Pasang Surut Kondisi Alam yang Mempengaruhi Kegiatan Selancar .1 Ombak

2.1.2.1.5 Fauna Laut

Fauna laut turut memberikan pengaruh pada kegiatan selancar. Hal ini berpengaruh terhadap kemungkinan dapat berselancar atau tidak. Keberadaan fauna laut dalam kandungan air tertentu pada kawasan selancar dapat menyebabkan peselancar disarankan bahkan dilarang untuk berselancar. Fauna laut yang cenderung diperhatikan keberadaannya dalam kegiatan selancar adalah ikan hiu. Terdapat lebih dari 400 jenis ikan hiu yang ada di dunia, namun yang sering menyebabkan terjadinya pelarangan kegiatan selancar adalah ikan hiu jenis Carchadoron carcharias, Galeocerdo cuvier dan Carcharihinus leucas Leatherman 2003. Ikan hiu cenderung tidak memangsa manusia, umumnya serangan yang dilakukan oleh hiu pada peselancar dikarenakan adanya kemiripan antara peselancar dengan mangsanya Leatherman 2003. Beberapa kekeliruan tersebut dapat diakibatkan oleh warna pakaian peselancar yang umumnya berwarna hitam sehingga menyerupai warna singa laut atau siluet peselancar diatas papan selancar yang menyerupai penyu. Ubur-ubur adalah fauna laut lain yang diperhatikan dalam kegiatan selancar. Ubur-ubur memiliki bisa yang dapat disuntikkan ke dalam tubuh peselancar melalui tentakelnya apabila bersentuhan dengan kulit peselancar yang dapat menyebabkan rasa sakit hingga kematian. Walaupun tidak semua bisa ubur-ubur berbahaya namun peselancar umumnya selalu diingatkan tentang keberadaan fauna tersebut.

2.2 Pengelolaan Bahaya dan Resiko

Pengelolaan bahaya dan resiko pada kondisi alam merupakan suatu hal yang dibuat secara seksama dengan memperhatikan berbagai bentuk bahaya dan resiko yang diberikan oleh kondisi alam dari kawasan tersebut. Pengelolaan bahaya dan resiko pada kondisi alam suatu kawasan melibatkan faktor ketidakpastian karena sifat alam yang tidak pasti. Terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dalam mengelola bahaya dan resiko. Proses yang pertama adalah melakukan identifikasi terhadap bahaya dan resiko yang terdapat di dalamnya, proses identifikasi ini ditentukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan bahaya dan resiko dari kawasan yang dikelola O’Loughlin 2011. Informasi tersebut dapat berupa hasil pengukuran maupun informasi yang dikumpulkan dari pihak-pihak yang memiliki keterlibatan dengan kawasan tersebut. Tahapan berikutnya adalah penurunan tingkat resiko dari bahaya yang ada O’Loughlin 2011. Tahapan ini merupakan penentuan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menurunkan peluang terealisasinya resiko baik terhadap fisik maupun kesehatan peselancar yang diakibatkan oleh kondisi alam kawasan Jubenville 1987. Tahapan ini baru dapat dilakukan pada saat tahapan identifikasi terhadap bahaya dan resiko telah dilakukan, yaitu berupa pembuatan klasifikasi atau prioritas terhadap bahaya dan resiko untuk menentukan tindakan yang sesuai untuk tiap tingkatannya. Setiap tindakan yang ditentukan harus disesuaikan dengan bentuk bahaya yang akan diturunkan tingkat resikonya. Bahaya dengan tingkatan resiko yang signifikan harus mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dalam pengelolaan. Berbagai bentuk modifikasi atau tindakan lainnya yang ditentukan dalam pengelolaan harus dapat menurunkan tingkat resiko untuk setiap bahaya yang ada tanpa mengurangi daya tarik dari kawasan itu sendiri Jubenville 1987. Tahapan yang terakhir adalah pengawasan terhadap resiko-resiko tersebut sehingga dapat diketahui apabila terdapat perubahan bentuk ataupun peningkatan resiko dari suatu bahaya tertentu Tweedale 1994, pada tahapan ini setiap elemen bahaya dan tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menurunkan tingkat resiko diperiksa secara berkala baik perubahan bahayanya maupun keefektifan dari setiap tindakan-tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu maka perlu dipahami sebelumnya tentang konsep dari bahaya dan resiko itu sendiri serta bahaya dan resiko apa saja yang terdapat pada kegiatan selancar.

2.2.1 Resiko

Resiko memiliki banyak definisi, tergantung pada aplikasi spesifik dan konteks yang digunakan, menurut Ricci 2006 resiko adalah peluang terjadinya efek yang merugikan terhadap suatu hal dengan tingkatan tertentu. Pada kegiatan