Kegiatan wisata selancar
Identifikasi bahaya Identifikasi
resiko
Suhu dan kelembaban udara, ombak dan materi pembentuk
pantai, kecepatan dan jenis arus, pasang surut, dan fauna
laut
Kelompok resiko
Analisa Resiko
Sintesis
Pengelolaan bahaya dan resiko yang dapat diterapkan
pada kegiatan wisata selancar di Krui, Lampung Barat
Gambar 1. Diagram alir pendekatan masalah
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk memberikan rekomendasi pengelolaan resiko dan bahaya yang dapat diterapkan pada kegiatan
selancar di Krui, Lampung Barat. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Identifikasi bahaya yang ada pada kegiatan selancar di Krui, Lampung Barat.
2 Analisis resiko pada kegiatan selancar di Krui, Lampung Barat.
3 Rekomendasi pengelolaan penurunan tingkat bahaya dan resiko yang dapat
diterapkan pada kegiatan wisata selancar di Krui, Lampung Barat.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai masukan terhadap pihak pengelola termasuk masyarakat dan pemerintah setempat dalam melakukan
pengelolaan kegiatan wisata selancar di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri yang berada di daerah Krui, Lampung Barat. Selain itu, penelitian juga
diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan yang berkaitan dengan pengelolaan bagi kawasan wisata selancar lainnya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wisata Alam dan Selancar 2.1.1 Wisata Alam
Bentuk-bentuk wisata dapat dikembangkan berdasarkan pada bentuk atraksi utama dari kegiatan wisata tersebut, diantaranya adalah ekowisata
ecotourism, wisata petualangan adventure tourism, wisata berdasarkan waktu gateway and stay, wisata budaya cultural tourism, dan wisata alam nature
tourism Kelly 1998. Namun, pada prakteknya wisata alam sering disatukan dengan wisata petualangan karena sama-sama dilakukan di kawasan yang terbuka
outdoor. Menurut Direktorat Pemanfaatan Alam dan Jasa Lingkungan 2002 wisata
alam adalah suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala
keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru, Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Sedangkan Gun
1994 menyatakan bahwa wisata alam merupakan kegiatan wisata dengan atraksi utamanya berupa lima bentuk dasar alam: air, perubahan topografi, flora, fauna
dan iklim. Lebih jauh lagi Hiola 2004 menyatakan bahwa bentuk sumberdaya yang umum untuk dikembangkan adalah air, seperti danau, sungai, laut, pantai,
dan sebagainya. Potensi alam seperti daerah yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu dan mengalami modifikasi lanskap yang akan sangat menarik bagi
pengunjung. Flora dan fauna endemik yang sangat bervariatif untuk dijadikan objek berbagai kegiatan seperti pengamatan, pemotretan hingga berburu. Bahkan
perbedaan iklim juga bisa menjadi peluang terbentuknya suatu kegiatan wisata. Dilihat dari beberapa pemaparan di atas maka dapat diketahui bahwa
karakteristik wisata alam mengharuskan adanya kegiatan wisata yang dilakukan di alam, dimana bentuk interaksi yang dilakukan pengunjung dengan objek wisata
tersebut dapat secara langsung arum jeram, panjat tebing, selancar, dll atau secara tidak langsung birdwatching, melihat pemandangan alam, dll.