Bulu Babi Pengelolaan Penurunan Tingkat Resiko

pengelolaan bahaya dan resikonya berupa terima resiko UNEP, 2008 namun bukan berarti bahwa dapat diabaikan pengelolaan. Tindakan yang dapat diambil sebagai bentuk pengelolaan penurunan bahaya dan resiko dari bulu babi adalah berupa pemberian informasi terhadap pengunjung tentang keberadaan bulu babi di Pantai Labuhan Jukung yang menjadi bahaya bagi peselancar. Bulu babi yang berada di Pantai Labuhan Jukung memiliki habitat di bawah karang atau bebatuan. Sehingga, selain informasi tentang keberadaan bulu babi tersebut, peselancar juga disarankan untuk menggunakan alas kaki pada saat harus berjalan melewati karang menuju zona selancar dan juga harus berhati-hati dengan pijakan yang diambilnya dapat juga diletakkan bendera peringatan yang menunjukkan keberadaan bulu babi di Pantai Labuhan Jukung seperti halnya keberadaan materi pembentuk pantai berupa karang. Berbagai tindakan diatas merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh inverstor penyewa kawasan atau pemerintah setempat selaku pengelola kawasan, sayangnya sejauh ini belum ada pengelolaan yang dilakukan berkaitan dengan bahaya dan resiko bulu babi tersebut. Keseluruhan pengelolan yang dipaparkan diatas baik berupa bentuk pengelolaan yang telah dilakukan, rekomendasi pihak pengelola yang dibebankan yang didasarkan masing-masing bahayanya ditunjukkan pada Tabel 16. No Bahaya Bentuk Pengelolaan yang Telah Ada Rekomendasi Pengelolaan Rekomendasi Pihak Pengelola yang Dibebankan 1. Arus Balik Papan peringatan Menghindari resiko, informasi awal melalui pamflet, papan informasi dan website. Pemerintah setempat, investorpenyewa kawasan dan agen perjalanan

2. Panas dan Sinar

Matahari Pendirian tempat berteduh Mereduksi resiko, kampanye perlindungan melalui brosur, pamflet dan website, penyediaan krim matahari melalui fasilitas hotel atau penjualan, penyediaan pakaian selancar melalui penjualan atau penyewaan. Pemerintah setempat, pengelola penginapan, pengusaha penjualan barang kebutuhan sehari-hari dan peralatan selancar.

3. Ombak dan

Materi Pembentuk Pantai Klinik kecil Menerima resiko, pemberian informasi awal tentang kondisi ombak harian melalui website dan materi pembentuk pantai melalui bendera peringatan, pengawas pantai dan pendirian instalasi kesehatan yang lebih baik. Pemerintah setempat dan investorpenyewa kawasan.

4. Bulu Babi

Belum ada Menerima resiko, pemberian informasi, anjuran penggunaan alas kaki, bendera peringatan. Pemerintah setempat dan investorpenyewa kawasan. Tabel 16. Bentuk pengelolaan yang telah ada, rekomendasi pengelolaan dan pihak pengelola berdasarkan jenis bahaya

5.4 Rekomendasi Pengelolaan Wisata Selancar Krui

Rekomendasi pengelolaan wisata selancar di Krui merupakan rekomendasi yang berkaitan dengan pengelolaan secara umum. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengelolaan wisata selancar yang dilakukan di Krui masih kurang optimal, tidak hanya dalam pengelolaan bahaya dan resiko saja tetapi juga dalam pengelolaan secara umum. Rekomendasi pengelolaan wisata selancar Krui dimaksudkan agar dapat menambah tingkat kepuasan pengunjung wisata selancar sehingga dapat meningkatkan frekuensi kunjungannya. Belum ada pendataan tentang jumlah pengunjung yang datang ke kawasan selancar Krui. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya administrasi yang mendukung untuk memperoleh data pengunjung tersebut. Bentuk administrasi yang dapat dilakukan untuk memperoleh hal tersebut diantaranya dapat dilakukan melalui izin masuk kawasan selancar, atau pengumpulan data identitas pengunjung penginapan di sekitar Krui. Pendataan pengunjung ini dilakukan untuk mendapatkan data base pengunjung agar dapat diketahui bila terjadi pengunjung yang hilang atau mengalami insiden tertentu dan untuk memberikan pelayanan jasa yang dapat disesuaikan dengan kultur yang dimiliki oleh dominansi pengunjung yang ada dengan tetap memberikan kekhasan daerah Lampung itu sendiri. Untuk mencapai kawasan selancar Krui, pengunjung menyewa jasa agen perjalanan yang dikelola oleh pihak swasta bekerjasama dengan masyarakat setempat, sedangkan informasi mengenai kawasan selancar Krui sendiri masih didominasi oleh informasi yang diberikan oleh peselancar mancanegara. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan pengelolaan wisata yang lebih baik termasuk promosi. Perencanaan ini tidak hanya mengenai bagaimana membawa pengunjung ke kawasan wisata selancar saja, tetapi juga tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan daya tarik wisata selancar Krui. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat paket-paket wisata yang menarik. Paket wisata tersebut tidak hanya menjadikan wisata selancar sebagai daya tarik utamanya saja, namun juga memanfaatkan daya tarik wisata lain untuk menambahkan tingkat kepuasan tersebut, seperti kawasan repong damar, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan atau Pulau Pisang. Repong damar yang berada di Pekon Pahmungan, Krui memiliki daya tarik berupa cara pemanenan resin damar secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daya tarik berupa keanekaragaman hayati daerah tropis yang khas. Sedangkan Pulau Pisang dikelilingi oleh perairan yang kaya dengan berbagai jenis ikan yang menarik seperti jenis blue marlin yang menjadikan Pulau Pisang sebagai daya tarik tambahan bagi Krui. Pencapaian hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama antara pihak pemerintah dan investor serta masyarakat setempat. Investor merupakan pihak yang diberikan kewenangan untuk mengelola kawasan dengan batasan regulasi yang diberikan oleh pemerintah setempat. Regulasi yang dibuat bertujuan untuk menjaga tidak hanya keadaan kawasan namun juga berkaitan dengan masyarakat setempat. Masyarakat setempat dapat diberdayakan dalam pengelolaannya, tingkat ketrampilan yang dimiliki masyarakat ditingkatkan untuk memberikan citra pengelolaan yang baik. Keterampilan yang ditingkatkan termasuk dalam kemampuan berbahasa asing dan teknik pelayanan. Masyarakat diarahkan untuk memiliki peranan dalam kegiatan wisata berupa tour operator atau interpreter. Bersamaan dengan regulasi yang dibuat, perlu dilakukan dibuat juga tatanan organisasi pengelolaan yang memberikan investor atau pihak swasta kebebasan dalam mengembangkan kawasan wisata selancar namun tetap dalam batasan tertentu yang tidak menyebabkan terjadinya kerusakan kealamian kawasan. Tatanan tersebut harus menjadikan pemerintah setempat sebagai pihak pengawas untuk menjaga kelestarian kawasan dan memastikan adanya keterlibatan masyarakat sekitar sebagai pihak publik yang berada disekitar kawasan.