c. Bersama-sama dengan segenap komponen pertahanan keamanan Negara lainnya, membina ketentraman masyarakat dalam wilayah Negara guna
mewujudkan Kamtibmas Keamanan Ketertiban Masyarakat. d. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang
terselenggraranya usaha dan kegiatan sebagaimana di maksud diatas. e. Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai perundang-undangan.
2.4. Kerangka Berpikir
Bekerja merupakan kebutuhan bagi setiap individu. Melalui bekerja, seseorang dapat menyediakan sumber dana, sumber aktivitas dan rangsangan,
sumber hubungan sosial, sarana untuk menyusun waktu dan pemenuhan diri serta aktualisasi diri. Untuk mendorong seseorang agar lebih giat bekerja, dibutuhkan
adanya motivasi kerja. Motivasi kerja adalah sebuah dorongan manusia dalam melakukan suatu tugas kerja agar tercapainya tujuan. Selama bekerja, motivasi
kerja mengalami perubahan-perubahan sebagai hasil interaksi antara tenaga kerja dengan lingkungan kerjanya. Individu mulai bekerja sebagai derajat motivasi
kerja tertentu. Tergantung apa yang ia alami selama ia bekerja. Meningkatnya motivasi kerja pegawai menjadi harapan setiap organisasi
atau institusi, tidak terkecuali institusi Polri. Polri sebagai lembaga penegak hukum mempunyai tujuan untuk mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Polri harus mampu memotivasi setiap anggotanya agar professional dalam melaksanakan setiap tugas. Melahirkan
motivasi menjadi agenda penting bagi institusi Polri. Karena pada dasarnya
motivasi kerja dapat mempengaruhi kinerja individu yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi. Apabila motivasi bekerja anggota Polri baik,
maka kinerja institusi menjadi baik juga. Banyak faktor yang dapat memicu motivasi kerja, salah satu teori yang
penulis pakai untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja anggota Polri adalah Teori Dua Faktor. Teori ini dikembangkan oleh Herzberg, ia
mengusulkan teori motivasi kerja yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus dipuaskan. Ia
mengatakan bahwa manusia memiliki dua bentuk kebutuhan, yaitu kebutuhan hygiene dan kebutuhan motivator. Kebutuhan hygiene adalah kebutuhan dasar
yang ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang sehat. Didalam situasi kerja, kebutuhan ini meliputi administrasi dan kebijaksnaan perusahaan company policy
and administration, upah atau gaji salary, hubungan interpersonal interpersonal relationship, supervisi supervision dan kondisi kerja working
conditions. Sedangkan kebutuhan motivator merupakan kebutuhan tingkat tinggi atau kebutuhan untuk berkembang. Dalam situasi pekerjaan, kebutuhan ini
meliputi tanggung jawab responsibility, kesempatan untuk maju advancement, pekerjaan itu sendiri work itself, keberhasilan menyelesaikan tugas
achievement dan penghargaan terhadap pekerjaan recognition. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan atau organisasi merupakan
salah satu wujud umum rencana-rencana tetap dari fungsi perencanaan planning dalam manajemen Handoko, 2003: 89. Dengan adanya kebijaksanaan dan
administrasi yang jelas pada suatu organisasi, hal ini akan menciptakan suasana
kerja yang efektif serta memotivasi polri untuk bekerja lebih giat dan antusias untuk tercapainya tujuan institusi. Penelitian yang dilakukan Yusuf 2006: 60
tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan, mengungkapkan bahwa faktor administrasi dan kebijaksanaan perusahaan
memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik peraturan dan kebijakan perusahaan maka akan mendorong
karyawan untuk berprestasi. Upah atau gaji salary diartikan sebagai pembayaran dalam bentuk uang
secara tunai yang diperoleh pekerja untuk pelaksanaan pekerjaannya Nawawi, 1997: 316. Pemberian upah atau gaji yang memadai diharapkan mampu
memotivasi kerja polisi, karena dengan tercukupinya kebutuhan ekonomi, maka seorang Polri akan semakin termotivasi untuk bekerja. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gustisyah 2009: 120 tentang analisis faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi kerja penyuluh perindustrian pada kantor
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, ditemukan jika variabel kompensasi yang memadai mempunyai pengaruh dalam meningkatkan motivasi
kerja, karena diperoleh tingkat signifikansi yang paling kecil mendekati 0,000 yaitu sebesar 0,0009.
