah mengkomunikasikan pada saat Masa Orientasi Siswa MOS juga. Komunikasi berupa sosialisasi tentang tata tertib sekolah di SMA N 9 Yogyakarta kalau siswa bisa menerima itu menandatangani pernyataan nanti kalau melanggar itu ada konsekuensi kalau ada pelanggaran yang nantinya akan dikembalikan ke siswa yang bersangkutan.”W BS, 18 April 2016 Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak sekolah merupakan stategi dan upaya yang diterapkan dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa di SMA Negeri 9 Yogyakarta. Sosialisasi dilakukan secara berkelanjutan untuk mengingatkan peserta didik sehingga dapat 128 mengurangi tindak kenakalan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu NH, adalah: “Sosialisasi terhadap siswa khususnya peserta didik baru tentang peraturan tata tertib di SMA Negeri 9 Yogyakarta. Sosialisasi juga berlanjut pada setiap tahun ajaran baru yaitu diawal kelas X, XI, dan XII. Dikelas X itu sosialisasi dilakukan pada saat Masa Orientasi Siswa MOS. Soaialisasi itu dilakukan untuk mengingatkan lagi takutnya anak-anak lupa dan melanggar walaupun hanya hal kecil. Takutnya dari yang kecil itu tidak ditangani nanti jadi kebiasaan buruk untuk anak itu sendiri.”W NH, 16 April 2016 Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa SMA Negeri 9 Yogyakarta dalam mengkomunikasikan suatu kebijakan melalui sosialisasi kepada pelaku dan sasaran kebijakan. Sosialisasi dilakukan sebagai upaya sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja yang dilakukan pada saat siswa diterima di SMA Negeri 9 Yogyakarta saat Masa Orientasi Siswa MOS. Siswa diingatkan kembali terkait peraturan tata tertib sekolah bagi kelas XI dan XII melalui sosialisasi pada tahun ajaran baru. Stategi tersebut dilakukan sekolah untuk mengingatkan kembali agar tindak kenakalan tidak terjadi walaupun dalam skala ringan. b Sumber Daya Sumber daya yang efektif dan efisien dapat mendukung proses implementasi kebijakan sehingga proses tersebut dapat berjalan secara efektif pula. Sumber daya dalam proses implementasi kebijakan berwujud sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan sumber daya peralatan atau sarana prasarana. Sumber daya yang dimilik SMA Negeri 9 Yogyakarta berupa sumber daya manusia, anggaran, dan 129 peralatan. Sumber daya manusia yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan sesuai tugas dan fungsinya agar berjalan dengan tepat. Sumber daya manusia di SMA Negeri 9 Yogyakarta adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, guru BK, wali kelas, guru, dan peserta didik sebagai pihak terkait dalam menanggulangi kenakalan remaja. Hal tersebut sesuai dengen pernyataan TR, sebagai berikut: “sumber daya manusia semua ikut terlibat dari kepala sekolah, waka-waka kalau kasus kenakalan lebih dominan waka kesiswaan, guru BK sebagai pembimbing, guru mata pelajaran, wali kelas, karyawan, dan siswa. Semua dilibatkan dan melibatkan di ri dalam menanggulangi kenakalan remaja.”W TR, 20 April 2016 Hal yang mendukung pernyataan di atas diungkapkan oleh SE, sebagai berikut: “Sumber daya manusia di SMA Negeri 9 yogyakarta ini adalah semua warga sekolah kepala sekolah, waka kesiswaan, guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas, karyawan termasuk security , dan siswa. Terutama yang terlibat itu BK, kesiswaan, dan w ali kelas.”W SE, 23 April 2016 Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sumber daya manusia di SMA Negeri 9 Yogyakarta terdiri dari kepala sekolah, waka kesiswaan, guru BK sebagai pembimbing, guru mata pelajaran, wali kelas, karyawan termasuk security , dan siswa. Keterlibatan yang lebih banyak yaitu guru BK, waka kesiswaan, dan wali kelas. Semua warga sekolah berperan aktif dan mendukung 130 dalam proses implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. Selain sumber daya manusia dalam proses implementasi dibutuhkan juga sumber daya anggaran. Sumber daya anggaran dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu pogram yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka menanggulangi kenakalan remaja. Anggaran yang didapat yaitu dari APBN dan APBD, anggaran tersebut dapat dikeluarkan oleh pihak sekolah bila digunakan untuk kegiatan yang positif. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak BS, sebagai berikut: “…sekolah dapat memberikan dana untuk kegiatan siswa biasanya dalam kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan yang didanai itu juga harus yang bersifat positif. Dana tersebut diperoleh dari APBN dan APBD yang diterima sekolah. Sekolah memberikan dana dalam kegiatan itu untuk menunjang prestasi anak dibidang yang digelutinya dan memeberikan manfaat positif bagi anak itu sendiri maupun sekolah.”W BS, 18 April 2016 Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sumber daya anggaran di SMA Negeri 9 Yogyakarta berasal dari dana APBN dan APBD. Anggaran tersebut digunakan untuk program penanggulangan kenakalan remaja salah satunya kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini berfungsi sebagai wadah penyaluran bakat dan minat siswa. Harapan sekolah siswa dapat meraih prestasi melalui kegiatan ektrakurikuler di SMA Negeri 9 Yogyakarta. Sekolah memberikan dana kepada siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif. 131 Sumber daya manusia dan sumber daya anggaran penting dalam proses implementasi, tetapi sumber daya peralatan juga penting sebagai penunjang proses implementasi kebijakan sekolah. Sumber daya peralatan berupa sarana dan prasarana yang akan memudahkan proses implementasi kebijakan. Sarana dan prasarana dalam menunjang implementasi penanggulangan kenakalan remaja di SMA Negeri 9 Yogyakarta, BS menjelaskan sebagai berikut: “ada CCTV untuk memantau warga sekolah khususnya peserta didik, sehingga mengetahui kegiatan yang dilakukan. Pencatatan terhadap prestasi dan pelanggaran siswa dilakukan dengan menggunakan Sistem Komputerisasi berbasis Barcode. Sekolah ini berbasis budaya dan seni sehingga ada alat karawitan itu siswa dapat mengisi waktu luangnya.” W BS, 18 April 2016 Sarana dan prasarana penunjang menurut BS antara lain ada CCTV, komputer dan laptop sekolah, perangkat alat karawitan, dan ruang karawitan. Sarana prasarana yang dimiliki SMA Negeri 9 Yogyakarta memadai serta sarana penunjang penanggulangan kenakalan remaja sudah ada. c Disposisi Sikap komitmen dan konsisten sangat diperlukan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Ketersediaan dari pelaksana kebijakan dapat dilihat dari keterlibatan aktif pelaksana kebijakan dalam proses implementasi kebijakan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. Penerapan kebijakan penanggulangan kenakalan remaja di SMA Negeri 9 Yogyakarta, respon dari warga sekolah baik 132 dalam mendukung kebijakan sekolah. Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan penanggulangan kenakalan remaja sangat terlihat dan dirasakan oleh semua warga sekolah. Hal ini diungkapkan oleh Bapak TR: “untuk respon dari warga sekolah sangat baik dan mendukung, serta partisipasi aktif dalam melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan kenakalan siswa entah itu dari siswa maupun pendidik. Terkait dampak itu juga dirasakan oleh semua pihak, karena lebih merasa aman dan nyaman.”W TR, 20 April 2016 Respon siswa terhadap kebijakan penanggulangan kenakalan remaja baik. Siswa menjadi lebih nyaman dan aman saat berada dilingkungan sekolah. Sesuai dengan pernyataan wali kelas, Ibu SE bahwa siswa-siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta merespon positif dan mendukung. Dukungan yang dilakukan siswa dengan menegur teman yang melakukan tindakan penyimpangan disekolah W SE, 23 April 2016. Sependapat dengan Ibu SE, diungkapkan pula oleh DV yaitu, responnya mendukung karena ini juga untuk kebaikan bersama. Mendukungnya itu kalau ada teman yang ingin melakukan kenakalan itu ditegur kalau tidak berani nanti bilang ke guru BK W DV, 28 April 2016. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa respon dari warga sekolah mendukung dan ikut berpartisipasi aktif. Hal tersebut ditunjukan ketika terdapat peserta didik yang akan melakukan tindak penyimpangan maka teman atau guru akan menegur. 133 Mengingat kebijakan penanggulangan kenakalan remaja memberikan dampak yang baik serta menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, aman, dan nyaman. d Struktur Birokrasi Terjalinnya hubungan dari pihak-pihak terkait baik dari luar maupun dari dalam lingkungan sekolah, akan mempermudah proses implementasi kebijakan. Peraturan dan program sekolah dibuat dengan didasarkan landasan hukum. Dasar hukum dalam pembuatan kebijakan di SMA Negeri 9 Yogyakarta adalah Undang-undang SisdikNas, Keputusan Menteri pendidikan dan kebudayaan, Peraturan Wali Kota Yogyakarta, serta Visi dan Misi sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak BS adalah: “perumusan kebijakan dibuat atas kesepakatan bersama semua pihak. Dalam pembuatannya sekolah mempunyai acuan terutama tujuan pendidikan nasional, keputusan menteri, peraturan walikota, dan juga dinas pendidikan. Perumusan kebijakannya juga disesuaikan dengan visi dan misi sekolah agar tujuannya dapat berjalan baik. Kebijakan yang dibentuk melibatkan semua pihak baik g uru maupun siswa.”W BS, 18 April 2016 Perumusan kebijakan sekolah di SMA Negeri 9 Yogyakarta berlandaskan peraturan pemerintah, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, serta disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Koordinasi dilakukan dengan mengadadakan rapat secara bersama pihak Dinas, komite sekolah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan orangtua siswa untuk membahas program yang akan dibentuk. Hal 134 ini dilakukan agar semua pihak turut serta bertanggung jawab dalam mengembangkan sekolah. SMA Negeri 9 Yogyakarta dalam pelaksanaan implementasi kebijakan penanggulangan kenakalan remaja menjalin kerjasama dari berbagai pihak. Kerjasama yang dibangun dari berbagai pihak terkait baik internal maupun eksternal. Kerjasama dari dalam yaitu dengan warga sekolah, sedangkan relasi yang dibangun dari luar seperti KUA, Kepolisian, serta Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Sesuai dengan pendapat Bapak BS, sebagai berikut: “iya, dari kepolisian memberikan penyuluhan , dari KUA untuk menghindari pernikahan dini,dari psikologi jadi program psikologi UGM itu sudah kerja sama dengan BK SMA N 9.”W BS, 18 April 2016 Hal lain diungkapkan oleh SE adalah: “sekolah itu menjalin kerjasama dengan kepolisian, psikologi UGM, KUA. Selain itu kerjasama antar sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta ini antar waka-waka. Kerjasama dengan masyarakat sekitar sekolah dan juga orangtua siswa.”W SE, 23 April 2016 Berdasarkan pernyataan di atas relasi yang dibangun oleh SMA Negeri 9 Yogyakarta adalah kepolisian setempat, KUA, Psikologi UGM, antar Waka Kesiswaan se-Kota Yogyakarta, Masyarakat sekitar sekolah, dan orangtua. Apabila kerjasama yang dibangun dapat berpartisipasi aktif dan saling menjaga komunikasi maka kebijakan penanggulangan kenakalan remaja akan terlaksana dengan baik. 135

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Implementasi Kebijakan