Mendalami realitas kehidupan 1 Menggali fakta perjuangan perdamaian dan Persaudaraan sejati

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 107

c. Menghayati Kejujuran dalam hidup sehari-hari

1 Releksi

Guru mengajak peserta didik untuk membuat sebuah releksi tentang pentingnya berperilaku jujur dalam hidup sehari-hari, baik dari segi kata-kata maupun dari segi perbuatan. 2 Aksi Guru mengajak peserta didik untuk mengembangkan sikap jujur mulai dari rumah atau keluarga; dalam relasi, komunikasi dengan orangtua, kakak, adik, dan orang lain dalam rumah. Sikap jujur juga dikembangkan dalam pergaulan di lingkungan sekitar, dengan teman-teman baik di lingkungan tetangga maupun di lingkungan sekolah. Sikap jujur di sekolah misalnya tidak menyontek, tidak mencuri barang-barang milik teman.

4. Memperjuangkan Perdamaian dan Persaudaraan Sejati

a. Mendalami realitas kehidupan 1 Menggali fakta perjuangan perdamaian dan Persaudaraan sejati

a Guru mengajak peserta didik untuk mengamati kasus-kasus pertikaian, kerusuhan, peperangan dalam hidup masyarakat, negara, atau di dunia internasional. Peserta didik diminta untuk menyebutkan beberapa fakta ketidakdamaian itu. b Guru mengajak peserta didik untuk menyimak kisah berikut ini. Doa Perdamaian di Vatikan “Paus Fransiskus menyambut presiden Israel dan presiden Palestina di Vatikan pada Minggu malam 8614 untuk pertemuan doa yang belum pernah terjadi sebelumnya, “Doa untuk Perdamaian.” Patriark Konstantinopel, Bartholomeus I, bergabung dengan tiga pemimpin itu untuk berdoa bagi perdamaian di Tanah Suci dan di seluruh Timur Tengah. Saya sangat berterima kasih kepada Anda untuk menerima undangan saya untuk datang ke sini dan bergabung dalam doa memohon karunia perdamaian dari Allah. Ini adalah harapan saya bahwa pertemuan ini akan menandai awal dari sebuah perjalanan baru dimana kita mencari hal-hal yang menyatukan guna mengatasi hal-hal yang memecahbelah,” kata Paus Fransiskus pada 8 Juni di taman Vatikan. Paus telah mengeluarkan undangan pada perjalanan terakhir ke Tanah Suci pada akhir Mei lalu. Kedua presiden tersebut dengan cepat menerima undangan itu. Presiden Shimon Peres dan Presiden Mahmoud Abbas tiba secara terpisah untuk bertemu dengan Paus Fransiskus secara pribadi di Wisma Casa Santa Marta. 108 Kelas XII SMASMK Tiga pemimpin itu akhirnya bertemu dan bergabung dengan Patriark Bartholomew I sebelum melanjutkan ke taman Vatikan untuk “Doa bagi Perdamaian.” Doa malam itu diadakan secara berurutan — Yahudi, Kristen, dan Islam. Doa tersebut ditawarkan dalam bahasa Ibrani, Inggris, Italia, dan Arab, memuliakan Tuhan sebagai penciptaan, memohon pengampunan dosa, dan meminta karunia perdamaian. Doa-doa itu diambil dari mazmur, sebuah doa dari pelayan Hari Atonemen Penebusan Yahudi, doa dari St. Fransiskus Assisi, dan beberapa doa Islam. Setelah doa, Paus Fransiskus, Presiden Israel Shimon Peres, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas masing-masing berbicara singkat tentang pentingnya perdamaian. “Pertemuan doa ini bagi perdamaian di Tanah Suci, di Timur Tengah dan di seluruh dunia bersama orang-orang yang tak terhitung jumlahnya dari berbagai budaya, bangsa, bahasa dan agama: mereka telah berdoa untuk pertemuan ini dan bahkan sekarang mereka bersatu dengan kita dalam doa yang sama,” kata Paus Fransiskus. “Ini adalah pertemuan yang merespon keinginan sungguh-sungguh dari semua orang yang merindukan perdamaian dan memimpikan sebuah dunia dimana pria dan wanita bisa hidup sebagai saudara dan tidak lagi sebagai lawan dan musuh.” Paus kemudian memperingatkan, “Seruan perdamaian adalah lebih daripada peperangan.” Sejarah mengungkapkan bahwa perdamaian tidak bisa datang hanya melalui kekuatan manusia, kata Paus. “Itulah mengapa kita berada di sini, karena kita tahu dan kita percaya bahwa kita membutuhkan pertolongan Allah. Kita tidak meninggalkan tanggung jawab kita, tapi kita berseru kepada Allah dalam tindakan tanggung jawab tertinggi sebelum hati nurani kita dan sebelum rakyat kita.” Paus Fransiskus mendorong mereka yang hadir untuk “memutuskan spiral kebencian dan kekerasan” dengan kata “saudara.” Kita harus “mengangkat mata kita ke surga dan mengakui satu sama lain sebagai anak-anak dari satu Bapa,” katanya. Presiden Peres kemudian berdoa, “Saya datang ke sini untuk menyerukan perdamaian di antara bangsa-bangsa.” Dia juga mengakui, “Perdamaian tidak datang dengan mudah.” Bahkan jika perdamaian “tampaknya jauh,” lanjut presiden Israel itu, “kita harus mengejar untuk membawanya dekat.” “Kita diperintahkan untuk mengejar perdamaian,” katanya menekankan.Presiden Peres menyatakan keyakinannya, “jika kita mengejar perdamaian dengan tekad, dengan iman, kita akan mencapai perdamaian.”Dia ingat bahwa dalam hidupnya, ia melihat baik perdamaian maupun Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 109 peperangan. Namun, ia tidak akan pernah melupakan kehancuran yang disebabkan oleh perang.“Kita berutang kepada anak-anak kita,” untuk mencari perdamaian, tekan Presiden Peres. Presiden Abbas berdoa, memohon kepada Tuhan “atas nama rakyat saya, rakyat Palestina-Muslim, Kristen, dan Samaria - Anda yang mendambakan perdamaian yang adil, hidup bermartabat, dan kebebasan.”“Berilah, ya Allah, keamanan di wilayah kami dan rakyat kami serta stabilitas. Berkatilah kota kami Yerusalem; kiblah pertama, masjid kedua Kudus, yang ketiga dari dua Masjid Suci, dan berkatilah kota kami dan berilah kami damai dengan semua orang di sekitarnya,” demikian doa Presiden Abbas. Ia menegaskan, “Bangunkanlah rekonsiliasi dan perdamaian, ya Tuhan, yang merupakan tujuan kami.” Ia berdoa agar Tuhan “membuat Palestina dan Yerusalem khususnya tanah yang aman untuk semua umat beriman, dan tempat untuk doa dan penyembahan bagi para pengikut tiga agama monoteistik Yahudi, Kristen, Islam, dan semua orang yang ingin mengunjungi sebagai dinyatakan dalam Alquran.” Acara malam itu ditutup dengan jabat tangan perdamaian antara para pemimpin, dan penanaman pohon zaitun, simbolis dari keinginan untuk perdamaian atas nama masing-masing umat beragama. Sumber: UCA News http:indonesia.ucanews.com 9614

