3.4.1 Studi literatur
Studi ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai kondisi di pantai Krui termasuk kondisi fisik dan biologi pantai yang berguna
sebagai data pendukung bagi penelitian ini. Literatur yang digunakan dapat berasal dari buku, data instansi terkait Angkatan Laut, Pemerintah Daerah,
Puskesmas dll, media cetak atau media elektronik.
3.4.2 Observasi kawasan
Observasi kawasan dilakukan untuk meneliti secara langsung bahaya dan resiko yang ada di kawasan. Selain itu observasi kawasan juga dilakukan sebagai
bentuk verifikasi terhadap informasi tentang bahaya dan resiko yang diberikan oleh pengunjung dan pengelola. Observasi kawasan dilakukan di Pantai Labuhan
Jukung dan Pantai Mandiri dan dilakukan kajian secara mendalam tentang berbagai potensi dan sumber bahaya dan resikonya.
Dari observasi kawasan dilakukan pengukuran terhadap kondisi fisik dan biologi kawasan sebagai berikut:
a. Materi pembentuk pantai
Materi pembentuk pantai dikelompokkan berdasarkan pada material yang membentuk kawasan pantai yang dilihat hingga titik surut terendahnya. Material
pembentuknya tersebut berupa pasir, pasir dan pecahan karang dan karang.
b. Tinggi ombak
Jenis ombak ditentukan dari jenis pecah gelombangnya. Jenis ombak ini dibagi menjadi tiga yaitu spilling breaker, merupakan bentuk ombak yang curam
dan menajam di puncaknya. Jenis yang kedua adalah plunging breakers yaitu ombak dengan dasar yang cembung ke belakang namun memiliki puncak
gelombang yang cekung ke depan Hutabarat dan Evans 1986 dan surging breaker yaitu ombak yang bentuknya menyerupai plunging breaker namun
pecahnya tepat di pinggir pantai.
c. Pasang surut
Pengukuran terhadap ketinggian pasang surut dilakukan menggunakan alat ukur pasang surut otomatis yaitu A-OTT KEMPTEN R-20 Strip-Chart.
d. Arus
Pengukuran arus air dilakukan dengan menerapkan metode Lagrangian yaitu suatu cara mengukur arus laut dengan cara melepas benda apung atau drifter ke
laut, kemudian diukur jarak dan vektor perpindahannya Johnson dan Pattiaratchi 2004. Sedangkan penentuan jenis arus yang ada didasarkan pada arahnya.
3.4.3 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan terhadap pengunjung dan pengelola yang mewakili pendapat sekelompok individu. Penentuan responden dari pengunjung
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang didasarkan pada keterwakilan dari stratifikasinya umur, jenis kelamin, asal daerah, dan
kemampuan dalam berselancar, sedangkan penentuan responden dari pengelola dilakukan berdasarkan keterwakilan dari jenis pengelolaan yang dilakukannya
kegiatan, penyewaan alat, pelatihan dan kawasan. Wawancara mendalam yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan panduan wawancara yang merujuk
pada berbagai hal yang terkait dengan bahaya dan resiko di kawasan. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mengetahui pengalaman kejadian yang pernah
dialami atau dihadapi oleh pengunjung maupun oleh pengelola. Wawancara mendalam tidak hanya mengumpulkan informasi mengenai
bentuk bahaya dan resiko di kawasan tetapi juga mengumpulkan informasi mengenai berbagai kondisi fisik dan biologi kawasan yang diketahui dan
informasi lain yang dapat mempengaruhi atau menjadi bahaya dan resiko bagi pengunjung.
3.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data yang dikumpulkan melalui studi literatur, observasi lapang dan wawancara mendalam telah didapat. Tiap-tiap data
bahaya dan resiko yang didapat diberi nilai dengan mengacu pada panduan kemungkinan resiko likelihood. Kemudian dinilai juga tingkat keparahan bahaya
severity yang telah teridentifikasi dari data sebelumnya Bedford 2003. Alokasi angka-angka kemungkinan dan keparahan bahaya dan resiko yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: