Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 301
Negara, kita umat Katolik harus memahami benar panggilan kita supaya kita ikut mengembangkan serta menghadirkan damai sejahtera Allah dalam pembangunan
bangsa dan negara berdasarkan semangat hukum kasih yang merupakan warta dan karya Yesus Kristus, tokoh sentral iman kita.
Kegiatan Pembelajaran
Guru mengajak peserta didik untuk mengawali kegiatan pembelajaran dengan doa:
Doa Pembuka
Allah Bapa penyayang kehidupan, kami bersyukur boleh mendiami tanah air Indonesia dengan segala keragaman dan kekayaan alamnya.
Kami bersyukur bahwa Engkau menyertai perjalanan bangsa dan negara kami. Bantulah kami agar dari hari ke hari kami semakin bersatu hati
mewujudkan kesejahteraan umum. Terangilah hati dan budi kami agar tidak berpandangan sempit memperjuangkan kepentingan kelompok dan
golongan sendiri. Demi Kristus, yang mengasihi semua orang dan telah wafat menebus dosa manusia, dalam persekutuan Roh Kudus, hidup kini
dan sepanjang masa. Amin.
Langkah Pertama: Menggali Pengalaman Keterlibatan Umat Katolik dalam Pembangunan bangsa dan negara.
1. Menyimak cerita
Guru mengajak peserta didik untuk menyimak cerita berikut ini.
Menggulati Masyarakat Nelayan
Kampung Laut adalah sebuah permukiman nelayan di antara hutan bakau di kawasan Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Daerah
tersebut berada di antara Pulau Nusakambangan dan Cilacap daratan. Tahun 1973, ketika Pastor Carolus mengunjunginya untuk pertama kali hingga tahun
’80-an, permukiman tersebut berupa rumah-rumah panggung di atas perairan. Kondisi lingkungan yang tidak manusiawi menyebabkan masyarakat rentan
terhadap berbagai penyakit.
Kemunculannya di Kampung Laut pada minggu kedua September 1973 itu terus berlanjut. Ia datang dengan membawa perawat, dokter, beserta obat-obatan
untuk merawat yang sakit. Di waktu lain, ia membawa itik, kambing, dan juga babi. Ia membangun tambak udang yang kemudian ditiru orang lain. Ia hadir
302 Kelas XII SMA
juga sebagai ’mantri’ ternak yang menyuntik kambing yang sakit. Ia mengajak anak-anak Kampung Laut bersekolah di Kawunganten, kota kecamatan dan
menyediakan asrama bagi mereka. ”Karena masyarakat belum mengenal budaya pendidikan, maka kami menanggung semua biaya pendidikan anak-anak ini
hingga soal pakaian dan makanan. Semua gratis,” tandas Pastor Carolus. ”Kalau kita ingin mengasihi, kita ingin memberi yang terbaik, dan yang terbaik
adalah pendidikan,” tegasnya.
Untuk sebagian besar karya sosialnya, Pastor Carolus menggunakan bendera Yayasan Sosial Bina Sejahtera YSBS yang dibentuk pada 12 Maret 1976.
Misionaris kelahiran Irlandia, 8 April 1943 ini juga menggelar proyek-proyek padat karya, seperti membangun jalan antar-rumah panggung. Upaya ini kemudian
mendorong penduduk Kampung Laut mengurug menimbun permukiman mereka sehingga akhirnya, tahun ’80-an, permukiman ”mengapung” itu menjadi
daratan. Sekarang praktis tidak ada lagi rumah panggung di atas perairan di Kampung Laut.
Memintas jalan
Dua karya pastoral nelayan Pastor Carolus yang aktual adalah proyek pembuatan jalan serta pelayanan bagi anak-anak nelayan. Tentu hal tersebut bukan berarti
mengecilkan karya-karya lain, seperti tanggap daruratnya atas peristiwa tsunami di Pantai Selatan Jawa Tengah bagian barat hingga Pangandaran di Jawa Barat.
