Pengertian dan Teori Daya Saing

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Pengertian dan Teori Daya Saing

Daya saing adalah suatu konsep komparatif dari kemampuan dan pencapaian dari suatu perusahaan, subsektor atau negara untuk memproduksi, menjual dan menyediakan barang-barang dan jasa kepada pasar. Daya saing diterapkan pada pasar yang mengarah pada pasar persaingan sempurna. Konsep daya saing bisa juga diterapkan pada suatu komoditas, sektor atau bidang, wilayah dan negara. Daya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi sehingga dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya Simanjuntak, 1992. Konsep daya saing pada tingkat nasional adalah produktivitas. Produktivitas adalah nilai output yang diproduksi oleh suatu tenaga kerja atau modal. Produktivitas adalah penentu utama dari standar hidup negara yang berjangka panjang. Produktivitas adalah akar penyebab pendapatan per kapita nasional Cho dan Moon, 2003. Daya saing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan dalam proses produksi. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditas adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dalam pengusahaan komoditas tersebut. Keuntungan dapat dilihat dari dua sisi yaitu keuntungan privat dan keuntungan sosial. Keuntungan dari pengusahaan tanaman lada putih diperoleh melalui penjulan hasil produksi penerimaan yang dikurangi dengan biaya total selama berproduksi. Sementara itu, efisiensi pengusahaan komoditas dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Konsep daya saing berpijak pada konsep keunggulan komparatif yang diperkenalkan oleh Ricardo sekitar abad ke-18 1823 yang selanjutnya dikenal dengan Model Ricardian Ricardo atau Hukum Keunggulan Komparatif The Law of Comparative Advantage . Ricardo menyatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dibandingkan memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam meproduksi dan mengekspor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih kecil memiliki keungguian komparatif dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar atau memiliki kerugian komparatif Salvatore, 1997. Teori keunggulan komparatif Ricardo kemudian disempurakan oleh Haberler 1936 yang mengemukakan konsep keunggulan komparatif yang berdasarkan Teori Biaya Imbangan Opportunity Cost Theory. Haberler menyatakan bahwa biaya dari satu komoditas adalah jumlah komoditas kedua terbaik yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumberdaya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditas pertama Salvatore, 1997. Teori keunggulan komparatif yang lebih moderen adalah teori Heckscher - Ohlin 1933, yang menekankan pada perbedaan bawaan faktor produksi antar negara sebagai determinasi perdagangan yang paling penting. Teori Heckscher - Ohlin H-O menganggap bahwa setiap negara akan mengekspor komoditas yang relatif intensif menggunakan faktor produksi yang melimpah karena biayanya akan cenderung murah, serta mengimpor komoditas yang faktor produksinya relatif langka dan mahal. Perbedaan dan perubahan pada sumberdaya yang dimiliki suatu negara atau daerah mengakibatkan keunggulan komparatif secara dinamis akan mengalami perkembangan. Pearson dan Gotsch 2004 menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif, yaitu : 1 perubahan dalam sumberdaya alam, 2 perubahan faktor-faktor biologi, 3 perubahan harga input, 4 perubahan teknologi, dan 5 biaya transportasi yang lebih murah dan efisien. Keunggulan kompetitif Competitive Advantage merupakan alat untuk mengukur daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian aktual. Adanya konsep keunggulan kompetitif didasarkan pada asumsi bahwa perekonomian yang tidak mengalami distorsi sama sekali sulit ditemukan di dunia nyata, dan keunggulan komparatif suatu aktivitas ekonomi dari sudut pandang atau individu yang berkepentingan langsung Salvator, 1994. Pada awalnya konsep keunggulan kompetitif dikembangkan oleh Porter pada tahun 1980 dengan bertitik tolak dari kenyataan - kenyataan perdagangan internasional yang ada. Menurut Porter, keunggulan perdagangan antar negara didalam perdagangan internasional sebenarnya tidak ada. Pada kenyataannya yang ada adalah persaingan antara kelompok - kelompok kecil industri di satu negara dengan negara lainnya, bahkan antar kelompok industri yang ada dalam satu negara. Menurut Halwani 2002, keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yaitu: 1 keadaan faktor - faktor produksi, 2 permintaan dan tuntutan mutu, 3 industri terkait dan pendukung yang kompetitif dan strategi, 4 struktur dan sistem penguasaan antar perusahaan. Selain dari empat faktor penentu tersebut, keunggulan kompetitif juga ditentukan oleh faktor eksternal, yaitu sistem pemerintahan dan terdapatnya kesempatan. Faktor - faktor ini secara bersama - sama akan membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan kompetitif suatu negara. Suatu komoditas dapat mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif sekaligus, yang berarti komoditas tersebut menguntungkan untuk diproduksi atau diusahakan dan dapat bersaing di pasar intemasional. Akan tetapi, apabila komoditas yang diproduksi di suatu negara hanya mempunyai keunggulan komparatif namun tidak memiliki keunggulan kompetitif, maka di negara tersebut dapat diasumsikan terjadi distorsi pasar atau terdapat hambatan - hambatan yang mengganggu kegiatan produksi sehingga merugikan produsen seperti prosedur administrasi, perpajakan dan lain - lain. Untuk itu pemerintah perlu melakukan deregulasi yang dapat menghilangkan hambatan distorsi pasar tersebut. Keunggulan kompetitif merupakan perluasan dari konsep keunggulan komparatif yang menggambarkan kondisi daya saing suatu aktivitas pada kondisi perekonomian aktual. Keunggulan kompetitif digunakan untuk mengukur kelayakan suatu aktivitas atau keuntungan privat, yang dihitung berdasarkan harga pasar dan nilai uang yang berlaku resmi atau berdasarkan analisis finansial. Harga pasar adalah harga yang benar-benar dibayar produsen untuk membeli faktor produksi dan harga yang benar - benar diterima dari hasil penjualan output.

3.2. Analisis Ekonomi