196 Kelas XII SMA
murid-murid Kristus pula.” Artinya bahwa Gereja tampil di dunia dan masyarakat sebagai tanda dan sarana keselamatan. Gereja hadir sebagai
sakramen keselamatan bagi dunia dan masyarakatnya.
2 Kita perlu memberikan pertanggungjawaban iman Katolik di tengah- tengah kehidupan yang konkret. Pertanggungjawaban iman itu di mana
saja kita berada, entah di sekolah sebagai pelajar, di masyarakat sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, pertanggungjawaban iman
dalam konteks kehidupan yang nyata dengan segala persoalan yang ada. Misalnya kita ikut ambil bagian secara aktif dalam membangun
kehidupan yang damai sejahtera serta bersatu sebagai anak-anak Allah dalam memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang diangerahkan Allah
semua manusia serta alam lingkungan.
3 Dasar pertanggungjawabannya adalah iman akan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan semua orang, tanpa pandang bulu agama, suku,
rasa, ideologi, kebudayaan dan latar belakang apa pun. St. Paulus berkata, ”kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia
sudah nyata” Titus 2:11. Allah menyelamatkan semua orang dan semua manusia, maka Gereja Katolik harus sungguh menjadi sakramen
keselamatan dengan perkataan dan perbuatan, melalui pergulatan dan usaha pembebasan manusia, pembebasan sepenuhnya dan seutuhnya
bagi semua orang, terutama mereka yang miskin dan terlantar.
4 ”Damai di dunia ini, yang lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah
Bapa” GS 78. Dasarnya adalah peristiwa salib. Yesus Kristus, Putera Allah, telah mendampaikan semua orang dengan Allah melalui salib-
Nya. Karenanya, semangat perdamaian dalam ajaran Gereja Katolik tidak pernah bisa dilepaskan dari peristiwa salib Kristus. Umat Kristiani
dipanggil dan diutus untuk memohon dan mewujudkan perdamaian di dunia.
3. Upaya Gereja Katolik untuk Membangun Perdamaian dan Persatuan Bangsa Indonesia.
a. Mengamati peran Gereja Katolik dalam upaya menciptakan perdamaian dan persatuan
Setelah peserta didik memahami ajaran Gereja Katolik tentang pentingnya membangun perdamaian dan persatuan antaranak bangsa, guru mengajak
peserta didik untuk membaca artikel berikut ini.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 197
Uskup Amboina: Berpekiklah, Maluku Sudah Damai Sekarang
AMBON, KOMPAS.com - Uskup Diosis Amboina, Mgr PC. Mandagi, menyerukan orang Maluku harus memanfaatkan perayaan Hari Perdamaian
Dunia untuk memekikkan bahwa daerah Maluku benar-benar sudah damai. “Momentum strategis untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Maluku
sudah damai dan bertekad memelihara kedamaian abadi sehingga tidak
terjadi konlik komunal sebagaimana pada 19 Januari 1999,” katanya, di Ambon, Rabu. Pekik kedamaian itu, katanya, seharusnya juga direalisasikan
dengan menerapkan rasa keadilan dalam berbagai sektor kehidupan.
“Jangan damai hanya di bibir, diucapkan, atau disosialisasikan, tapi realisasinya hanya sesaat atau demi kepentingan tertentu sehingga mubazir
kembali,” katanya. Oleh karena itu, orang Maluku harus bangga karena kota Ambon dipercaya sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia
dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Rasanya damai di hati dan di bumi Maluku terealisasi bila kita hidup dalam bingkai budaya
’pela dan gandong’ sebagai warisan leluhur yang menjunjung tinggi jalinan kehidupan antarumat beragama,” ujarnya. Dia juga menyerukan orang
Maluku agar siap memerangi warga sendiri yang sering bertindak sebagai provokator untuk memperkeruh stabilitas keamanan hanya karena tergiur
uang atau kepentingan kekuasaan sesaat.
“Saya mengindikasikan ada juga oknum pemimpin agama, elite pejabat, elite politik, elite TNIPolri, dan elite pemuda yang sering melakukan tindakan
tidak terpuji yang memperkeruh stabilitas keamanan,” katanya. Ia mengajak semua komponen bangsa di Maluku agar bangga karena dipercaya untuk
pertama kalinya di Indonesia sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia. “Disemangati budaya hidup sebagai orang basudara ternyata mampu
berdamai dengan cepat dan menganulir apa yang diperkirakan banyak orang
bahwa konlik komunal di daerah ini berlangsung satu atau dua abad,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan Provinsi Maluku, khususnya Kota Ambon, merupakan
contoh sukses daerah yang dengan cepat membangun perdamaian setelah dilanda konlik sosial. “Maluku 10 tahun pasca konlik sosial telah
memperlihatkan pada dunia dengan adanya suasana yang kondusif, aman, dan siap melaksanakan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan akibat
konlik sosial yang terjadi pada masa lampau,” katanya. Menurut dia, keberhasilan tersebut membuat Maluku khususnya Kota Ambon pantas
mendapat kehormatan sebagai daerah yang pertama kali menjadi tempat peringatan Hari Perdamaian Dunia di Indonesia. Penyelenggaraan peringatan
198 Kelas XII SMA
Hari Perdamaian Dunia ini sekaligus menjadi sebuah pekik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta warga Maluku kepada masyarakat dunia
internasional bahwa provinsi ini sekarang sudah aman dan damai.... “.
Sumber: Kompas.com, Rabu, 25 November 2009
b. PendalamanDiskusi