keseluruhan pengunjung tersebut bukan merupakan peselancar, sedangkan bagi peselancar bahaya tersebut masih dapat dihindari. Hal ini disebabkan oleh
pengetahuan yang mereka miliki dalam menghadapi arus tersebut. Peselancar yang menjadi responden dalam penelitian ini mengakui bahwa
mereka pernah mendapatkan pengetahuan tentang menghadapi arus tersebut baik melalui pamflet ataupun pelatihan termasuk cara untuk mengetahui
keberadaannya, selain itu juga untuk memastikan karakteristik dari pantai yang mereka kunjungi, mereka mencari informasi dari penduduk setempat termasuk
keadaan arusnya. Beberapa ciri fisik yang dapat menunjukkan letak arus balik adalah warna air yang lebih gelap dibandingkan warna air yang berada
disekitarnya. Perbedaan warna tersebut terbentuk karena adanya pasir yang tertari dari permukaan pantai, kemudian keadaan sebidang air yang berombak atau
beriak pada saat kondisi air disekitarnya tenang, karena arus balik bergerak berlawanan arah dengan gelombang. Objek mengapung yang bergerak ke arah
laut juga menunjukkan keberadaan arus balik. Hal ini perlu diketahui karena arus balik tidak selalu terbentuk pada titik yang sama.
Berdasarkan pemaparan dari responden peselancar diketahui bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang arus balik dan cara menghadapinya, walaupun
begitu bukan berarti bahwa peselancar terbebas dari resiko akibat bahaya arus balik, karena dibutuhkan ketenangan dalam menghadapi arus balik dan
ketenangan tersebut tidak selalu dimiliki oleh setiap peselancar di setiap saat.
5.1.5. Fauna Laut
Fauna laut yang ditemukan selama pengamatan di daerah Pantai Labuhan Jukung berupa ikan-ikan kecil, bintang laut getas, bintang laut bantal, teripang
pasir, kepiting, belut laut, gurita dan bulu babi. Berdasarkan hasil wawancara pernah ditemukan ular laut dan ubur-ubur, namun hal tersebut diwaktu yang telah
lama berlalu dan tidak pernah ditemui lagi. Sedangkan untuk daerah Pantai Mandiri hanya ditemukan ikan-ikan kecil dan kepiting.
Keberadaan bulu babi memang memberikan bahaya tersendiri bagi peselancar, namun karena letaknya yang tersembunyi didalam karang maka kecil peluangya
untuk terinjak oleh peselancar. Selain itu, resiko yang dapat ditimbulkan apabila menginjak bulu babi pun hanya berupa cedera tertusuk.
Bulu babi merupakan jenis fauna lain yang dipaparkan oleh responden sebagai bahaya atau sumber resiko yang berada di Pantai Labuhan Jukung yang
berkarang. Bulu babi merupakan jenis echinodermata yang memiliki jarum disekeliling tubuhnya yang merupakan sumber bahaya dari fauna ini.
Umumnya peselancar memaparkan bahwa resiko yang diberikan oleh bulu babi hanya sebatas luka tusuk saja, namun terdapat beberapa responden yang juga
memaparkan bahwa bulu babi juga memiliki bisa yang berbahaya. Jenis bulu babi yang dimaksud adalah jenis Toxopneustes pileolus yang dianggap paling berbisa,
sayangnya hal tersebut masih belum dapat dipastikan Hashimito 1979, sedangkan jenis bulu babi yang ditemukan di Pantai Labuhan Jukung adalah jenis
Arbacia lixula. Bulu babi ini memiliki habitat di bawah karang dan bebatuan dengan diameter yang dapat mencapai 5 cm, walaupun tidak memiliki bisa
venom, namun durinya dapat menyebabkan luka apabila terinjak Guidetti dan Mori 2005.
Responden dari pihak peselancar juga memaparkan adanya bahaya dari fauna lain yaitu ubur-ubur. Ubur-ubur merupakan fauna laut yang tersebar secara luas
diseluruh belahan dunia. Walaupun ubur-ubur yang pernah berada di Pantai Labuhan Jukung bukan merupakan jenis ubur-ubur yang berbahaya Stomolophus
Gambar 13. Bulu babi Arbacia lixula yang berada di kawasan Pantai Labuhan Jukung.