Identifikasi Kristal EPMS HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.3. Salep

Tabel 4.4 Hasil Uji Optimasi Formula Salep Parameter F1 F2 F3 Konsistensi ++ ++ ++ Daya Sebar ++ ++ +++ Stabilitas Tidak stabil Tidak stabil Stabil Keterangan: + : rendah ++ : sedang +++ : tinggi Dari ketiga formula yang diuji, dilakukan pengujian sentrifugasi, pemeriksaan secara organoleptis, konsistensi dan penyebaran.Formula 1 dan 2, meskipun dari segi organoleptis, konsistensi, dan penyebaran sudah bagus, namun dari hasil pengujian sentrifugasi terdapat pemisahan.Hal ini menunjukkan bahwa formula 1 dan 2 tidak stabil.Oleh karena itu dipilih formula 3 yang mana dari hasil sentrifugasi sediaan tidak terdapat pemisahan.Selain itu, dari segi organoleptis, konsistensi, dan penyebaran sediaan saat diaplikasikan lebih nyaman.

4.4. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan

Pada penelitian ini, formula optimal yang telah dipilih dari masing-masing jenis sediaan disimpan pada salah satu kondisi pengujian stabilitas dipercepat.Formula yang telah dipilih adalah F2 untuk sediaan krim, F3 untuk sediaan gel, dan F3 untuk sediaan salep. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan setelah disimpan.Pengujian stabilitas dipercepat ini dapat dilakukan pada suhu 25ºC, 40ºC, 50ºC, 60ºC, 70ºC, namun pada penelitian ini, sediaan disimpan pada suhu ruang dan suhu 40ºC. Pemilihan suhu ruang dan suhu 40ºC ini selain dikarenakan titik leleh EPMS yang berada dalam rentang 49-50ºC, juga dikarenakan pada suhu di atas 40ºC, dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas sediaan tersebut.Hal ini dikarenakan pada suhu 40ºC, basis sediaan semisolid sudah mulai mengalami peleburan. Oleh karena itu, jika sediaan disimpan pada suhu di atas 40ºC, maka sediaan akan mengalami ketidakstabilan dari awal penyimpanan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.1. Organoleptis

Tabel 4.5Hasil pengamatan secara organoleptis formula yang dipilih Waktu Uji Krim Gel Salep Minggu ke-0 Minggu ke-4 suhu ruang Minggu ke-4 suhu 40ºC Hasil pengamatan secara organoleptis menunjukkan bahwa sediaan krim pada minggu ke-0 maupun yang telah disimpan selama 4 minggu pada suhu ruang dan suhu 40ºC memiliki karakteristik yang sama, yaitu berwarna kuning pucat dan berbau alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim ini stabil. Pada sediaan gel, hasil pengamatan secara organoleptis menunjukkan bahwa sediaan gel pada minggu ke-0 dan minggu ke-4 pada suhu ruang memiliki karakteristik yang sama, yaitu berwarna kuning kehijauan dan berbau alkohol.Pada sediaan gel yang disimpan selama 4 minggu pada suhu 40ºC, terjadi perubahan warna sediaan, yaitu menjadi kuning pucat. Hasil pengamatan secara organoleptis pada sediaan salep minggu ke-0 dan minggu ke-4 pada suhu ruang memiliki karakteristik yang sama, yaitu berwarna kuning dan berbau basis salep. Pada sediaan salep yang telah disimpan selama 4 minggu pada suhu 40ºC meskipun warna dan baunya masih sama yaitu berwarna kuning dan berbau basis salep, namun terdapat pemisahan fase.Hal ini bahwa sediaan salep tidak stabil. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.2. Homogenitas

Tabel 4.6Hasil pengamatan homogenitas formula yang dipilih Waktu Uji Krim Gel Salep Minggu ke-0 Minggu ke-4 suhu ruang Minggu ke-4 suhu 40ºC Hasil pengujian homogenitas sediaan krim dan gel menunjukkan homogenitas yang baik mulai dari minggu ke-0 sampai setelah disimpan selama 4 minggu pada suhu ruang dan suhu 40ºC, di mana tidak terdapat butiran kasar, perbedaan warna maupun gumpalan-gumpalan pada hasil pengamatan.Pada sediaan salep, meskipun tidak terdapat butiran kasar, perbedaan warna, dan gumpalan pada hasil pengamatan, namun hasil pengujian homogenitas menunjukkan telah terjadi pemisahan antara basis salep dan fase air yang dalam hal ini adalah propilen glikol dan alkohol.Hal ini menunjukkan bahwa sediaan salep tidak stabil.

4.4.3. Pengukuran Derajat Keasaman pH

Tabel 4.7 Hasil Pengujian pH Waktu Hasil Krim Gel Salep Minggu ke-0 6,225± 0,05 6,448± 0,01 6,317± 0,06 Minggu ke-4 suhu ruang 6,789± 0,08 6,168± 0,01 6,138± 0,07

Dokumen yang terkait

Isolasi dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

5 62 86

Amidasi Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga L.) dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Secara In-Vitro

1 18 82

Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel

18 117 119

Uji Aktivitas Gel Etil p-metoksisinamat terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

6 24 104

Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Melalui Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

1 18 111

Uji Stabilitas Kimia Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn) dalam Sediaan Setengah Padat

0 30 87

Penggunaan Etil-p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai anti Ketombe dalam Sampo Krim Cair.

0 2 7

EFEK SENYAWA P-METOKSI SINAMAT ETIL ESTER KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA LINN) SEBAGAI ANTIINFLAMASI.

0 0 10

Pengaruh Suhu Pada Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga Linn) Terhadap Kadar Etil -p- Metoksisinamat Yang Diterapkan Secara Spektrofotodensitometri - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Konsentrasi Etanol Sebagai Pelarut Pada Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.) Terhadap Kadar Etil -p- Metoksisinamat Yang Ditetapkan Secara Spektrofotodensitometri - Ubaya Repository

0 0 1