selancar berhadapan dengan bahaya dan resiko yang melebihi kemampuannya. Hal ini mengharuskan adanya kegiatan pengukuran terhadap kondisi fisik dan
bahaya di suatu kawasan untuk mengetahui resiko dan bahaya tersebut. Keharusan tersebut tidak memberikan pengecualian untuk daerah manapun,
selama kawasan tersebut digunakan untuk kegiatan selancar, maka bahaya dan resikonya harus diketahui namun, Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri
yang merupakan dua kawasan selancar yang berada di Krui, Lampung Barat hingga saat ini belum melaksanakan keharusan yang berkaitan dengan
pengelolaan terhadap bahaya dan resiko tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah:
a. Kondisi fisik dan biologi apa yang menjadi bahaya pada kegiatan wisata
selancar di Krui, Lampung Barat? b.
Resiko apa yang ditimbulkan oleh bahaya tersebut terhadap peselancar? c.
Pengelolaan bahaya dan resiko apa yang sesuai untuk kawasan selancar di Krui, Lampung Barat?
1.3 Pendekatan Masalah
Krui merupakan suatu daerah yang berada di Lampung Barat yang memiliki penekanan daya tarik pada daerah pesisirnya. Daya tarik kawasan pesisir Krui
telah dikenal hingga tingkat internasional dalam hal lokasi selancar. Kawasan selancar yang berada di daerah Krui adalah Pantai Labuhan Jukung dan Pantai
Mandiri. Selancar sebagai suatu bentuk wisata alam merupakan kegiatan yang
memiliki interaksi secara langsung dengan bahaya dan resiko di kawasan selancar, terutama bahaya dan resiko yang berasal dari perairan water hazard. Bahaya dan
resiko selancar untuk setiap kawasan ditentukan oleh kondisi fisik dan biologi dari masing-masing kawasan tersebut.
Bahaya dan resiko pada kegiatan selancar di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri sampai saat ini belum pernah ditinjau secara khusus. Peninjauan
ini dapat dilakukan dengan mengukur kondisi fisik dan biologi dari masing- masing pantai tersebut.
Kondisi fisik yang diukur meliputi suhu dan kelembaban udara, ombak, material pembentuk pantai, kecepatan dan jenis arus, serta pasang surut. Kondisi
biologi yang diukur adalah fauna laut. Dilakukan juga kegiatan wawancara secara mendalam terhadap pengunjung
dan pengelola kegiatan selancar untuk mengetahui bahaya dan resiko apa saja yang ada pada kegiatan wisata selancar di Krui, Lampung Barat. Pengumpulan
informasi menggunakan wawancara secara mendalam terhadap pengunjung dan pengelola kegiatan selancar dilakukan hingga jawaban yang diperoleh memiliki
garis besar yang serupa. Pemilihan pengunjung dan pengelola dilakukan secara purposive sampling untuk setiap stratanya.
Hasil dari pengukuran kondisi fisik dan biologi kawasan dan wawancara secara mendalam terhadap pengunjung dan pengelola kegiatan selancar kemudian
digunakan untuk menetukan tingkat potensi bahaya dan resiko level of risk kegiatan selancar di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri dengan cara
mengombinasikan antara tingkat keparahan severity dan peluang kejadian likelihood Health 2005. Dari hasil penentuan tersebut maka akan dilakukan
sintesis untuk mengetahui bentuk pengelolaan bahaya dan resiko yang dapat diterapkan pada kegiatan selancar di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri
yang berada di daerah Krui, Lampung Barat. Diagram alir dari pendekatan masalah ditampilkan pada Gambar 1.