Diskusi KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.2 Diskusi

Variabel administrasi dan kebijaksanaan institusi institution policy and administration memberikan sumbangan sebesar 12,9 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja polisi P0,005. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rusli Cep Ridho Yusuf 2006 bahwa tidak adanya hubungan antara variabel administrasi dan kebijaksanaan terhadap motivasi kerja secara keseluruhan. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan Shofiana 2004 yang menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dari administrasi dan kebijaksanaan terhadap motivasi kerja Tidak adanya hubungan karena administrasi dan kebijaksanaan lebih mengarah kepada kesempatan pengembangan karir, kedisiplinan dan waktu kerja yang implikasi secara langsungnya adalah kearah motivasi kerja berprestasi anggota polisi. Selanjutnya variabel gaji salary memberikan sumbangan sebesar 3,9, dan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja polisi P0,005. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Faridah 2009 yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kompensasi, dalam hal ini mencakup gaji terhadap motivasi kerja karyawan. Tidak adanya pengaruh pada penelitian ini disebabkan oleh responden yang melihat gaji itu dengan “kaca mata” perbandingan. Seperti yang telah diketahui, bahwa responden dalam penelitian ini hanya melibatkan polisi pada golongan bintara yang tersebar ke seluruh wilayah Polresta Bogor. Besaran gaji yang mereka terima pun disesuaikan dengan pangkat dan masa kerja kecuali untuk polisi golongan perwira, karena pada umumnya selain menerima gaji berdasarkan pangkat dan masa kerja, polisi golongan perwira juga mendapatkan tunjangan jabatan. Dalam hal ini, responden cenderung membuat perbandingan yang sama atas gaji yang mereka terima, sehingga perasaan adil karena tidak adanya perbedaan gaji antar polisi satu dengan lainnya membuat motivasi kerja mereka bisa meningkat ataupun menurun, tergantung cara pandang polisi mengenai gaji. Menurut Sondang 1989 tidak terdapat perbedaan gaji seseorang dengan rekannya yang menurut pandangannya memiliki karakteristik yang sejenis, hal itu akan dipandang sesuatu hal yang adil. Namun, variabel gaji memberikan pengaruh signifikan terhadap motivasi kerja polisi dengan rentang masa kerja 21-36 tahun. Alasan peneliti, polisi yang memiliki masa kerja 21-36 tahun biasanya sudah memiliki keluarga dan dihadapkan pada tuntutan hidup yang tinggi. Sehingga peran gaji disini begitu berarti untuk meningkatkan motivasi kerja mereka. Jadi, pada intinya masing- masing polisi memiliki tuntutan hidup yang berbeda sehingga ada kemungkinan tiap responden memunculkan jawaban yang bervariasi. Karena gaji yang dianggap besar tetapi tidak sebanding dengan tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi tidak dapat meningkatkan motivasi kerja polisi Komunikasi personal, 15 November 2011. Kemudian variabel hubungan interpersonal interpersonal relationship memberikan sumbangan sebesar 1,4 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja P0,005. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf 2006 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara hubungan sesama rekan kerja dengan motivasi kerja, meski hubungan pada penelitian tersebut lemah. Perbedaan tersebut terjadi karena pada lingkungan polri, hubungan interpersonal tidak akan mempengaruhi karir anggota polisi, sehingga hubungan interpersonal ditubuh polri tidak menjadikan motivasi. Karena pada dasarnya hubungan antar rekan kerja ditubuh kepolisian hanya sebatas rekan kerja yang memiliki tuntutan dan kewajiban tugas yang sama dan tidak mempengaruhi motivasi kerja Komunikasi personal, 15 November 2011. Namun, hubungan interpersonal menjadi signifikan pengaruhnya apabila dihadapkan pada responden yang memiliki tingkat pendidikan S-1 dan responden berpangkat Aiptu. Responden dengan latar belakang pendidikan S-1 cenderung mempunyai wawasan atau pandangan lebih kedepan. Melalui wawasan SDM yang mereka miliki, faktor hubungan interpersonal menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi kerja. Sedangkan bagi polisi berpangkat Aiptu, pengalaman kerja sudah banyak sehingga hubungan interpersonal lebih ditekankan. Rasa empati dan tanggungjawab mereka junjung tinggi, sebab sudah merasa senior. Jadi, ada semacam tanggungjawab kepangkatan disini, semakin tinggi pangkat, semakin tinggi tangungjawab. Situasi inilah yang membuat mereka lebih melakukan pendekatan interpersonal untuk meningkatkan motivasi kerja. Variabel supervisi memberikan sumbangan sebesar 4 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja P0,005. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shofiana 2004, dimana pada penelitian tersebut terbukti jika variabel supervisi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Perbedaan tersebut terjadi karena sampel yang digunakan berbeda sehingga ada kemungkinan perbedaan dalam hasil penelitian. untuk memperoleh informasi lebih akurat, peneliti mencoba melakukan wawancara dengan salah seorang anggota polisi mengenai pengaruh variabel supervisi terhadap motivasi kerja. Menurutnya, di dalam tubuh kepolisian, proses supervisi hanya bersifat formalitas dan itu yang menyebabkan motivasi kerja polisi kurang maksimal. Implementasi terhambat pada SDM polisi yang bervariasi, sehingga terjadi ketimpangan dalam melaksanakan supervisi yang ideal. Namun, meski pengawasan untuk menjalankan program sudah dilaksanankan, tetapi tidak ditindaklanjuti secara tuntas, hanya sebatas formalitas. Fakta inilah yang menjadi alasan kenapa variabel supervisi pada penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja Komunikasi personal, 15 November 2011. Variabel kondisi kerja working conditions memberikan sumbangan sebesar 2 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja polisi P0,005. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Shofiana 2004 yang menunjukkan bahwa variabel kondisi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja dan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf 2006 yang menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara variabel kondisi kerja terhadap motivasi kerja karyawan. Hasil penelitian yang berbeda disebabkan oleh sampel yang digunakan pada penelitian ini tidak sama dengan sampel pada penelitian sebelumnya, yang umumnya menggunakan karyawan perusahaan. Sehingga ada kecenderungan jawaban yang diberikan responden menunjukkan tidak berpengaruhnya variabel kondisi kerja terhadap motivasi. Hal ini karena orientasi polisi ketika bekerja bukanlah dari sarana dan prasarana yang memadai, namun lebih kepada penghasilan yang tinggi. Sehingga variabel kondisi kerja hanya menyumbang sebesar 2 dan memang tidak menjadi faktor yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja polisi. Namun, variabel kondisi kerja menjadi signifikan pengaruhnya pada responden dengan usia 20-30 tahun. Hal ini karena, polisi dengan usia 20-30 tahun masih tergolong polisi yang baru, sehingga masih semangat dan memiliki etos kerja yang tinggi. Jadi, apabila didukung dengan sarana dan prasarana yang baik akan menigkatkan motivasi kerja mereka. Variabel tanggungjawab responsibility memberikan sumbangan sebesar 8,7 dan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gustisyah 2009 yang menunjukkan adanya pengaruh tanggungjawab terhadap motivasi kerja, dengan signifikansi 0,048. Seseorang dalam pelaksanaan tugasnya akan termotivasi apabila diberikan kebebasan penuh akan tetapi terarah dalam melakukan kebijakan dalam tugasnya. Melalui pemberian tanggung jawab akan terlihat hasil penyelesaiannya secara individual, faktor inilah yang membuat motivasi kerja polisi meningkat. Dengan berhasilnya tugas yang telah diselesaikan, maka akan terlihat keberhasilannya. Karena apabila tidak diberikan tanggungjawab,tugas polisi hanya sebatas pelaksanaan tugas secara rutin. Namun, jika penekanannya diberikan tanggung jawab, ia akan melaksanakan tugas dan kewajiban secara sungguh-sungguh karena jika tidak dilaksanakan akan ada resiko dan sanksi dari atasan. Hal semacam inilah yang membuat motivasi kerja polisi muncul. Hasil penelitian ini, variabel tanggungjawab memiliki arah yang negatif -.377 dengan signifikansi 0,000. Sehingga dapat disimpulkan, semakin rendah tanggungjawab, maka semakin rendah motivasi kerja polisi. Kemudian variabel kesempatan untuk maju advancement memberikan sumbangan sebesar 7,9 dan berpengaruh signifikan 0,000 terhadap motivasi kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Shofiana 2004 yang menunjukkan jika variabel kesempatan untuk maju advancement berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Jenjang karir yang terbuka dapat memberikan kesempatan kepada polisi dari berbagai satuan untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi apabila memiliki prestasi kerja yang baik. Kesempatan ini dapat memotivasi kerja polisi dalam bekerja, karena setiap orang pasti menginginkan tingkat kehidupan yang lebih baik. Didalam institusi kepolisian, karir itu bisa diraih bukan berdasarkan hasil penunjukkan tetapi melalui motivasi kerja yang tinggi. Sehingga dengan adanya dedikasi kerja, ada harapan bisa mencapai karir yang bagus, sebab atasan akan memberikan penilaian kerja pada tiap anggotanya. Berdasarkan koefisien regresi yang diperoleh, variabel ini menunjukkan arah yang positif 0,474 sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi kesempatan untuk maju, semakin tinggi motivasi kerja polisi. Variabel berikutnya adalah pekerjaan itu sendiri work itself. Variabel ini menyumbang sebesar 8,1 dan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Diah 2002 yang menunjukkan terdapat pengaruh signifikan dari variabel pekerjaan itu sendiri work itself terhadap motivasi kerja. Kejenuhan dalam bekerja harus dapat dihilangkan aagar pekerjaan yang sedang dilakukan tidak terbengkalai. Fungsi pekerjaan yang dibebankan kepada personil polisi harus sesuai dengan hasrat dan keinginannya. Contoh, jika anggota memiliki keinginan menjadi seorang reserse, tetapi ditempatkan di polantas hal ini akan bertentangan dengan hasratnya dan mempengaruhi kinerja polisi dalam pelaksanaan tugas. Namun, jika ditempatkan sesuai dengan keinginannya, dapat meningkatkan motivasi kerja. Itulah kenapa dalam kepolisian sebelum penentuan sekolah kejuruan atau bidang yang sesuai minat dan bakat ditentukan melalui psikotest. Hal tersebut dilakukan agar jenis pekerjaan yang dilaksanakan polisi sesuai dengan minat dan bakat polisi tersebut. Selanjutnya, berdasarkan koefisien regresi yang diperoleh, variabel ini menunjukkan arah yang positif 0,419,jadi dapat disimpulkan, semakin tinggi pekerjaan itu sendiri semakin tinggi juga motivasi kerja polisi. Artinya, responden dalam penelitian ini menilai bahwa pekerjaan yang diemban olehnya sesuai dengan keinginannya, hal inilah yang mempengaruhi motivasi kerja polisi. Variabel keberhasilan menyelesaikan tugas achievement memberikan sumbangan sebesar 0,3 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja P0,005. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan shofiana 2004 yang emnunjukkan jika variabel keberhasilan tugas achievement berpengaruh terhadap motivasi kerja. Target atau hasil kerja meupakan tujuan yang harus dicapai dengan criteria tertentu. Pencapaian target yang sesuai dengan yang diharapkan merupakan suatu prestasi tersendiri bagi individu yang bekerja. Dengan adanya kebanggaan dalam pencapaian, diharapkan dapat memunculkan dorongan tersendiri yang dapat memacu semangat polisi untuk bekerja secara professional. Namun, berdasarkan hasil penelitian ini dan diperkuat fakta lapangan yang ada, menunjukkan jika variabel keberhasilan menyelesaikan tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja polisi. Hal ini karena polisi merasa bahwa itu merupakan tugasnya dan menjadi kewajiban bagi polisi untuk berhasil memecahkan tiap persoalan ataupun kasus yang ditanganinya. sehingga tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja. Hasil penelitian variabel penghargaan recognition memberikan sumbangan sebesar 0,3 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja P0,005. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Habibi 2005 mengenai faktor-faktor yang memperngaruhi motivasi kerja karyawan. penelitian tersebut menunjukkan jika variabel penghargaan memiliki hubungan dengan motivasi kerja. Pada perusahaan atau lembaga lain diluar kepolisian, adanya penghargaan terhadap karyawan akan meningkatkan motivasi kerja. Karyawan yang mendapat penghargaan akan memiliki motivasi yang tinggi, begitu pula yang lainnya akan berusaha untuk meraih penghargaan dan akibatnya motivasi kerja akan meningkat seiring dengan usaha karyawan untuk meraih penghargaan tersebut. Namun, ketika responden penelitian menggunakan sampel polisi, variabel penghargaan tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja. Hal ini karena penghargaan yang diberikan institusi polisi hanya bersifat simbolis berupa surat keterangan, sertifikat dan piagam, tidak berwujud kepada peningkatan karir ataupun tambahan penghasilan. Sehingga penghargaan tersebut tidak menjadi jaminan kearah karir yang lebih tinggi dan membuat motivasi kerja polisi tidak meningkat.

5.3 Saran