Bahaya dan Resiko dalam Kegiatan Selancar

resiko yang diberikan oleh ombak adalah energi yang dihasilkan dari suatu ombak. Energi yang dihasilkan oleh suatu ombak dengan ketinggian tertentu memiliki nilai kuadrat dari ketinggian ombaknya, sehingga ombak dengan ketinggian 3 kaki memiliki energi sembilan kali lebih besar dibandingkan dengan ombak dengan ketinggian satu kaki Weaver dan Bannerot 2009. Diantara ketiga jenis ombak yang ada, jenis ombak yang paling menantang bagi peselancar adalah jenis plunging breaker Hutabarat dan Evans 1984, namun jenis ini juga merupakan jenis ombak yang paling berbahaya, kuat dan cepat. Ombak ini terbentuk secara tiba-tiba pada saat massa air dari gelombang laut memasuki kawasan dengan kedalaman rendah. Gelombang tersebut kemudian terdorong hingga membentuk puncak yang tajam kemudian pecah menjadi ombak secara tiba-tiba dengan pusat tumpahan massa air disatu tempat. Diketahui bahwa diantara jenis ombak lainnya, justru jenis plunging breaker merupakan ombak yang kerap menciptakan arus balik pada pantai yang landai Leatherman 2003. Arus balik sendiri disebabkan oleh sejumlah massa air yang cukup besar yang ditekan jauh ke arah laut akibat adanya pecahan gelombang. Pada saat gelombang pecah maka akan terbentuk swash atau massa air yang bergerak ke atas dan ke bawah pada muka pantai Leatherman 2003. Semakin besar ombaknya maka massa airnya akan semakin besar pula, dan ombak jenis plunging breaker merupakan jenis ombak yang menghasilkan air putih air laut dengan buih putih yang kemudian mendorong swash lebih jauh dari pantai. Massa air tersebut yang tertekan ke arah pantai kemudian secara alami bergerak kembali ke arah laut, massa air tersebut kembali ke arah laut melalui area tertentu yang sempit, aliran air pada area sempit tersebut itulah yang disebut sebagai arus balik Leatherman 2003. Sinar matahari merupakan salah satu aspek yang memiliki bahaya dan resiko yang paling besar bagi peselancar, namun kerap diabaikan Peattie et al 2003. Paparan sinar matahari yang diterima oleh peselancar dalam kesehariannya diluar aktivitas selancar menyebabkan mereka cenderung mengabaikan adanya bahaya dan resiko yang dapat ditimbulkan oleh sinar matahari. Kegiatan selancar yang sulit untuk dipisahkan dengan bermandikan sinar matahari juga turut mendorong pengabaian tersebut. Sinar matahari masuk kedalam daftar teratas dari bahaya dan resiko di kawasan pantai. Hal ini karena sinar matahari dapat menyebabkan gangguan pada kulit mulai dari sunburn kulit yang terbakar sinar matahari hingga kanker kulit. Waktu puncak radiasi sinar UV adalah antara jam 11.00 hingga 13.00 Williams dan Micallef 2009. Bahaya dan resiko yang datang dari faktor biologi kawasan dapat berupa fauna laut yang berada di kawasan tersebut. Terdapat beberapa fauna laut yang berbahaya bagi peselancar diataranya adalah ular laut. Ular laut memiliki beberapa jenis racun yang berbahaya, dan sebagian besar gigitan dari jenisnya memiliki resiko dan bahaya yang cukup fatal. Walaupun pada dasarnya fauna laut ini tidak bersifat agresif, namun mereka akan tetap menyerang peselancar apabila merasa terganggu atau terancam. Fauna lain yang juga sering dijumpai oleh peselancar dan memberikan bahaya dan resiko tertentu adalah ubur-ubur. Ubur-ubur jenis tertentu memiliki racun dengan tingkatan bahaya dan resiko yang beragam. Racun tersebut disuntikan kepada korbannya melalui tentakel yang memiliki 900 sel penyengat. Tentakel dari ubur-ubur sendiri dapat mencapai panjang hingga 50 kaki, sedangkan racun yang disuntikkan dari tentakel tersebut dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat, hingga kematian, namun hal tersebut sangat jarang terjadi Leatherman 2003. Bulu babi juga merupakan fauna laut lainnya yang memiliki resiko dan bahaya bagi peselancar. Fauna ini umumnya tinggal disela-sela karang dan dapat melukai kaki peselancar apabila menginjak tubuhnya karena tubuh bulu babi yang dilindungi oleh duri-duri yang bervariasi panjangnya, tergantung pada jenis dan umur dari bulu babi tersebut Robison 2010. Kondisi biologi lain yang memberikan resiko dan bahaya bagi peselancar adalah kandungan mikroorganisme dalam air. Pada saat indeks keragaman mikroorganisme dalam air laut masih dibawah batas normal 3, maka hal tersebut tidak akan memberikan pengaruh apapun bagi peselancar, namun apabila terjadi perkembangbiakan yang berlebihan dari salah satu jenis mikroorganisme tertentu blooming maka hal tersebut dapat berubah menjadi suatu resiko dan bahaya tersendiri bagi peselancar Häder et al 2007. Umumnya, hal ini dapat menimbulkan ruam pada kulit yang disertai rasa gatal. III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua daerah wisata Krui yaitu Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri. Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga Mei 2011, waktu tersebut dipilih karena pada saat itu banyak peselancar melakukan kegiatan selancar di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri. Gambar 6. Peta lokasi penelitian

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat tulis, teropongbinokuler, thermometer, tali, tongkat pasang surut, pelampung, drifter, botol plastik, stopwatch dan kamera. Sedangkan bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu: panduan wawancara, panduan penilaian peluang, panduan penilaian keparahan, matriks level resiko, dan peta.

3.3 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di kawasan, wawancara mendalam, dan studi literatur. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian, laporan, dokumen, peta dan bentuk publikasi lainnya yang didapat baik dari media cetak maupun media elektronik. Data yang dikumpulkan berupa data potensi, bentuk dan variabel resiko bahaya yang ada di kawasan Tabel 1. Tabel 1. Data dan informasi potensi bahaya dan resiko No. Potensi Bahaya Kemungkinan Bentuk bahaya CaraSumber Pengukuran Bahaya Kondisi 1. 2. Pantai Air • Panas dan sinar matahari • Ombak • Pasang surut • Arus • Fauna laut • Materi pembentuk pantai • Studi literatur • Observasi kawasan • Wawancara mendalam • Data Angkatan Laut • Studi literatur • Observasi kawasan • Wawancara mendalam • Data Angkatan Laut

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian berupa studi literatur, observasi kawasan, wawancara mendalam dan pengukuran terhadap variabel-variabel kemungkinan bahaya dan resiko.