Pengalaman persahabatan antarumat beragama

244 Kelas XII SMA berusaha untuk menjalin kerja sama dalam persaudaraan yang sejati, karena cita-cita semua agama sebenarnya sama, yaitu keselamatan manusia. Dalam Kitab Suci kita dapat menyaksikan bahwa semasa hidup-Nya, Yesus senantiasa menyapa dan bersahabat dengan siapa saja apa pun keyakinan dan agamanya. Ia menyapa dan berdialog dengan wanita Samaria, menolong perwira Romawi dari Kapernaun yang hambanya sakit serta mendengarkan permohonan wanita Siro- Fenesia yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Yesus tidak mempersoalkan agama tetapi belas kasih dan persaudaraan. Konsili Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetates Art. 1 dan 2 mengatakan bahwa kita hendaknya menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebab dalam agama-agama itu terdapat pula kebenaran dan keselamatan. Kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam persaudaraan yang sejati demi keselamatan manusia dan bumi tempat tinggal kita ini. Dalam kegiatan pembelajaran ini, para peserta didik dibimbing untuk sungguh memahami dan menghayati makna dan hakikat persaudaraan sejati melalui kerja sama yang baik dengan umat beragama lain di seluruh aspek kehidupan untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan bersama. Kegiatan Pembelajaran Doa Pembuka Allah Bapa di Surga, PutraMu Yesus Kristus mengajarkan kepada kami, untuk mencintaiMu sepenuh hati dan mencintai sesama seperti diri sendiri. Bimbinglah kami dengan daya Roh-Kudus-Mu, supaya ajaran mulia itu semakin terwujud nyata, dalam hidup bersama sebagai saudara. Berkatilah kami, agar makin bersatu dalam kasih persaudaraan. Berkatilah kami, agar makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Berkatilah masyarakat dan bangsa kami, agar mengutamakan persaudaraan sejati, kesejahteraan bersama dan persatuan Indonesia. Bunda Maria, doakanlah kami yang dihimpun dalam nama PutraMu, Tuhan kami Yesus Kristus, pengantara kami. Amin. Langkah Pertama: Menggali Pemahaman tentang Membangun Persaudaraan Sejati, Melalui Kerja Sama Antarumat Beragama

1. Mengamati Pengalaman persahabatan hidup di masyarakat

a. Pengalaman persahabatan antarumat beragama

Guru mengajak peserta didik menyimak kisah berikut ini. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 245 Kontingen MTQ Banten tinggal di wisma keuskupan Amboina Upaya menghargai keberagaman sebagai wujud toleransi antarumat beragama ditunjukkan Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC dengan menampung kailah kontingen Musabaqah Tilawatil Quran MTQ asal Provinsi Banten di kediamannya di Kawasan Batu Gaja, Ambon. Anggota kailah yang menempati wisma Keuskupan Amboina dari Provinsi Banten di antaranya adalah Wakil Ketua DPRD Kabupaten Banten, Asisten III Pemkab Banten, Rektor Universitas Tirta Yasa Banten, Prof Dr Hidayat, dan belasan anggota kailah lainnya. Saat ditemui di Keuskupan Amboina, Kamis 762012 pagi, sejumlah anggota kailah tengah menikmati sarapan pagi bersama Uskup Mandagi, suasana hangat penuh kekeluargaan terlihat jelas saat para anggota kailah dan uskup duduk semeja memulai sarapan pagi. Uskup mengatakan, apa yang dilakukannya merupakan wujud tanggung jawab moral sebagai anak bangsa untuk terus memupuk tali persaudaraan antarsesama umat beragama. Baginya, selain ingin menghargai pelaksanaan MTQ yang sarat makna keagamaan, apa yang dilakukan merupakan bentuk dukungan nyata umat Katolik di Maluku terhadap suksesnya MTQ tingkat nasional ke XXIV di Kota Ambon. “Saya bersyukur sekali. Inilah wujud tanggung jawab moral umat Katolik di Maluku dalam mendukung dan menyukseskan MTQ di Kota Ambon,” kata Uskup Mandagi seperti dilansir kompas.com. Uskup mengakui, jauh sebelum kedatangan para kailah, dirinya telah meminta izin dari ketua panitia MTQ untuk menempatkan sebagian anggota kailah di Keuskupan. ”Saya meminta kepada ketua panitia agar ada anggota kailah yang ditempatkan di Keuskupan dan saya jamin mereka,” ungkapnya. Asisten III Kabupaten Banten Uetik, yang juga salah satu anggota kailah, mengatakan sangat senang dan bahagia dapat menempati Keuskupan. Ia pun mengaku bangga bisa ditempatkan di Keuskupan. Uetik bahkan mengungkapkan, toleransi antarumat beragama di Banten benar-benar dirasakannya di Kota Ambon. ”Ini sesuatu hal yang sangat unik yang sulit ditemukan di manapun. Saya sangat senang dan tidak ada kekhawatiran sedikit pun,” ujarnya. Uetik mengatakan, saat ini ada 15 orang yang tinggal di Keuskupan dan akan bertambah karena sejumlah anggota kailah asal Banten, termasuk Bupati Banten, juga direncanakan akan menginap di Keuskupan. “Nanti sebentar ada tambahan lagi, kemungkinan besar Pak Bupati juga akan menginap di sini,” tuturnya. Sumber: http:indonesia.ucanews.com20120607kontingen-mtq-banten-tinggal-di-wisma- keuskupan-amboina. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014 246 Kelas XII SMA

b. PendalamanDiskusi