UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.4. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Gel Lachman L, et al., 1989
Kelebihan sediaan gel: Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan
sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel: 1.
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan
agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,
kandungansurfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
2. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau
dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi. 3.
Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang
buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau
pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
2.5.5. Sifat dan Karakteristik Gel Lachman L, et al., 1989
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan
berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di
dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu
pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat
adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga
memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan
hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental.Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel.Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik di mana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut
yang ada dan koloid digaramkan melarut. Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan
mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion
kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas
dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel.Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik.Struktur
gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel gelling agent dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan
jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan
peningkatan laju aliran.
2.5.6. Metode Umum Pembuatan Gel Marriot, John F., et al., 2010
1. Semua komponen gel dipanaskan terkecuali dengan air, kurang lebih sekitar
90
º
C. 2.
Air dipanaskan pada suhu sekitar90
º
C. 3.
Air ditambahkan ke minyak, diaduk terus. Pengadukan kuat sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan gelembung.
2.6. Salep
2.6.1. Definisi Sediaan Salep
1. Salep Unguenta adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya dapat larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep adalah sediaan setengah padat
yang ditujukan untuk pemakaian setengah padatpada kulit atau selaput lendir Anwar, 2012.
2. Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian setengah
padat pada kulit atau selaput lender. Salep pada prinsipnya digunakan untuk terapi lokal. Salep tidak boleh berbau tengik Ditjen POM, 1995.
3. Salep diformulasikan untuk memberikan sediaan yang tidak larut, larut atau
diemulsikan dengan sekresi kulit. Salep hidrofobik dan salep air pengemulsi dimaksudkan untuk diterapkan pada kulit atau membran mukosa tertentu
untuk emolien, pelindung, tujuan terapeutik atau profilaksis di mana tingkat oklusi yang diinginkan. Salep hidrofilik yang larut dengan sekresi kulit dan
kurang emolien sebagai konsekuensi British Pharmacopoeia
.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.2. Penggunaan Salep
Salep pada prinsipnya digunakan untuk terapi lokal.Berbagai macam salep dipakai untuk melindungi kulit atau untuk mengobati penyakit kulit yang akut
maupun kronis.Pada sediaan semacam itu, diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit teratas agar dapat memberikan efek penyembuhan.
Salep dibuat untuk menjaga pengobatan dalam memperpanjang kontak dengan kulit yang memiliki daya yang dapat meningkatkan dan memperlambat
pelepasan dari zat aktif.Basis hidrokarbon digunakan terutama karena efek emolliennya dan sulit dicuci air.Basis ini tidak mengering dan tidak berubah
secara signifikan pada penyimpanan yang lama.
2.6.3. Karakteristik Salep
Salep tidak boleh berbau tengik, kecuali dinyatakan kadar lain bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10. Salep
harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang
homogen Anief, 2000.
2.6.4. Eksipien dalam Sediaan Salep
Basis dapat pula dikatakan eksipien bahan tambahan utama pada salep dan eksipien salep sendiri adalah bahan tambahan pendukung dari salep seperti
humektan, pengawet, dan sebagainya. Secara umum eksipien pada salep dibagi dalam dua bagian:
1. Eksipien Utama Salep Basis Salep
Pemilihan basis salep yang tepat juga diperlukan untuk formulasi sehingga didapatkan sifat yang paling diharapkan dalam salep tersebut.Pemilihan basis
salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan
jadi.Dalam beberapa hal perlu menggunakan basis salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat
terhidrolisis, lebih stabil dalam basis salep hidrokarbon daripada basis salep yang