VII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING LADA PUTIH
7.1. Justifikasi Harga Bayangan
Penelitian ini, untuk setiap input dan output ditetapkan dua tingkat harga, yaitu harga pasar harga privat atau harga aktual dan harga bayangan harga
sosial atau harga ekonomi. Harga pasar adalah tingkat harga pasar yang diterima dalam penjualan hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar dalam
pembelian faktor-faktor produksi. Menurut Gitinger 1986 harga bayangan merupakan harga sebenarnya yang akan terjadi dalam suatu perekonomian jika
pasar dalam keadaan persaingan sempurna dan pada kondisi keseimbangan. Perhitungan harga bayangan dapat dilakukan dengan mengeluarkan
distorsi akibat adanya kebijakan pemerintah seperti subsidi, pajak, penentuan upah minimum dan lain - lain. Harga bayangan dalam penelitian ini adalah output
biji lada putih, pupuk urea, TSPSP36, Kcl, tenaga kerja, lahan dan sarana produksi pertanian. Berikut ini akan dijelaskan penentuan harga bayangan
tersebut.
7.1.1. Harga Bayangan Output
Harga bayangan dalam hal ini lada putih ditingkat petani digunakan harga FOB Free on Board. Hal ini didasarkan bahwa eksportir lada putihdi Bangka
Belitung tidak menanggung risiko. Kemudian dari harga border tersebut dilakukan penyesuaian dengan pengurangan biaya penanganan dan pengangkutan.
Harga output lada putih disesuaikan dengan nilai tukar rupiah bayangan Shadow Exchange Rate
. Harga bayangan lada putih dalam penelitian ini ditetapkan rata -
rata sebesar Rp. 55 957 per kilogram. Harga ini diperoleh dari harga fob lada putih yaitu US 6 per kilogram, dikurangi dengan biaya tataniaga sebesar Rp.
785 per kg, yang terdiri dari biaya pengepakan sebesar Rp. 140 per kg dan biaya transportasi sebesar Rp. 645 per kg. Kemudian dikalikan dengan SER Rp. 9457.
7.1.2. Harga Bayangan Lahan
Harga sosial didekati dengan nilai sewa lahan di daerah penelitian, hal ini dilandasi oleh mekanisme pasar lahan di pedesaan berjalan dengan baik, dan
sulitnya mencari oppourtunity cost of land. Berdasarkan hal tersebut, harga bayang sewa lahan mengacu pada harga sewa lahan yang berlaku didaerah
penelitian yaitu Rp. 1 000 000 per hektar.
7.1.3. Harga Bayangan Tenaga Kerja
Harga bayangan tenaga kerja dihitung dengan mempertimbangkan tingkat pengangguran pada daerah penelitian. Harga bayangan tenaga kerja jika tidak ada
pengangguran berarti harganya sama dengan harga aktual upah, sedangkan berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung 2010 dengan
adanya pengangguran sebesar 6 persen, maka harga bayangan sosial adalah 94 persen dari tingkat upah yang berlaku didaerah penelitian. Tingkat upah aktual
yang berlaku adalah Rp. 70 000 per HOK untuk pria, danRp. 50 000 per HOK untuk wanita. Dengan demikian harga bayangan tenaga kerja adalah Rp. 65 800
per HOK untuk pria dan Rp. 47 000 per HOK untuk wanita.
7.1.4. Harga Bayangan Sarana Produksi dan Peralatan
Penentuan harga bayangan sarana produksi dan peralatan didasarkan pada harga border price, untuk yang termasuk komoditas tradable dan harga domestik
untuk input non tradable. Dalam penelitian ini yang termasuk input tradable adalah pupuk urea, NPKTSP, KCL, sedangkan bibit, ajirtajar, pupuk kandang
dan penyusutan peralatan termasuk kedalam input non tradable. Untuk harga pupuk urea, SP36TSP dan KCL sampai saat ini masih
disubsidi oleh pemerintah yaitu berdasarkan peraturan menteri pertanian nomor 32 tahun 2010 yaitu tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi HET pupuk
bersubsidi untuk sektor pertanian. Harga subsidi pupuk urea Rp. 1 600 per kg, Superphos SP-18TSP Rp. 2 000 per kg, untuk pupuk KCL tidak disubsidi
pemerintah. Jadi untuk harga bayangan pupuk urea, TSPSP36, dan Kcl berdasarkan harga pupuk non subsidi diwilayah penelitian yaitu urea Rp. 4 800
per kg, TSPSP36 sebesar Rp. 6 800 per kg dan Kcl sebesar Rp. 5 800 per kg. Harga bayangan untuk peralatan digunakan harga pasar dengan
pertimbangan tidak ada kebijakan pemerintah yang mengatur secara langsung, sehingga distorsi pasar yang terjadi amat kecil atau pasar mendekati pasar
persaingan sempurna. Sementara dalam perhitungan analisis ekonomi dan finansial, nilai harga yang dimasukan adalah nilai penyusutan dari masing-masing
peralatan berdasarkan umur ekonomisnya yaitu untuk hand sprayer 5 tahun dan untuk alat pertanian kecil 1 tahun Ditjen Perkebunan, 2001.
7.1.5. Harga Bayangan Nilai Tukar
Harga bayangan nilai tukar rupiah dihitung menggunakan standar conversion faktor SCF sebagai koreksi terhadap nilai tukar resmi yang berlaku.
Harga bayangan merupakan hasil bagi dari harga nilai tukar resmi pemerintah dengan SCF. Untuk harga bayangan nilai tukar ini sudah dibahas dibab 4, pada
akhirnya diperoleh nilai SER sebesar Rp. 9457.
7.2. Karakteristik Petani Responden