Ombak dan Materi Pembentuk Pantai

Hari Pantai Labuhan Jukung m Pantai Mandiri m Hari Pantai Labuhan Jukung m Pantai Mandiri m 1 1.4-1.5 1.4-1.7 16 1.5-1.7 1.5-2 2 0.9-1.2 0.9-4 17 1.5-1.7 1.7-2 3 1.2-1.4 1.2-1.4 18 1.1-2.4 1.1-2.3 4 0.9-1.1 1.1-1.2 19 2.3-2.4 2.6-2.7 5 0.9-2 0.9-2 20 1.8-2 2-2.3 6 2.4-2.7 2.6-2.9 21 1.1-1.5 1.2-1.7 7 2.3-2.4 2.3-2.6 22 1.1-1.2 0.9-1.1 8 2.6-2.7 2.7-2.9 23 1.1-1.2 1.2-1.4 9 2.3-2.4 2.4-2.6 24 1.2-1.5 1.4-1.7 10 1.7-2.6 1.7-2.7 25 1.4-1.5 1.5-1.7 11 2-2.3 2.1-2.4 26 1.4-1.5 1.5-1.7 12 1.5-1.8 1.7-2 27 1.2-1.4 1.4-1.5 13 0.6-1.2 0.8-1.4 28 1.1-1.2 1.2-1.4 14 0.8-0.9 0.9-1.1 29 0.9-1.1 1.1-1.2 15 0.9-1.1 0.9-1.1 30 1.2-1.7 1.5-2 Sumber: BMKG, 2011 Hindia tanpa ada halangan dari daratan lain. Keadaan tersebut menyebabkan jarak angin tanpa rintangan fetch menjadi besar yang akhirnya membentuk gelombang yang tinggi Hutabarat dan Evans 1984; Wibisono 2005. Gelombang tersebut akan pecah pada saat mencapai pantai. Terdapat dua jenis ombak yang ditemui di Pantai Labuhan Jukung dan juga di Pantai Mandiri berdasarkan pecah gelombangnya selama waktu 30 hari pengamatan yaitu spilling breaker dan plunging breaker untuk kawasan Pantai Labuhan Jukung dan plunging breaker dan surging breaker untuk kawasan Pantai Mandiri. Spilling breaker memiliki bentuk yang curam menyerupai gunungan yang dihasilkan oleh slope permukaan laut yang landai, yang menyebabkan massa turbulensi udara dan air bergerak ke bawah, berbeda halnya dengan plunging breaker yang memiliki bentuk pecah ombak cembung ke belakang dan puncak gelombang yang melengkung ke depan berbentuk cekung ke arah muka, lengkungan tersebut terbentuk oleh partikel air yang ada pada bagian puncak gelombang berada di depan gelombang tersebut dan tidak ada partikel lain yang menahan tumpahannya Tabel 13. Tinggi gelombang di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri Hutabarat dan Evans 1984; Thurman dan Trujillo 2004. Jenis ombak yang terakhir adalah surging breaker jenis pecah gelombang ombak ini terbentuk dan pecah tepat di garis pantai yang terbentuk akibat slope permukaan laut yang curam yang menyebabkan energi tertekan dalam jarak yang lebih pendek dan mengakibatkan hentakan Thurman dan Trujillo 2004. Spilling breaker dan plunging breaker yang terbentuk di Pantai Labuhan Jukung muncul bersama-sama. Sedangkan di Pantai Mandiri terdapat jenis ombak plunging breaker dan surging breaker. Perbedaan jenis ombak ini terbentuk karena kondisi topografi pantai yang berbeda. Daerah Pantai Labuhan Jukung memiliki dua bentuk ombak karena ketika ombak spilling breaker terbentuk saat gelombang pecah di hamparan karang datar, namun pada saat gelombang pecah di bagian pantai tanpa karang dengan bentuk dasar pantai yang landai sehingga maka ombak yang terbentuk berupa plunging breaker. Berbeda halnya dengan Pantai Mandiri, karena bentuk dasar pantainya yang landai baik pada saat pasang surutnya tinggi ataupun tinggi, maka ombak yang terbentuk hanya berupa plunging breaker namun di titik tertentu kemiringan topografinya sangat curam sehingga terbentuklah ombak surging breaker. Meskipun begitu, karena ketinggian ombak yang dimiliki Pantai Mandiri cenderung tinggi, maka ombak tersebut tetap memberikan daya tarik tersendiri bagi peselancar. Merupakan hal yang umum bagi peselancar dan pengelola sebagai orang lokal untuk terbiasa menghadapi ombak, namun ternyata terdapat jenis ombak yang tetap dianggap berbahaya bagi mereka. Jenis ombak yang dimaksud adalah jenis ombak surging breaker, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ombak ini adalah jenis ombak yang pecah dipinggir pantai. Menurut responden surging breaker dengan ketinggian tertentu yang pecah terlalu dekat dengan pantai dapat menjadi bahaya tersendiri. Hal ini dikarenakan ombak tersebut menciptakan daya tarik massa air yang besar dan pada saat yang hampir bersamaan hantaman massa air yang besar juga, hal tersebut beresiko menyebabkan seseorang tertarik dan terjerembab karena ombak tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada peselancar insiden yang mereka alami yang diakibatkan oleh ombak tersebut berupa cidera ringan seperti luka goresan dan kulit tersobek. Tidak didapati adanya cidera berat pada peselancar walaupun terdapat insiden patahnya papan selancar pengunjung di daerah Pantai Mandiri. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketrampilan yang dimiliki oleh pengunjung. Diketahui dari paparan resonden bahwa pengalaman berselancar terpendek adalah selama 5 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketrampilan peselancar yang ada di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri cukup tinggi yang mendukung terjaganya mereka dari bahaya ombak tersebut. Penentuan jenis bahaya yang diakibatkan oleh ombak ditentukan berdasarkan keadaan materi pembentuk pantai Hartman dan Meyer 2007. Pantai Labuhan Jukung memiliki hamparan karang dangkal disepanjang garis pantainya ke arah laut, sehingga berdasarkan penggolongan yang dibuat oleh Hartman dan Meyer 2007 maka Pantai Labuhan Jukung dan pantai Mandiri masuk ke golongan kurang berbahaya least hazardous. Bentuk resiko yang ada akibat bahaya dari tinggi ombak dan materi pembentuk pantai dapat berupa luka ringan, dislokasi pergelangan, patah tulang dan pingsan. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa peselancar yang mengalami dislokasi pergelangan kaki patella dan memar pada bibir dan luka tergores pada tangan.