2 PendalamanDiskusi

a Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan- pertanyaan berdasarkan cerita yang telah dibaca atau didengarnya. b Guru mengajak peserta didik untuk diskusi dalam kelompok, membahas pertanyaan berikut ini: • Apa yang terjadi di Tanah Suci Palestina • Siapa tokoh-tokoh dalam kisah tadi? • Apa yang mereka lakukan di Vatikan? • Mengapa terjadi peperangan atau pertikaian antar-sesama manusia?

3 Peneguhan

Guru memberikan penjelasan, setelah mendengarkan jawaban peserta didik, misalnya sebagai berikut: Doa perdamaian di Vatikan yang diprakarsai Paus Fransiskus merupakan gambaran bahwa kita semua sebagai manusia senantiasa mendambakan hidup yang damai. Namun kenyataannya masih terjadi peperangan atau pertikaian di berbagai tempat di dunia termasuk di negeri kita sendiri. 110 Kelas XII SMASMK Untuk itu kita perlu menyadari hal-hal tersebut dan berusaha menjadi agen-agen perdamaian dalam hidup kita di tengah masyarakat, baik di negeri sendiri maupun di dunia internasional. Selanjutnya guru memberikan masukan kepada peserta didik tentang hal-hal yang berkaitan dengan perdamaian.

a. Fakta-Fakta Pertikaian dan Perang