Mendalami ajaran Gereja 1 Menelusuri ajaran Gereja

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 181 b. Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria sumur Yakob. c. Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat-istiadat maupun agamanya. Dalam praktek hidup sehari- hari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dan orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli Yahudi, tetapi setengah kair. Akibatnya, mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan curiga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria dan menerimanya. Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun perempuannya sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama, perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapa pun untuk bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk sukugolongan tertentu, tetapi untuk semua orang.

b. Mendalami ajaran Gereja 1 Menelusuri ajaran Gereja

Setelah mendalamai pesan Kitab Suci, guru mengajak peserta didik untuk menyimak dan mendiskusikan ajaran Gereja berikut ini: “Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata: “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” 1Yoh 4:8. Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak-hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik diantara bangsa-bangsa bukan 182 Kelas XII SMA Yahudi” 1Ptr 2:12, dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang [13] , sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi putera Bapa di sorga”. NA.5 Sifat kebersamaan panggilan manusia dalam rencana Allah Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” Kis 17:26. Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri. Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama: “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini: Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” Rom 13:9-10; lih. 1Yoh 4:20. Menjadi makin jelaslah, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu. Bahakan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” Yoh 17:21-22, dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akalbudi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikandirinya” GS.24

2 PendalamanDiskusi

a Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan- pertanyaan berdasarkan teks ajaran Gereja yang telah dibacanya. b Guru mengajak peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok, dengan panduan pertanyaan-pertanyaan berikut: • Apa pesan ajaran Gereja dalam Nostra Aetate NA artikel 5 diatas? • Apa pesan ajaran Gereja dalan Gaudium et Spes GS artikel 24 diatas? • Apa sikap umat kristiani yang diharapkan? Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 183

3 Peneguhan

Guru memberikan penjelasan setelah mendapat jawaban dalam diskusi dengan peserta didik, misalnya sebagai berikut: Sikap Yesus harus menjadi sikap setiap orang Kristiani, maka perlu diusahakan, antara lain: a Sikap-Sikap yang Bersifat Mencegah Perpecahan Upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan menghapus semangat primordial dan semangat sektarian dengan menghapus sekat-sekat dan pengkotak- kotakan masyarakat menurut kelompok-kelompok agama, etnis, dll. b Sikap-Sikap yang PositifAktif • Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama. • Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis, dan dinamis. • Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur, dan sejahtera. • Mengusahakan tata kehidupan yang adil dan beradab. • Mengusahakan kegiatan dan komunikasi lintas suku, agama, dan ras.

2. Menghayati keberagaman dan Persatuan