Hubungan interpersonal interpersonal relationship merupakan hal-hal yang terjadi dalam interaksi antara individu dengan individu lainnya. interaksi
yang dimaksud disini adalah interaksi yang terjadi antara individu dengan atasan, dengan teman kerja dan juga dengan bawahan Herzberg, 1973: 215. Melalui
hubungan antar individu yang terjalin harmonis, secara tidak langsung akan
menimbulkan kenyamanan dalam bekerja. Polri akan semakin termotivasi dalam bekerja apabila memiliki hubungan yang solid dengan sesama rekan kerjanya,
baik itu terhadap atasan maupun bawahan. Penelitian yang dilakukan Yusuf 2006: 59 menemukan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara faktor
hubungan sesama rekan kerja dengan motivasi kerja, walaupun hubungan tersebut lemah.
Supervisi supervision adalah suatu kegiatan pengarahan dan pengendalian oleh pengelola program terhadap pelaksana ditingkat administrasi
yang lebih rendah dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Handoko, 2003: 15.
Keterampilan supervisi yang memadai dapat memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara positif guna mewujudkan tujuan organisasi. Polri menjadi
lebih bergairah dan termotivasi kerjanya apabila memiliki sosok pimpinan yang terampil dalam mengatur dan mengendalikan organisasi tempat mereka bekerja.
Penelitian yang dilakukan Faridah 2009: 112 tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi kerja petugas pelaksana manajemen terpadu balita
sakit MTBS Puskesmas kota Surabaya, penelitian ini menunjukkan jika ada hubungan antara persepsi supervisi pelaksanaan program MTBS dengan motivasi
kerja petugas pelaksana MTBS. Hal ini berarti semakin baik persepsi responden terhadap supervisi maka semakin baik motivasi kerjanya.
Faktor hygiene yang terakhir adalah kondisi kerja working conditions. Yang dimaksud kondisi kerja disini meliputi kondisi fisik di lingkungan kerja,
antara lain banyaknya tugas yang harus dikerjakan, fasilitas yang tersedia untuk
pekerjaan tersebut, bagaimana kondisi dari ventilasi, pencahayaan, peralatan yang tersedia, ruang kerja, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi kerja
lainnya Herzberg, 1973: 217. Jadi tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan membuat suasana kerja menjadi lebih efektif guna tercapainya
tujuan dan misi organisasi. Polri yang merasakan keadaan kondisi kerja yang baik akan semakin optimal kinerjanya dan meningkatnya motivasi mereka untuk
bekerja. Asumsi ini diperkuat oleh Shofiana 2004: 66 pada penelitiannya tentang faktor-faktor dominan yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan PTPN VIII
Gunung mas Bogor. Hasil temuannya mengungkapkan jika variabel kondisi kerja berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja. Kondisi kerja yang semakin baik
dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan. Tanggungjawab responsibility merupakan kewajiban untuk melakukan
sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang manajer untuk mendelegasikan tugas atau fungsi tertentu Handoko, 2003: 217. Seorang anggota
Polri dalam melaksanakan tugasnya akan termotivasi apabila diberikan kebebasan penuh akan tetapi terarah dalam melakukan kebijakan terhadap tugasnya. Polri
akan merasa terhalang melakukan pekerjaannya apabila tidak memiliki kewenangan yang penuh dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi demikian akan
menurunkan motivasi Polri dalam melakukan tugas yang diembannya sehingga akan menghasilkan produktifitas kerja yang rendah. Oleh karena itu, pemberian
wewenang dan tanggung jawab yang jelas akan meningkatkan motivasi kerja Polri, sebab pegawai merasa dihargai sesuai dengan beban kerja yang
diembannya. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gustisyah 2009: 119
mengungkapkan jika variabel tanggung jawab berpengaruh terhadap motivasi kerja karena memiliki tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 5.
