Definisi Sediaan Salep Salep

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta oksidasi, atau adanya ion logam. Eksipien pendukung diperlukan hampir disetiap jenis sediaan sesuai dengan kebutuhan. a. Antioksidan Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau memperkecil laju reaksi oksidasi pada bahan-bahan yang mudah teroksidasi, terutama pada sediaan yang mengandung lemakminyak dengan asam lemak tidak jenuh. Antioksidan ditambahkan pada sediaan semi padat jika akan terjadi kerusakan akibat oksidasi. Sistem antioksidan ditentukan oleh komponen-komponen formulasi, dan pemilihan antioksidan tergantung pada beberapa faktor seperti toksisitas, iritansi, potensi, tercampurkan, bau, perubahan warna, kelarutan, dan kestabilan.Seringkali dua antioksidan digunakan karena kombinasi tersebut sering memberikan efek sinergistik. Sebagai contoh, alkil galat, BHT, dan BHA akan lebih efektif dengan adanya asam sitrat, asam tartrat, atau asam fosfat. b. Pengawet Pengawet merupakan suatu zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas dari suatu sediaan dengan mencegah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme.Pencegahan terhadap pertumbuhan mikroba merupakan pertimbangan yang harus diperhatikan tidak hanya terhadap efek stabilitas kimia dari komposisinya tetapi juga terhadap sistem kesatuan fisik.Pemilihan bahan pengawet harus melalui suatu pertimbangan yang cermat berdasarkan sifat-sifat bahan yang terdapat dalam komposisi suatu formula sediaan. Pengawet ditambahkan pada sediaan semi solid untuk mencegah komtaminasi, perusakan, dan pembusukan oleh bakteri atau fungi.Pemilihan bahan pengawet harus memperhatikan stabilitasnya terhadap komponen bahan yang ada dan terhadap wadah serta pengaruhnya terhadap kulit dan aplikasi. Pengawet antimikroba yang ideal memiliki sifat-sifat antara lain: 1 Aktif pada konsentrasi rendah dengan aktivitas bakterisidal dan fungisidal yang cepat. 2 Kompatibel dengan komponen-komponen lain dalam formulasi. 3 Aktif dan stabil pada rentang suhu yang luas. 4 Aktif dan stabil pada rentang pH yang luas. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5 Mudah larut pada konsentrasi yang dibutuhkan. 6 Kompatibel dengan senyawa-senyawa yang ada pada wadah kemasan. 7 Bebas dari bau yang tidak sedap. 8 Tidak toksik pada konsentrasi yang dibutuhkan sebagai antimikroba. 9 Tidak menyebabkan iritasi dan tidak menimbulkan sensitivitas pada konsentrasi yang digunakan. c. Humektan Humektan dapat ditambahkan pada sediaan setengah padat untuk mengurangi penguapan air, baik dari kemasan produk saat penutupan dibuka atau dari permukaan kulit setelah aplikasi. Contoh humektan antara lain gliserol dalam konsentrasi ≤30, p ropilen glikol dalam konsentrasi 15, sorbitol dalam konsentrasi 3-15.

2.7. Stabilitas dan Uji Kestabilan Sediaan

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk Djajadisastra, 2004. Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya perubahan warna, timbul bau, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi dan perubahan fisik lainnya.Nilai kestabilan suatu sediaan farmasetika atau kosmetik dalam waktu yang singkat dapat diperoleh dengan melakukan uji stabilitas dipercepat. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasa terjadi pada kondisi normal. Jika hasil pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat diperoleh hasil yang stabil, hal itu menunjukkan bahwa sediaan tersebut stabil pada penyimpanan suhu kamar selama setahun.Pengujian yang dilakukan pada uji dipercepat yaitu cycling test.Uji ini merupakan simulasi adanya perubahan suhu setiap tahun bahkan setiap harinya selama penyimpanan produk Djajadisastra, 2004.

Dokumen yang terkait

Isolasi dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

5 62 86

Amidasi Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga L.) dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Secara In-Vitro

1 18 82

Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel

18 117 119

Uji Aktivitas Gel Etil p-metoksisinamat terhadap Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley

6 24 104

Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Melalui Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

1 18 111

Uji Stabilitas Kimia Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn) dalam Sediaan Setengah Padat

0 30 87

Penggunaan Etil-p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai anti Ketombe dalam Sampo Krim Cair.

0 2 7

EFEK SENYAWA P-METOKSI SINAMAT ETIL ESTER KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA LINN) SEBAGAI ANTIINFLAMASI.

0 0 10

Pengaruh Suhu Pada Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga Linn) Terhadap Kadar Etil -p- Metoksisinamat Yang Diterapkan Secara Spektrofotodensitometri - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Konsentrasi Etanol Sebagai Pelarut Pada Pembuatan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.) Terhadap Kadar Etil -p- Metoksisinamat Yang Ditetapkan Secara Spektrofotodensitometri - Ubaya Repository

0 0 1