tersendiri bagi peselancar Häder et al 2007. Umumnya, hal ini dapat menimbulkan ruam pada kulit yang disertai rasa gatal.
III METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua daerah wisata Krui yaitu Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri. Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga Mei
2011, waktu tersebut dipilih karena pada saat itu banyak peselancar melakukan kegiatan selancar di Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Mandiri.
Gambar 6. Peta lokasi penelitian
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat tulis, teropongbinokuler, thermometer, tali, tongkat pasang surut, pelampung, drifter,
botol plastik, stopwatch dan kamera. Sedangkan bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu: panduan wawancara, panduan penilaian peluang, panduan
penilaian keparahan, matriks level resiko, dan peta.
3.3 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di kawasan,
wawancara mendalam, dan studi literatur. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian, laporan, dokumen, peta dan bentuk publikasi lainnya yang
didapat baik dari media cetak maupun media elektronik. Data yang dikumpulkan berupa data potensi, bentuk dan variabel resiko
bahaya yang ada di kawasan Tabel 1. Tabel 1. Data dan informasi potensi bahaya dan resiko
No. Potensi Bahaya
Kemungkinan Bentuk bahaya CaraSumber
Pengukuran Bahaya Kondisi
1. 2.
Pantai Air
• Panas dan sinar matahari
• Ombak • Pasang surut
• Arus • Fauna laut
• Materi pembentuk
pantai • Studi literatur
• Observasi kawasan
• Wawancara mendalam
• Data Angkatan Laut
• Studi literatur • Observasi
kawasan • Wawancara
mendalam • Data Angkatan
Laut
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian berupa studi literatur, observasi kawasan, wawancara mendalam dan pengukuran terhadap variabel-variabel kemungkinan
bahaya dan resiko.
3.4.1 Studi literatur
Studi ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai kondisi di pantai Krui termasuk kondisi fisik dan biologi pantai yang berguna
sebagai data pendukung bagi penelitian ini. Literatur yang digunakan dapat berasal dari buku, data instansi terkait Angkatan Laut, Pemerintah Daerah,
Puskesmas dll, media cetak atau media elektronik.
3.4.2 Observasi kawasan
Observasi kawasan dilakukan untuk meneliti secara langsung bahaya dan resiko yang ada di kawasan. Selain itu observasi kawasan juga dilakukan sebagai
bentuk verifikasi terhadap informasi tentang bahaya dan resiko yang diberikan oleh pengunjung dan pengelola. Observasi kawasan dilakukan di Pantai Labuhan
Jukung dan Pantai Mandiri dan dilakukan kajian secara mendalam tentang berbagai potensi dan sumber bahaya dan resikonya.
Dari observasi kawasan dilakukan pengukuran terhadap kondisi fisik dan biologi kawasan sebagai berikut:
a. Materi pembentuk pantai
Materi pembentuk pantai dikelompokkan berdasarkan pada material yang membentuk kawasan pantai yang dilihat hingga titik surut terendahnya. Material
pembentuknya tersebut berupa pasir, pasir dan pecahan karang dan karang.
b. Tinggi ombak
Jenis ombak ditentukan dari jenis pecah gelombangnya. Jenis ombak ini dibagi menjadi tiga yaitu spilling breaker, merupakan bentuk ombak yang curam
dan menajam di puncaknya. Jenis yang kedua adalah plunging breakers yaitu ombak dengan dasar yang cembung ke belakang namun memiliki puncak
gelombang yang cekung ke depan Hutabarat dan Evans 1986 dan surging breaker yaitu ombak yang bentuknya menyerupai plunging breaker namun
pecahnya tepat di pinggir pantai.
c. Pasang surut
Pengukuran terhadap ketinggian pasang surut dilakukan menggunakan alat ukur pasang surut otomatis yaitu A-OTT KEMPTEN R-20 Strip-Chart.
d. Arus
Pengukuran arus air dilakukan dengan menerapkan metode Lagrangian yaitu suatu cara mengukur arus laut dengan cara melepas benda apung atau drifter ke
laut, kemudian diukur jarak dan vektor perpindahannya Johnson dan Pattiaratchi 2004. Sedangkan penentuan jenis arus yang ada didasarkan pada arahnya.
