Kebijakan Pengembangan Lada di Provinsi Bangka Belitung

pada pertengahan tahun 1998. Di saat masyarakat Indonesia di kawasan lain sedang dilanda kesulitan ekonomi, masyarakat Bangka Belitung ber-euphoria dengan berbagai kebutuhan barang mewah akibat tingginya harga jual lada, yaitu mencapai level Rp. 100 000 per kilogram. Sejalan dengan dimulainya kehidupan sebagai propinsi baru di Indonesia, ketenaran komoditas ini pun mulai terkikis. Level harga Rp. 100 000 per kilogram pun seakan-akan hanya kenikmatan sekejap mata karena perlahan-lahan harga jual lada menurun drastis sampai pernah bertahan lama pada level harga belasan ribu rupiah per kilogram.

2.3. Kebijakan Pengembangan Lada di Provinsi Bangka Belitung

Seperti ciri - ciri perkebunan rakyat lainnya, perkebunan lada juga ditandai dengan produktivitas yang rendah. Oleh karenanya sebagian besar upaya pembinaan sistem komoditas lada berada di pundak pemerintah, baik pusat maupun daerah. Untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas lada, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Strategi pengembangannya diarahkan pada wilayah - wilayah tradisional, dengan pertimbangan: 1 animo masyarakat telah terpelihara dengan baik dan teknologinya telah dikuasai masyarakat setempat, 2 pada wilayah tersebut lada merupakan sumber pendapat utama, dan 3 berbagai kelembagaan pemasaran dan perdagangan sarana produksi telah tumbuh dengan baik Marwoto, 2003. Dengan menggunakan strategi tersebut, di masa lalu pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan penting: 1 unit pelaksana proyek UPP, 2 swadaya berbantuan, 3 kredit modal kerja permanen KMKP, 4 peremajaan, rehabilitasi dan perluasan tanaman ekspor PRPTE, 5 rural credit project RCP, dan 6 paket intensifikasi lada PIL. Program-program tersebut berjalan antara tahun 1978 - 1985 dan tidak dilanjutkan karena tidak tersedianya dana maupun tingkat kemacetan yang tinggi Kegiatan UPP dimulai dari tahun anggaran 19801981 dan berakhir pada tahun anggaran 19841985 dengan alasan dananya tidak disediakan lagi dalam anggaran pemerintah. Kegiatan intensifikasi melalui kredit, baik dalam bentuk KMKP maupun RCP berakhir tahun 19821983 disebabkan alasan teknis dan ekonomis. Program PIL dilaksanakan di berbagai sentra lada pada tahun 19781979 hingga tahun 19811982. Program ini bertujuan membantu petani dalam pengadaan sarana produksi untuk pemeliharaan tanaman lada, dengan harapan produktivitas dan kualitas lada dapat meningkat sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan petani. Dalam PIL, petani yang terseleksi mendapat bantuan paket kredit berupa pupuk, obat-obatan dan biaya hidup yang jumlahnya diberikan berdasarkan rekomendasi dari Dinas Perkebunan setempat. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Lada pada Dasarnya telah dilaksanakan pada Tahun 2003. Pada Tahun 2003 Terdapat Kegiatan yang dinamakan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan KIMBUN Lada. Untuk Sentra Kawasan Kimbun, pada waktu itu dipilih Kabupaten Bangka Selatan, namun seiring berjalannya waktu respon Kabupaten terhadap pengembangan kawasan ini dirasakan kurang, hal ini terbukti terdapatnya kegiatan yang tidak dilaksanakan, sehingga pusat memberikan punishment dengan melemahkan pembiayan pada sektor Perkebunan khususnya Lada. Berbagai upaya untuk mengembangkan komoditi lada yang telah dilakukan pemerintah, baik propinsi maupun Kabupaten melalui pendanaan dari APBN dan APBD, telah melakukan beberapa rangkaian kegiatan, seperti: 1 pengadaan bibit lada untuk perluasan areal lada, 2 bantuan sarana produksi lada, 3 SL-PHT lada melalui program IPM integrated pest management; 4 pengembangan kebun induk lada, dan 4 bantuan alat-alat pasca panen dan pengolahan lada.

2.4. Revitalisasai Lada Putih melalui Gerakan Pengembangan Lada Putih Tahun 2009