Private Cost Ratio PCR = C A - B Transfer Output Transfer Input

4.4.5. Analisis Indikator Matriks Kebijakan 1.

Analisis Keuntungan Privat dan Keuntungan Sosial a. Private Profitability Keuntungan privat merupakan indikator daya saing competitiveness dari sistem komoditas berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan transfer kebijakan yang ada. Apabila D 0 maka sistem komoditas itu memperoleh profit diatas normal yang mempunyai implikasi bahwa komoditas itu mampu berekspansi, kecuali apabila sumberdaya terbatas atau adanya komoditas alternatif yang lebih menguntungkan.

b. Social Profitability

Keuntungan sosial merupakan indikator keunggulan komparatif comparative advantage atau efisiensi dari sistem komoditas pada kondisi tidak ada divergensi dan penerapan kebijakan efisien. Apabila H 0 dan nilainya makin besar, berarti sistem komoditas makin efisien dan mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi. Sebaliknya, bila H 0, berarti sistem komoditas tidak mampu hidup tanpa bantuan atau intervensi pemerintah. Untuk komoditas tertentu, daerah yang mempunyai Social Profitability lebih besar akan memperoleh prioritas lebih tinggi untuk pengembangan komoditas tersebut.

2. Analisis Keunggulan Kompetitif dan Keunggulan Komparatif

a. Private Cost Ratio PCR = C A - B

Rasio Biaya Privat atau Private Cost Ratio PCR=CA –B adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga privat. Nilai Private Cost Ratio PCR mencerminkan berapa banyak sistem komoditas tersebut dapat menghasilkan untuk membayar faktor domestik dan tetap dalam kondisi kompetitif yakni break event setelah membayar keuntungan normal D= 0. Jelas perusahaan lebih menyukai D 0 dan ini dapat diraih jika C A - B. Maka usaha penanganan biaya faktor domestik dan biaya input tradable adalah bertujuan untuk memaksimumkan profit. Dengan demikian PCR menunjukkan kemampuan sistem komoditas membiayai faktor domestik pada harga privat. Apabila nilai PCR 1 dan makin kecil, berarti sistem komoditas tersebut mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat dan kemampuan itu meningkat.

b. Domestic Resource Cost Ratio

Rasio Biaya Sumberdaya Domestik atau Domestic Resource Cost Ratio DRCR= GE-F adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga sosial. Nilai Domestic Resource Cost Ratio DRCR merupakan indikator kemampuan sisitem komoditas membiayai biaya faktor domestik pada harga sosial. Apabila Domestic Resource Cost Ratio lebih besar dari satu DRCR 1, berarti sistem komoditas tidak mampu hidup tanpa bantuan atau intervensi pemerintah. Kegiatan ini akan memboroskan sumberdaya domestik yang langka karena memproduksi komoditas dengan biaya sosial yang lebih besar daripada biaya impornya. Jika tidak ada pertimbangan lain, maka melakukan impor akan lebih efisien dibandingkan dengan memproduksi sendiri. Sebaliknya apabila nilai Domestic Resource Cost Ratio lebih kecil dari satu atau DRCR1 dan nilainya makin kecil berarti sistem komoditas makin efisien, mempunyai daya saing yang makin tinggi dan mampu hidup tanpa bantuan dan intervensi pemerintah serta mempunyai peluang ekspor yang makin besar. Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, komoditas dengan nilai Domestic Resource Cost Ratio lebih kecil akan memperoleh prioritas lebih tinggi dalam pengembangannya.

4.4.6. Dampak Kebijakan Pemerintah

Hasil matriks kebijakan yaitu dari baris ketiga menunjukkan divergensi, dimana apabila terdapat perbedaan nilai dari baris pertama dan baris kedua mengindikasikan adanya intervensi atau kebijakan pemerintah sehingga pasar terdistorsi. Analisis dampak kebijakan meliputi kebijakan input, kebijakan output, dan kebijakan input - output secara keseluruhan.

1. Kebijakan Output

a. Transfer Output

Transfer Output TO = A - E merupakan selisih antara penerimaan yang dihitung atas harga privat finansial dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga sosial bayangan. Nilai output transfer menunjukkan terdapat kebijakan pemerintah yang dapat diterapkan pada output sehingga membuat harga output privat dan sosial berada. Nilai output transfer positif menunjukkan besarnya transfer insentif dari masyarakat konsumen terhadap produsen. Dengan kata lain masyarakat membeli dan produsen menerima dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya, begitu sebaliknya apabila output transfer bernilai negatif.

b. Nominal Protection Coefficient on Tradable Output

Koefisien Proteksi Output Nominal atau Nominal Protection Coefficient on Output NPCO=AE merupakan indikator yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah terhadap output. Jika nilai Nominal Protection Coefficient on Output lebih dari satu NPCO 1 berarti terjadi penambahan penerimaan akibat adanya kebijakan yang mempengaruhi harga output efek divergensi. Sementara apabila nilai Nominal Protection Coefficient on Output NPCO1 kurang dari satu, maka yang terjadi adalah sebaliknya.

2. Kebijakan Input

a. Transfer Input

Transfer Input TI = B - F menunjukkan bahwa kebijakan input yang diharapkan pada input tradable menyebabkan terjadinya perbedaan antara biaya input tradable privat dan biaya input tradable sosial. Jika nilai transfer input positif TIO menunjukkan harga sosial input asing yang lebih rendah. Akibatnya produsen harus membayar input lebih mahal. Sebaliknya jika transfer input kurang dari nol TI0, hal ini menunjukkan adanya subsidi pemerintah terhadap input asing, sehingga petani tidak membayar penuh korbanan sosial yang seharusnya dibayarkan

b. Nominal Protection Coefficient on Tradable Input