Menyimak cerita Yesus Kristus, Pejuang Keadilan, Kejujuran, Kebenaran

152 Kelas XII SMASMK Langkah Pertama: Mendalami Pengalaman Hidup Pengikut Yesus

1. Menyimak cerita

Guru mengajak peserta didik untuk menyimak kisah berikut ini. Mama Gisela Borowka; Semangat Kasihnya tak terhingga Saat berusia sepuluh tahun, Gisela Borowka sungguh terkesan membaca kisah Pastor Damian de Veuster SSCC. “Sejak itu, saya bertekad ingin mengikuti jejaknya,” ungkapnya.Keinginan itu tak lekang seiring bergulirnya waktu. Tatkala studi keperawatan di Wuezburg, Jerman, Gisela berkarib dengan Isabella Diaz Gonzales.Sobatnya itu kerap bertutur tentang kondisi para penderita kusta di Lembata, Flores. Lalu, keinginan berkarya di seberang lautan itu menyeruak di benaknya. Tahun 1958-1962, setelah menyelesaikan studi keperawatan, Gisela mendapat tugas melayani penderita kusta di Etiopia. Setahun berselang, pada 28 Agustus 1963, impian Gisela melayani penderita kusta di Lembata mulai terwujud. “Waktu itu, setiap hari selalu ada penderita kusta meminta obat kepada saya,” kenangnya. Karena disisihkan oleh masyarakat, Gisela menampung mereka di sebuah pondok yang terbuat dari bambu dan beratap rumbia.Situasi di pondok itu sangat memprihatinkan. Banyak kutu busuk, tikus, dan nyamuk mengusik mereka. Tikus-tikus itu kerap menggigit kaki penderita kusta hingga darah pun berceceran. “Karena sudah mati rasa, mereka tidak merasakannya,” sambung wanita berusia 75 tahun ini. Tahun 1968, Gisela mendirikan RS Lepra Damian di Lembata atas sokongan dana dari Jerman. Perlahan-lahan penyakit kusta di wilayah itu bisa diatasi. Sementara penderita kusta yang baru terjangkit segera diobati sehingga organ- organ tubuhnya tidak sampai cacat. Akhirnya, penyakit kusta di Lembata lenyap. Tahun 1980, RS Lepra Damian diserahkan kepada suster-suster CIJ.Tahun 1987, Uskup Kupang Mgr Gregorius Manteiro SVD mengundang Gisela berkarya di Pulau Alor. Wanita yang memilih tetap melajang ini menyanggupinya. Saat pertama kali tiba di Kampung Kusta Benlelang, Kalabagi, Ibu Kota Kabupaten Alor, keprihatinan menyergapnya. Banyak di antara penderita kusta terlanjur cacat. “Dengan isik demikian, mereka bisa memecah batu-batu besar di sungai dengan palu,” ucapnya kagum. Tahun 1989, Gisela mendirikan RS Kusta Padma di Alor. Dua tahun berselang, pemerintah mengirim dokter-dokter spesialis dari RS Kusta Sitanala, Tangerang untuk mendukung karya Gisela. Seiring waktu, kusta beranjak dari Alor. “Saya sungguh bahagia setiap kali melihat penderita kusta telah sembuh” ujarnya dengan mata berbinar. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 153 Kemudian, Gisela yang akrab disapa Mama Putih ini membangun Panti Asuhan Damian di Alor. Dewasa ini, ada 50 anak menghuni panti asuhan tersebut. “Mama Gisela memiliki keterikatan iman dengan St Damian. Ia sangat menjunjung semangat kasih dan kebersamaan di panti asuhan itu,” ungkap penulis buku “Gisela Borowka: Hidupku Kuabdikan bagi Penderita Lepra dan Yatim Piatu”, Pastor Maxi Bria Pr melalui surat elektronik kepada HIDUP.Gisela sungguh yakin, Tuhan telah menata segenap langkahnya dengan begitu indah. “Saya tidak berpikir untuk kembali ke Jerman karena tenaga saya masih dibutuhkan di Indonesia,” kata wanita yang sejak 20 September 1996 telah menjadi warga negara Indonesia. Tahun 1999 dan 2003, Gisela memperoleh kesempatan mengunjungi Molokai. Ia menapak tilas karya-karya Damian. “Masih ada beberapa mantan penderita kusta yang memilih tetap tinggal di Molokai,” lanjutnya.Ketika mendengar Damian akan dikanonisasi menjadi Santo, kebahagiaan Gisela meluap. “Sejak dulu, saya telah menganggap Damian sebagai orang kudus,” tegasnya.Saat ditemui di Jakarta, Senin, 5 Oktober 2009, dengan sukacita ia mengungkapkan, bahwa ia bersama sekelompok orang Jerman akan menghadiri kanonisasi St Damian yang dipimpin Paus Benediktus XVI di Basilika St Petrus, Vatikan pada 11 Oktober 2009. Maria Etty - hidupkatolik.com20130214menapaki-jejak-damiansthash.OUgw4hzG.dpuf

2. PendalamanDiskusi