Program Intensifikasi, Ekstensifikasi dan Rehabilitasi Lada Pengembangan Industri Benih, Biopestisida dan Pupuk Organik Pengembangan Industri Pengolahan

pengadaan bibit lada untuk perluasan areal lada, 2 bantuan sarana produksi lada, 3 SL-PHT lada melalui program IPM integrated pest management; 4 pengembangan kebun induk lada, dan 4 bantuan alat-alat pasca panen dan pengolahan lada.

2.4. Revitalisasai Lada Putih melalui Gerakan Pengembangan Lada Putih Tahun 2009

– 2012 Upaya mengembalikan kejayaan Muntok White Pepper diperlukan beberapa langkah yang fundamental. Langkah tersebut antara lain adalah peningkatan produktivitas, mutu hasil, efisiensi biaya produksi dan pemasaran, serta manajemen stok melalui pengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan. Akhir - akhir ini banyak kalangan pengamat mulai mengkhawatirkan keberlanjutan pasokan lada putih Bangka Belitung di pasar global pada tahun- tahun yang akan datang karena produksi dan produktivitasnya terus menurun. Untuk mendukung langkah - langkah fundamental tersebut, maka akan disusun rencana aksi untuk pengembangan lada putih di Kepulauan Bangka Belitung untuk jangka waktu 2009 - 2012 atau disebut sebagai ”Gerakan Pengembangan Lada Putih Gerbang Latih”. Gerakan ini akan diwujudkan dalam bentuk 5 program :

1. Program Intensifikasi, Ekstensifikasi dan Rehabilitasi Lada

Program ini akan diwujudkan dalam 3 bentuk kegiatan yaitu intensifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi lada masing-masing seluas 2 000, 2 000 dan 1 000 hektar. Kegiatan intensifikasi yang direncanakan seluas 2 000 ha, akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2009 - 2012 dengan rincian 100 ha pada tahun 2009, 900 ha 2010, 500 ha 2011 dan 500 ha 2012. Kegiatan ini akan dilaksanakan melalui penyediaan benih, pupuk organik dan anorganik, pestisida dan tajar hidup. Kegiatan rehabilitasi akan dilaksanakan pada lahan seluas 2000 ha dengan rincian 100 ha pada tahun 2009, 1 000 ha 2010, 500 ha 2011 dan 400 ha 2012. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk penyediaan benih, pupuk organik dan anorganik, pestisida dan tajar hidup. Untuk pelaksanaannya akan dikoordinir oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dengan dana dari APBN. Ekstensifikasi tanaman lada direncanakan secara bertahap seluas 1 000 ha, dimana pada tahun 2009 akan direalisasikan seluas 250 ha dan 750 ha pada tahun 2010. Dari luasan tersebut, 150 ha diantaranya merupakan reklamasi lahan eks tambang yang akan dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu 50 ha pada tahun 2009 dan 100 ha pada tahun 2010. Seperti pada kegiatan sebelumnya, pelaksanaan dari kegiatan ini juga diwujudkan melalui penyediaan benih, pupuk, pestisida dan tajar hidup. Kegaiatan ini akan dimotori oleh Dinas Perkebunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan memanfaatkan dana dari APBD.

2. Pengembangan Industri Benih, Biopestisida dan Pupuk Organik

Untuk mendukung program ini, maka akan dilakukan kegiatan: a. Penyediaan benih sumber. b. Pengembangan kebun induk. c. Pembinaan penangkar benih. d. Pengembangan biopestisida dan pupuk organik.

3. Pengembangan Industri Pengolahan

Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung program ini adalah: a. Penyediaan unit pengolah lada putih. b. Pembinaan Good Manufacturing Practices GMP. c. Pengembangan Pengolahan Lada bubuk dan diversifikasi produk. 4. Penguatan Kelembagaan dan Diseminasi Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung program ini adalah: a. Pembinaan sekolah lapang. b. Pembinaan kelembagaan pemasaran. c. Pemberdayaan tenaga penyuluh dan pendamping. d. Pembinaan lembaga usahatani. e. Pengembangan diseminasi Good Agriculture Practices GAP lada. f. Promosi dan ekspose teknologi. 5. Kebijakan Makro Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung program ini adalah: a. Kebijakan penyediaan permodalan. b. Kebijakan alokasi anggaran khusus. c. Pemantapan database indikasi geografis, statistik, dll. d. Kebijakan pengembangan industri hilir. Salah satu langkah kongkret yang telah berhasil dilakukan pemerintah daerah untuk menunjang gerakan pengembangan lada putih serta upaya melindungi komoditi lada putih yang merupakan aset daerah yang memiliki ciri khas tertentu, maka pada tanggal 27 Mei 2010 diterbitkanlah Sertifikasi Indikasi Geografis SIG Lada Putih Muntok oleh Departemen Kehakiman dan Hak Azazi Manusia melalui Dirjen Haki. Dasar hukum Indikasi Geografis Indonesia adalah UU No.15 tahun 2001 tentang Merek, PP No.51 2007 tentang Indikasi - geografis Pengertian PP no. 51 pasal 1: menjelaskan bahwa Indikasi geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Adapun tujuan dari Indikasi Geografis IG adalah perlindungan terhadap produk, mutu dari produk, nilai tambah produk dan upaya pengembangan pedesaan. IG merupakan komponen Hak Kekayaan Intelektual HKI memberikan perlindungan terhadap lada putih muntok sebagai komoditas perdagangan yang terkait erat dengan Bangka Belitung sebagai tempat asal produk barang. Untuk menghasilkan Lada yang bermutu baik dalam pelaksanaan IG maka tahapan pra produksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran menuju ketentuan ISO 9000, 14000 sistem mutu dan keamanan pangan, serta aplikasi produksi dan pengolahan berdasarkan GAPGFP Good AgricultureFarming Practices dengan Penggunaan benih unggul, Penerapan teknologi lada ramah lingkungan, menuju lada organik menggunakan junjung hidup dan pupuk kompos dan bio pestisida.

2.5. Tinjauan Studi Terdahulu