Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Konseptual

tidak mencerminkan apa yang sebenarnya diperoleh masyarakat melalui produksi yang dihasilkan dari aktivitas tersebut, dan 2 harga pasar tidak mencerminkan apa yang sebenarnya dikorbankan seandainya sejumlah sumberdaya yang dipilih dipakai dalam aktivitas tertentu, tetapi tidak digunakan dalam aktivitas lain yang masih memungkinkan bagi masyarakat.

3.6. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana perubahan hasil suatu kegiatan ekonomi jika terdapat kesalahan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Analisis ini merupakan suatu teknik analisis untuk menguji perubahan kelayakan suatu kegiatan ekonomi proyek secara sistematis jika terjadi kejadian - kejadian yang berada dalam perkiraan yang telah dibuat dalam perencanaan. Analisis sensitivitas kepekaan membantu menentukan unsur-unsur kritikal yang berperan dalam menentukan hasil proyek. Analisis kepekaan mengubah suatu variabel kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut terhadap hasil analisis. Kelemahan dari analisis sensitivitas adalah : 1 tidak digunakan untuk pemilihan proyek karena merupakan analisis parsial yang hanya mengubah satu parameter pada saat tertentu, dan 2 hanya mencatat apa yang terjadi jika variabel berubah - ubah dan bukan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek. Menurut Kadariah 1999 analisis sensitivitas dilakukan dengan cara : 1 mengubah besarnya variable - variabel yang penting, masing - masing terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase dan menentukan seberapa besar kepekaan hasil perhitungan terhadap perubahan - perubahan tersebut, dan 2 menentukan seberapa besar variabel yang berubah sehingga hasil perhitungan membuat proyek tidak dapat diterima. Perubahan - perubahan yang bisa terjadi dalam menjalankan proyek bisnis umumnya dikarenakan oleh : 1 perubahan harga, 2 keterlambatan pelaksanaan, 3 kenaikan dalam biaya Cost Over Run, dan 4 hasil produksi. Faktor - faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas bisnis. Oleh karena itu, diperlukan analisis dan identifikasi kondisi yang memungkinkan terjadi informasi - informasi yang sesuai dengan bisnis yang dijalankan.

3.7. Kerangka Pemikiran Konseptual

Indonesia sebagai negara produsen lada putih mempunyai peran penting dalam perdagangan lada putih dunia, dimana dalam lima tahun terakhir ekspor lada putih Indonesia mengalami penurunan, hal ini dimanfaatkan oleh negara - negara produsen lada putih untuk memasok kebutuhan lada putih di pasar international. Penurunan ekspor lada putih Indonesia ini, dikarenakan pada daerah sentra - sentra produksi lada putih di Indonesia khususnya provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan produksi dan luas areal tanaman lada putih. Kondisi ini menyebabkan secara keseluruhan terjadinya penurunan ekspor lada putih Indonesia di pasar Internasional. Penurunan produksi dan luas areal tanaman lada putih di provinsi Bangka Belitung disebabkan beberapa faktor berikut: 1 tingkat produktivitas tanaman rata - rata 0.8 - 1 ton per hektar dan mutu yang rendah, 2 tingkat harga lada putih yang relatif rendah rata-rata sebesar Rp 37 000 per kilogram tahun 2009 dan pada tahun 2010, harga lada putih sebesar Rp 46 979 per kilogram, sementara harga sarana produksi pupuk dan pestisida relatif tinggi atau mahal, 3 tingginya kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit, 4 masih rendahnya usaha peningkatan diversifikasi produk, 5 sumberdaya petani baik pengetahuan maupun permodalan masih lemah atau terbatas ketersediaannya, dan 6 semakin menurunnya luas areal pertanaman lada putih karena adanya persaingan dengan pertambangan timah rakyat dan peluang usaha komoditas lainnya seperti kelapa sawit. Berdasarkan faktor - faktor tersebut pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah melaksanakan program revitalisasi perkebunan lada putih yaitu gerakan pengembangan lada putih Gerbang Latih dengan menerpkan konsep budidaya anjuran sesuai dengan Good Agriculture Practies GAP. Gerakan pengembangan lada putih di provinsi Bangka Belitung terdiri dari kebijakan input melaui subsidi, subsidi benih dan kebijakan hambatan perdagangan melaui kuota ekspor dan tarif. Dengan adanya kebijakan gerakan pengembangan lada putih di provinsi Bangka Belitung ini, maka salah satu pendekatan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan adalah dengan menganalisis perbedaan antara harga - harga input baik domestik maupun asing tradable dan output penerimaan secara finansial dan ekonomi. Dengan menganalisis perbedaan harga - harga finansial dan ekonomi dapat diketahui tingkat daya saing suatu komoditas serta dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas tersebut. Apabila dengan kebijakan yang ada mampu memberikan keunggulan kompetitif terhadap komoditas yang dianalisis, maka kebijakan tersebut dapat tetap dipertahankan. Namun sebaliknya, dengan adanya kebijakan menghambat atau mengurangi nilai kompetitifnya maka perlu adanya deregulasi kebijakan. Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Menurunnya Kontribusi Ekspor Lada Putih Asal Bangka Belitung  Tingkat produktivitas tanaman berkisar 0.8 – 1 ton per hektar dan mutu yang rendah.  Tingkat harga lada yang relatif rendah kisaran Rp. 37 000 - Rp. 46 979 per kilogram, sementara harga sarana produksi pupuk dan pestisida relatif tinggimahal.  Rendahnya usaha peningkatan diversifikasi produk.  Menurunnya luas areal pertanaman lada putih karena adanya persaingan dengan pertambangan timah rakyat dan peluang usaha komoditas lainnya seperti kelapa sawit.  SDM petani baik pengetahuan maupun permodalan masih terbata s.  Tingginya kehilangan hasil akibat hama dan penyakit. Revitalisasi Perkebunan Lada Kebijakan Gerbang Latih : GAPGFP Kebijakan Input :  Subsidi Pupuk  Subsidi Benih Kebijakan Output  Kuota Ekspor  Tarif Analisis Finansial dan Ekonomi Analisis PAM Policy Analysis Matrix Daya Saing Lada Putih  Keunggulan Komparatif Keuntungan Sosial Biaya Sumberdaya Domestik  Keunggulan Kompetitif Keuntungan privat Rasio Biaya Privat  Dampak Kebijakan Transfer inputoutput Transfer FaktorBersih Koefisien ProteksiProfit Rasio subsidi produsen Trend Ekspor Lada Putih Indonesia Menurun Implikasi Kebijakan

IV. METODE PENELITIAN