Kesempatan untuk maju advancement merupakan usaha formal untuk meningkatkan dan menambah kemampuan, yang diharapkan berdampak pada
pengembangan dan perluasan wawasan, yang membuka kesempatan mendapatkan posisi atau jabatan yang memuaskan dalam kehidupan sebagai pekerja Nawawi,
1997: 290. Pegawai yang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan karir akan meningkat motivasi kerjanya dibandingkan karyawan yang tidak mengalami
pengembangan karir. Shofiana 2004: 63 melakukan penelitian tentang faktor- faktor dominan yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan PTPN VIII Gunung
mas Bogor. Penelitian ini menjabarkan jika variabel pengembangan karir mempengaruhi motivasi kerja karyawan. karyawan yang diberikan kesempatan
untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi akan termotivasi kerjanya karena setiap orang pasti menginginkan tingkat kehidupan yang lebih baik.
Pekerjaan itu sendiri work itself adalah bagaimana individu menentukan tujuannya sendiri dengan kebutuhan-kebutuhannya dan keinginannya sehingga
dapat mendorong untuk memikirkan pekerjaan, menggunakan pengalaman- pengalaman dan mencapai tujuan. Sifat pekerjaan yang rutin dan membosankan
bisa membuat motivasi kerja Polri menjadi lemah. Oleh karena itu dibutuhkan adanya sifat pekerjaan yang lebih kreatif dan inovatif agar pekerja bisa lebih
termotivasi untuk bekerja. Keberhasilan menyelesaikan tugas achievement merupakan imbalan
yang diberikan pada diri sendiri, yang diperoleh apabila seseorang mencapai satu
tujuan yang menantang dalam pekerjaannya Gibson, Ivancevich dan Donelly, 1994: 241. Dalam lingkungan pekerjaan, keberhasilan pegawai dalam
menyelesaikan tugas bisa memunculkan perasaan bangga dan puas. Terlebih jika tugas yang berhasil diselesaikannya merupakan tugas yang berat dan sulit untuk
dikerjakan. Keberhasilan menyelesaikan tugas seperti ini bisa meningkatkan motivasi kerja pegawai yang bersangkutan.
Penghargaan terhadap pekerjaan adalah seberapa jauh seseorang dapat mengakui atau mengenal orang lain sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya.
Penghargaan ini bisa berasal dari atasan, bawahan, sesama rekan kerja maupun masyarakat sekitar. Pemberian penghargaan atas pekerjaan seseorang mampu
menimbulkan kesan dalam diri para karyawan bahwa apa yang mereka lakukan penting artinya dalam usaha pencapaian dan tujuan organisasi. Sehingga pegawai
yang merasa dihargai akan memberikan kontribusi positif untuk organisasi tempat mereka bernaung dan ini tidak lepas dengan adanya motivasi kerja yang tinggi
untuk mewujudkan kinerja pegawai menjadi lebih maksimal. Habibi 2005: 51 meneliti tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan di
PT. Askes Regional VI Jawa Tengah dan D.I.Y bagian sumber daya danusia dan u
mum Semarang” menunjukkan jika faktor penghargaan memiliki kausalitas yang positif terhadap motivasi kerja. Adanya penghargaan terhadap karyawan
perusahaan akan menyebabkan motivasi kerja karyawan meningkat. Begitu pula yang lainnya akan berusaha untuk meraih penghargaan. Akibatnya motivasi kerja
karyawan akan meningkat seiring dengan usaha karyawan untuk meraih penghargaan tersebut.
Dari penjabaran kerangka berpikir diatas, penulis memberikan gambaran keterkaitan faktor hygiene-motivator terhadap motivasi kerja pada bagan 2.4
sebagai berikut:
2.4 Hipotesis