5.1.3. Pasang Surut

Pasang surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan Wibisono 2005. Pengamatan pasang surut yang terjadi di kawasan penelitian dilakukan pada tanggal 18 Mei 2011 menggunakan alat pencatat A-OTT KEMPTEN R-20 Strip- Chart yang dikelola oleh Barkosurtanal. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bilangan Formzahl yang berkisar antara 0.43 dan 0.55. Bilangan Formzahl adalah perbandingan antara tinggi gelombang unsur-unsur pasang surut tunggal utama dengan tinggi gelombang unsur-unsur pasang surut ganda Pariwono 1999. Berdasarkan pembagian tipe pasang surut berdasarkan Formzahl maka tipe pasang surut yang ada di kawasan penelitian adalah pasang surut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol Wyrtki 1961. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kegiatan selancar dapat dilakukan baik pada saat pasang maupun surut. Kemungkinan tersebut harus dipadukan dengan berbagai keadaan kondisi fisik lain yang terbentuk pada saat yang bersamaan seperti arus dan ombak Robison 2010. Pasang surut hanya dapat menjadi bahaya apabila peselancar yang melakukan kegiatan peselancar tidak memiliki mengenai pasang surut, sehingga pasang surut tidak dimasukkan ke dalam perhitungan analisis resiko untuk diketahui tingkat resikonya.

5.1.4 Arus

Pengukuran arus dilakukan selama 30 hari di kedua pantai mulai tanggal 23 April hingga 22 Mei 2011 pada titik sampel yang sama. Penentuan letak titik sampel dilakukan dengan berpatokan pada GPS. Jarak pengambilan sampel dari tepi pantai + 200 m dengan satuan cmdt. Gambar 11. Pasang surut di kawasan penelitian selama 24 jam pada Bulan Mei 2011