3.4.3 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan terhadap pengunjung dan pengelola yang mewakili pendapat sekelompok individu. Penentuan responden dari pengunjung
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang didasarkan pada keterwakilan dari stratifikasinya umur, jenis kelamin, asal daerah, dan
kemampuan dalam berselancar, sedangkan penentuan responden dari pengelola dilakukan berdasarkan keterwakilan dari jenis pengelolaan yang dilakukannya
kegiatan, penyewaan alat, pelatihan dan kawasan. Wawancara mendalam yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan panduan wawancara yang merujuk
pada berbagai hal yang terkait dengan bahaya dan resiko di kawasan. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mengetahui pengalaman kejadian yang pernah
dialami atau dihadapi oleh pengunjung maupun oleh pengelola. Wawancara mendalam tidak hanya mengumpulkan informasi mengenai
bentuk bahaya dan resiko di kawasan tetapi juga mengumpulkan informasi mengenai berbagai kondisi fisik dan biologi kawasan yang diketahui dan
informasi lain yang dapat mempengaruhi atau menjadi bahaya dan resiko bagi pengunjung.
3.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data yang dikumpulkan melalui studi literatur, observasi lapang dan wawancara mendalam telah didapat. Tiap-tiap data
bahaya dan resiko yang didapat diberi nilai dengan mengacu pada panduan kemungkinan resiko likelihood. Kemudian dinilai juga tingkat keparahan bahaya
severity yang telah teridentifikasi dari data sebelumnya Bedford 2003. Alokasi angka-angka kemungkinan dan keparahan bahaya dan resiko yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Penilaian peluang
Peluang Nilai Keterangan
Sangat sering 5
Selalu muncul pada setiap keadaan
Sering 4
Muncul pada sebagian besar waktu
Cukup sering 3
Sering muncul pada saat-saat tertentu
Agak sering 2
Terkadang muncul pada saat tertentu
Jarang 1
Hanya muncul pada keadaan yang sangat ekstrim Sumber: Australia New Zealand risk management guideline 2004; UNEP 2008
Tabel 3. Penilaian keparahan bahaya
Keparahan Nilai
Keterangan Sangat parah
16 Gangguan bersifat
permanen
Parah 8
Gangguan terjadi selama lebih dari 24 jam
Cukup parah 4
Terjadi gangguan dalam jangka waktu singkat
Agak parah
2 Ada gangguan
kecil
Tidak parah 1
Tidak ada gangguan berarti Sumber: Australia New Zealand risk management guideline 2004; UNEP 2008
Indikator untuk tiap tingkatan peluang didasarkan pada kemunculan hariannya. Peluang sangat sering diperuntukan bagi bahaya yang keberadaannya
ada setiap hari, kemunculan bahaya yang terjadi hampir setiap hari dikatakan sebagai sering, peluang cukup sering untuk bahaya yang hanya muncul dalam
beberapa hari sekali, peluang agak sering untuk bahaya yang munculnya membutuhkan rentang waktu lebih dari 7 hari dan dikatakan jarang bila
membutuhkan waktu berminggu-minggu. Sedangkan untuk penilaian keparahan ditentukan berdasarkan standar yang telah ada.
Pemaparan resiko dilakukan menurut fungsi dari kemungkinan likelihood dan keparahan severity, Krezner 1998 yaitu:
Resiko = f peluang, keparahan Kemudian, berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan penilaian resiko risk
assessment dengan menghitung antara nilai peluang dan keparahan Bedford 2003 sebagai berikut:
Resiko risk = Peluang likelihood x Keparahan severity Dari perhitungan seluruh tingkat peluang dan keparahan tersebut, maka
akan didapatkan matriks tingkatan resiko sebagai berikut: