UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Isolasi Kristal EPMS
3.3.1.1.Pengambilan Sampel
Rimpang kencur Kaempferia galanga L. diperoleh dari Balitro Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, Jawa Barat. Rimpang kencur
tersebut dipanen pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 09.00 WIB dengan kondisi tanah kering.
3.3.1.2.Penyiapan Simplisia
Sebanyak 20 kg rimpang kencur dibersihkan dengan air dan dikeringkan pada suhu ruang tanpa terkena sinar matahari selama satu hari.Rimpang yang
telah kering kemudian dirajang dengan ketebalan sekitar 2-3 mm. Selanjutnya kencur yang telah dirajang tersebut dikeringkan kembali pada suhu ruang tanpa
terkena sinar matahari selama 5hari.Setelah kering, simplisia tersebut diblender hingga menjadi serbuk halus Barus, 2009.
3.3.1.3.Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur
Serbuk simplisia rimpang kencur Kaempferia galanga L. dimaserasi menggunakan pelarut n-heksana yang sebelumnya telah didestilasi terlebih
dahulu.Sebanyak 500 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam botol maserasi dan dimaserasi dengan n-heksana sampai serbuk simplisia terendam seluruhnya
dan terdapat lapisan pelarut sekitar 3 cm di atas serbuk simplisia. Maserasi dilakukan selama 3-5 hari sambil sesekali dilakukan
pengocokan.Setelah itu disaring menggunakan kapas dan kertas saring, sehingga diperoleh ampas dan filtrat.Ampas ini dimaserasi kembali sekitar 3-4 kali sampai
didapatkan hasil maserasi yang jernih warna kuning bening.Hasil maserasi filtrat dipekatkan dengan vacuum rotary evaporatorpada suhu 48-50ºC,
sehingga didapatkan ekstrak berwarna coklat kekuningan. Ekstrak yang didapatkan selanjutnya disimpan di dalam lemari pendingin
hingga terbentuk kristal. Kristal dan ekstrak dipisahkan dengan cara melarutkan ekstrak dengan n-heksana dan melakukan penyaringan, sehingga diperoleh kristal
EPMS.Selanjutnya filtrat hasil penyaringan disimpan di dalam lemari pendingin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sehingga terbentuk kristal kembali. Kristal yang terbentuk dipisahkan kembali sesuai dengan prosedur yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan
sampai tidak ada lagi kristal yang terbentuk. Kristal yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan cara dicuci menggunakan n-heksana dan beberapa tetes
metanol.Kristal yang didapatkan kemudian dilarutkan dalam etil asetat dan diuji kemurniannya dengan menggunakan metode KLT dengan eluen n-heksana : etil
asetat dengan perbandingan 3:2 dan dengan GCMS. Rendemen hasil kristal yang didapat kemudian dihitung dengan rumus:
3.3.2. Identifikasi Kristal EPMS
3.3.2.1.Pemeriksaan Organoleptis
Kristal yang didapat diidentifikasi warna, bentuk, dan baunya.
3.3.2.2.Pengukuran Titik Leleh
Kristal yang didapat diidentifikasi titik lelehnya menggunakan alat apparatus melting point. Pengukuran titik leleh dilakukan dengan cara
memasukkan sedikit kristal ke dalam pipa kapiler lalu diletakkan di dalam wadah sampel pada alat dan diamati suhu pada saat kristal tersebut mulai meleleh
Rohmah, Jamilatur, dkk., 2009.
3.3.2.3.Identifikasi Senyawa EPMS menggunakan GCMS
Senyawa EPMS dari sampelkristal EPMSyang didapatkan diidentifikasi dan diukur kemurniannya menggunakan instrumen kromatografi gas spektrometri
massa GCMS. Kolom yang digunakan adalah HP-5MS 30 m x 0,25 mm ID x 0,25 µm; suhu awal 70ºC selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285ºC dengan
kecepatan 20ºCmin selama 20 menit. Suhu MSD 285ºC, kecepatan aliran 1,2 mlmin dengan split 1 :100. Parameter scanning dilakukan dari massa paling
rendah yaitu 35 sampai paling tinggi 550 Umar et al., 2012. Pengujian ini dilakukan dengan cara melarutkankristal EPMS di dalam
metanol, dan dibuat larutan induk dalam konsentrasi 5000 ppm. Larutan induk dibuat dengan cara melarutkan 50 mg kristal dalam metanol pro chromatography