yang diterima petani lada putih di Provinsi Bangka Belitung berdasarkan perbedaan harga subsidi dan non subsidi, untuk pupuk urea sebesar Rp. 3 000 per
kg dan pupuk SP36TSP sebesar Rp. 4 800 per kg. Selain subsidi pupuk, terdapat juga kebijakan pemerintah dalam bidang energi yaitu BBM, secara tidak langsung
membantu proses pemasaran lada putih. Keberadaan subsidi BBM sangat membantu mengurangi biaya pemasaran oleh petani dan pedagang.
6.2. Kebijakan Perdagangan Output
Kebijakan perdagangan adalah pembatasan yang diterapkan pada impor atau ekspor suatu komoditas. Pembatasan dapat diterapkan baik pada harga
komoditas yang diperdagangkan dengan suatu pajak perdagangan atau dengan pembatasan jumlah komoditas dengan kuota perdagangan untuk menurunkan
jumlah yang diperdagangkan secara internasional dan mengendalikan antara harga international harga dunia dengan harga domestik harga dalam negeri. Untuk
barang yang diimpor misalnya dapat dilakukan dengan menekan tarif per unit pajak impor maupun pembatasan kuantitas kuota impor untuk membatasi
kuantitas yang diimpor dan meningkatkan harga domestik diatas harga internasional. Kebijakan perdagangan ekspor dimaksudkan untuk membatasi
jumlah yang diekspor melalui penekanan baik pajak ekspor maupun pembatasan jumlah ekspor sehingga harga domestik lebih rendah bila dibandingkan dengan
harga dipasar dunia atau harga internasional. Pada kasus perdagangan lada putih di Indonesia mekanisme perdagangan
melalui pajak dan kuota ekspor maupun impor tidak ada atau nol persen. Artinya bahwa pemerintah tidak ikut intervensi dalam perdagangan output lada putih,
sehingga mekanisme harga lada putih domestik lebih ditentukan oleh mekanisme
pasar. Mengingat output lada putih iniberorientasi ekspor, dan belum berkembangnyaindustri pengolahan lada putih di dalam negeri, sehingga lada
putih lebih cenderung digunakan sebagai produk pelengkap dari industri restoran dan rumah tangga. Oleh karena itu, harga lada putih lebih ditentukan oleh
mekanisme pasar, supply demandmempengarui fluktuasinya harga lada di pasar internasional. Selain supply- demand mempengaruhi harga di tingkat petani,
pada saat ini juga terkait erat dengan faktor subsitusi komoditas lada putih. Komoditas substitusi sebagai kompetitor utama lada putih adalah ladah hitam,
harga lada hitam jauh lebih rendah dibandingkan lada putih Marwoto, 2003. Dengan tidak adanya intervensi pemerintah berupa pajak dan pembatasan
kuota ekspor maupun impor, sebenarnya berpengaruh langsung terhadap pendapatan petani. Jika pajak ekspor diterapkan, maka dalam hal ini petani yang
dirugikan, dimana harga domestik lada putih lebih rendah dibandingkan dengan harga dipasar dunia dan yang diuntungkan adalah konsumen, karena membeli lada
putih dengan harga murah. Jadi keberadaan pajak dan pembatasan kuota ekspor maupun impor merupakan upaya pemerintah melindungi produsen dan konsumen
domestik lada putih. Sementara pajak dan kuota impor tidak mempengaruhi langsung pendapatan petani lada putih, karena impor lada putih cenderung dalam
bentuk olahan seperti bubuk lada, minyak atau oleoresin lada.
6.3. Kebijakan Revitalisasi Lada