Hubungan interpersonal interpersonal relationship Supervisi supervision

3. Hubungan interpersonal interpersonal relationship

Hubungan interpersonal adalah integrasi orang kedalam situasi kerja yang memotivasi mereka untuk bekerja bersama-sama secara produktif dan kooperatif guna mendapatkan kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial. Dasar utama dalam kegiatan manajemen dibidang hubungan interpersonal adalah keyakinan bahwa mereka akan memberikan kontribusi efektif dan ekonomis untuk mencapai tujuan organisasi Flippo, 1971: 346. Faktor hubungan interpersonal diukur berdasarkan hal-hal yang terjadi dalam interaksi antara individu dengan individu lainnya. interaksi yang dimaksud disini adalah interaksi yang terjadi antara individu dengan atasan, dengan teman kerja dan juga dengan bawahan. Hubungan interpersonal mempunyai 2 karakteristik, yaitu hubungan interpersonal yang sifatnya sosio-technical dan hubungan interpersonal yang murni bersifat sosial sosial murni. Hubungan interpersonal yang bersifat socio- technical adalah hubungan interpersonal yang terjadi dalam hubungannya dengan pelaksanaan dari pekerjaan. Sedangkan hubungan interpersonal yang bersifat murni sosial adalah hubungan interpersonal yang terjadi selama jam kerja dan pada waktu istirahat, misalnya pada waktu makan siang Herzberg, 1973: 215.

4. Supervisi supervision

Supervisi adalah suatu kegiatan pengarahan dan pengendalian oleh pengelola program terhadap pelaksana ditingkat administrasi yang lebih rendah dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Handoko, 2003: 15. Supervisi atau pengawasan termasuk fungsi organik administrasi karena apabila fungsi ini tidak dilaksanakan, cepat atau lambat, akan mengakibatkan matinya atau hancurnya suatu organisasi Sondang, 1973: 162. Karena itu, agar fungsi supervisi mendatangkan hasil yang diharapkan, pimpinan suatu organisasi harus mengetahui ciri-ciri suatu proses supervisi dan yang lebih penting lagi, berusaha untuk memenuhi sebanyak mungkin ciri-ciri itu dalam pelaksanaannya. Ciri-ciri itu ialah: a Supervisi harus bersifat “fact finding” bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi. b Supervisi harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses supervisi itu dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan- penyimpangan dan penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan. c Supervisi diarahkan kepada masa sekarang yang berarti bahwa supervisi hanya dapat ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini sedang dilaksanakan. d Supervisi hanyalah alat untuk meningkatkan efisiensi. e Karena supervisi hanya sekedar alat administrasi dan manajemen, maka pelaksanaan supervisi harus mempermudah tercapainya tujuan. f Proses pelaksanaan supervisi harus efisien g Supervisi tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul. h Supervisi harus bersifat membimbing agar supaya para pelaksana meningkatkan kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan baginya. Sondang 1973: 164 mengatakan bahwa proses supervisi pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yakni: a Supervisi langsung Yang dimaksud supervisi langsung ialah apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk inspeksi langsung, on-the-spot observation dan on-the-spot report. b Supervisi tidak langsung Supervisi tidak langsung ialah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan itu bisa berbentuk tertulis maupun lisan. Jadi, maksud dari faktor supervisi disini, yaitu mendeskripsikan bagaimana cara atasan dalam memimpin bawahannya. Karakteristik yang diperlukan seorang atasan adalah bagaimana kemampuannya dalam memimpin dan membimbing bawahannya serta apakah ia dapat bertindak adil atau tidak. Jadi dapat dilihat apakah atasan mau bekerja sama dengan bawahannya dalam menyelesaikan tugas, apakah atasan bersedia memberi pengarahan dan bimbingan kepadanya. Selain itu dapat ditemukan adanya atasan yang selalu mengkritik bawahannya terus menerus, dan ada juga yang senang bila pekerjaan bawahannya lancar sehingga bawahannya dapat bekerja dengan tenang dan bersemangat Herzberg, 1973: 215.

5. Kondisi kerja working conditions