Kampung Laut yang telah menjadi darat, pada awalnya hanya bisa dijangkau lewat jalur perairan dengan perahu. Baik dari Kota Cilacap, dari Kawunganten maupun
dari Kalipucang Pangandaran. Pastor Carolus merintis dibangunnya jalur darat untuk menjangkau berbagai desa di kawasan Segara Anakan. Pembangunan
jalan itu, termasuk di desa-desa terpencil lain di Kabupaten Cilacap di luar Kampung Laut, praktis masih berlangsung hingga 30 tahun lebih Pastor Carolus
berkarya. Dari laporan yang ada, dalam enam bulan terakhir telah dibangun jalan mencapai hampir 50 kilometer dengan rincian 20.462 meter pembuatan jalan
baru pengerasan, 3.725 meter rehabilitasi atau perbaikan jalan, 4.762 meter pemberian sirtu, dan 20.274 meter pembuatan badan jalan. Semua mencakup 30
desa. Badan jalan baru yang dibangun memiliki lebar delapan meter sementara lebar untuk pengerasan jalan dengan batu belah antara tiga-lima meter. Badan
jalan yang dibuat difungsikan juga sebagai tanggul. Dalam proyek pengerasan jalan, pihak yayasan hanya mendrop material.
Sementara masyarakat setempat menata batu-batu tersebut. ”Saya tidak mau mematikan gotong royong tapi memupuknya. Kami kasih batu, rakyat yang
memasang bersama, termasuk ibu-ibu. Mereka bangga membuat jalan mereka sendiri,” paparnya. Menurut hasil penelitian ahli dari Bank Pembangunan Asia
ADB, hal penting untuk memberantas kemiskinan adalah infrastruktur jalan dan irigasi. ”Kalau itu ada, bisa memberi pekerjaan kepada orang banyak,” katanya.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 303
Ia memberi contoh, sebelum dibangun jalan dan jembatan Desa Ciberem- Karanganyar, seorang guru yang mengajar di Karanganyar harus mengeluarkan
Rp 5.000 setiap hari untuk ongkos perahu. ”Setelah jembatan penghubung dua desa itu dibangun, ia tidak mengeluarkan uang lagi,” katanya. ”Sesudah
jalan, tiang listrik juga masuk Karanganyar. Tiang listrik dibawa masuk karena ada jalan,” tambah Pastor Carolus. Ciberem adalah desa-darat di Kecamatan
Kawunganten sementara Karanganyar merupakan bagian Kampung Laut yang dulu hanya bisa dijangkau dengan perahu.
Pendidikan menyeluruh
Setahun terakhir, bekerja sama dengan Christian Children Fund CCF, YSBS memberikan perhatian pada anak-anak nelayan Kampung Laut. Sebelumnya,
dan sebagian masih berlangsung sekarang, kerja sama karya yang memberikan perhatian pada pendidikan dan kesehatan anak tersebut berada dalam lingkungan
masyarakat petani. Menurut Ketua YSBS, Y. Saptadi, program ini akan menangani 1.500 anak Kampung Laut, dari balita sampai usia sekolah 7-16
tahun. ”Sementara ini baru menangani sekitar 1.200 anak di Desa Panikel dan Karanganyar,” kata Saptadi.
Program ini mengasuh satu anak dalam satu keluarga. Tetapi, akhirnya, karena masalah kesehatan dan pendidikan anak menyangkut banyak aspek, kehidupan
keluarga serta lingkungan si anak juga mendapat perhatian. Pastor Carolus berharap, sekitar 4.000 anak Kampung Laut akhirnya akan tersentuh program
ini. Menurut Saptadi, tantangan terberat program di Kampung Laut adalah pengadaan air bersih. ”Karena kesehatan anak dan keluarga membutuhkan
sumber air bersih.” Sejauh ini, sumber air bersih didapat dari air hujan atau mata air di Pulau Nusakambangan. Untuk yang terakhir, penduduk harus
mengambilnya dengan perahu.
SutriyonoMaretta PS http:www.hidupkatolik.com20130917
2. Diskusi