UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
3. Evaluasi daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan
di beri rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar dengan waktu tertentu
secara teratur. 4.
Evaluasi penentuan ukuran droplet Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan
emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan
penyebarannya. 5.
Uji aseptabilitas sediaan. Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner
di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring
untuk masing- masing kriteria.Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.
2.5. Gel
2.5.1. Definisi Sediaan Gel
Gel merupakan sediaan semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara setengah padat atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh Ditjen POM, 1995. Menurut
Niazi 2004, gel merupakan suatu sistem semipadat di mana fase dibatasi oleh jaringan tiga dimensi, antara matriks yang saling terkait dan bersilangan.
Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar dan saling diresapi cairan Ansel, 1989. Gel menggunakan makromolekul yang terdispersi ke seluruh cairan sampai terbentuk massa kental yang homogen,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
massa seperti ini disebut sebagai gel satu fase. Massa gel terdiri dari kelompok- kelompok partikel kecil yang berbeda, maka dikelompokkan sebagai sistem dua
fase dan sering disebut sebagai magma atau susu. Gel magma dianggap sebagai dispersi koloid oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan
ukuran koloid Anwar, 2012. Gel adalah pembawa yang digunakan dengan tujuan pemberian obat pada
bagian mukosa, misalnya mata, hidung, vagina, dan pemberian melalui rektum Anwar, 2012.
2.5.2. Basis Gel dan Faktor yang Mempengaruhi Anwar, 2012
Gel sering digunakan dalam penghantaran obat yang mengandung polimer yang dapat menjerap sejumlah air yang dikenal dengan hidrogel. Penyerapan
cairan berlangsung melalui pengembangan.Hal ini diikuti dengan peningkatan volume dan membesarnya tekanan tekanan pembengkakan sampai 100 Mpa, 10
3
at, dan peristiwa tersebut berkaitan erat dengan dihasilkannya panas positif. Koloid linier yang digunakan untuk membentuk gel dapat mengembang tanpa
batas, artinya kondisi gel dapat diubah menjadi sol dengan penambahan pelarut yang lebih banyak. Dengan demikian jumlah air yang digunakan untuk
pengembangan sangat menentukan sifat rheology sediaan yang terbentuk. Komposisi sediaan gel umumnya terdiri dari komponen bahan yang dapat
mengembang dengan adanya air, humektan, dan pengawet, terkadang diperlukan bahan yang dapat meningkatkan penetrasi bahan berkhasiat.
Gel tautan-silang cross-link secara kimia Pada sistem ini, pemisahan fase makroskopik dicegah dengan adanya
tautan-silang, dan semakin tinggi densitasmassa jenis dari senyawa penaut-silang, maka semakin kecil kontraksi polimer dengan pelarut, dan gel yang terbentuk
semakin kuat.Kekuatan gel dapat diukur dengan Texture analyzer. Surfaktan ionik dapat terikat dengan polimer nonionik, sehingga cara yang
efektif untuk memasukkan muatan ke dalam gel polimer nonionik adalah dengan menambahkan surfaktan ionik. Karena muatan tersebut bergantung pada ikatan
kooperatif dari surfaktan pada rantai backbone polimer, maka pengembangan dari gel bergantung pada parameter yang mengendalikan ikatan pada surfaktan. Saat