Fauna Laut Karakteristik Responden Peselancar

untuk terinjak oleh peselancar. Selain itu, resiko yang dapat ditimbulkan apabila menginjak bulu babi pun hanya berupa cedera tertusuk. Bulu babi merupakan jenis fauna lain yang dipaparkan oleh responden sebagai bahaya atau sumber resiko yang berada di Pantai Labuhan Jukung yang berkarang. Bulu babi merupakan jenis echinodermata yang memiliki jarum disekeliling tubuhnya yang merupakan sumber bahaya dari fauna ini. Umumnya peselancar memaparkan bahwa resiko yang diberikan oleh bulu babi hanya sebatas luka tusuk saja, namun terdapat beberapa responden yang juga memaparkan bahwa bulu babi juga memiliki bisa yang berbahaya. Jenis bulu babi yang dimaksud adalah jenis Toxopneustes pileolus yang dianggap paling berbisa, sayangnya hal tersebut masih belum dapat dipastikan Hashimito 1979, sedangkan jenis bulu babi yang ditemukan di Pantai Labuhan Jukung adalah jenis Arbacia lixula. Bulu babi ini memiliki habitat di bawah karang dan bebatuan dengan diameter yang dapat mencapai 5 cm, walaupun tidak memiliki bisa venom, namun durinya dapat menyebabkan luka apabila terinjak Guidetti dan Mori 2005. Responden dari pihak peselancar juga memaparkan adanya bahaya dari fauna lain yaitu ubur-ubur. Ubur-ubur merupakan fauna laut yang tersebar secara luas diseluruh belahan dunia. Walaupun ubur-ubur yang pernah berada di Pantai Labuhan Jukung bukan merupakan jenis ubur-ubur yang berbahaya Stomolophus Gambar 13. Bulu babi Arbacia lixula yang berada di kawasan Pantai Labuhan Jukung. meleagris karena hanya menyebabkan gatal-gatal saja namun peselancar memaparkan bahwa keberadaan ubur-ubur juga merupakan suatu bahaya yang harus diperhatikan karena ubur-ubur yang berbisa sebagian besar tersebar di kawasan tropis yang memiliki suhu yang hangat. Ubur-ubur merupakan fauna tak bertulang belakang yang memiliki tentakel yang panjangnya dapat mencapai 50 kaki dan pada tentakel tersebut terdapat 900 sel-sel penyengat untuk setiap inchinya. Bisa yang disuntikkan oleh sel-sel penyengat tersebut memiliki tingkat resiko yang berbeda-beda, tergantung pada pengaruh bias yang diberikan yang dapat berupa rasa gatal, rasa sakit yang sangat dan bahkan pada beberapa jenis tertentu juga dapat menyebabkan kematian. Perbedaan bisa tersebut ditentukan dari jenis ubur-ubur itu sendiri yang berkaitan dengan kemampuan penetrasi bisa, ketebalan kulit objek yang terkena tentakel dan sensitivitas objek tersebut terhadap bisa dari ubur-ubur. Ubur-ubur cannonballs Stomolophus meleagris yang pernah berada di Pantai Labuhan Jukung merupakan ubur-ubur yang tidak memiliki tentakel namun jenis ini memiliki kaki-kaki makan yang menggantikan fungsi tentakel. Ukurannya berkisar antara 8 hingga 10 inci dan kurang berbisa Whitaker et al 2008, resiko yang dimiliki dari bias ubur-ubur jenis ini hanya berupa rasa gatal saja. Beberapa jenis ubur-ubur yang dipaparkan peselancar sebagai ubur-ubur yang berbahaya adalah jenis ubur-ubur yang berbentuk kotak yaitu jenis Chironex fleckeri, Carukia barnesi dan Malo kingi. Alasan responden memaparkan hal ini karena resiko dari bisa yang dimiliki oleh ubur-ubur tersebut dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat bahkan hingga kematian.

5.2 Analisis Resiko

Analisis resiko dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang ada. Pengurutan tingkat resiko didasarkan pada tingkat peluang kemunculan bahaya bagi peselancar dan tingkat nilai keparahan dari bahaya tersebut.

5.2.1 Resiko Panas Terasa dan Sinar Matahari

Berdasarkan indeks panas yang telah dikumpulkan selama penelitian diketahui bahwa resiko dari bahaya panas matahari di daerah Pantai Labuhan Jukung terdiri dari dua tingkat yaitu caution peringatan dan extreme caution peringatan keras. Sedangkan untuk Pantai Mandiri, selain kedua tingkat bahaya yang telah dipaparkan diatas terdapat satu tingkat lagi yaitu danger bahaya. Bentuk resiko yang dapat disebabkan untuk setiap tingkatan tersebut adalah kelelahan untuk caution, sunstroke, kram otot, danatau kelelahan akibat kepanasan untuk tingkat extreme caution. Kemudian untuk tingkat danger kemungkinan resiko dan bahayanya berupa sunstroke, kram otot, danatau kelelahan akibat kepanasan dengan peluang yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat sebelumnya NOAA 2010. Hal ini memberikan resiko bagi peselancar karena dapat mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan mereka untuk berselancar. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi tindakan pada saat ombak tertentu dan melakukan kekeliruan akibatnya. Kosaka et al 2004 menyatakan bahwa seseorang yang beraktifitas dibawah sinar matahari akan menghabiskan kalori lebih banyak sebesar 600 W yang dikeluarkan melalui keringatnya sebagai bentuk adaptasi kulit terhadap panas yang diterima, hal ini menjelaskan resiko berupa sunstroke dan kelelahan akibat panas matahari selain itu bila selama melakukan aktifitasnya peselancar tidak memperoleh asupan cairan yang cukup maka hal ini juga dapat mendorong terjadinya dehidrasi. Adanya pengeluaran energi yang lebih besar hingga mencapai 600 W, dapat mengakibatkan energi yang dimiliki peselancar saat melakukan kegiatan selancar dibawah sinar matahari dengan intensitas yang tinggi akan lebih cepat berkurang dibandingkan mereka yang berselancar dibawah sinar matahari dengan intensitas yang lebih rendah yang akan menyebabkan terjadinya kelelahan. Sunstroke atau dalam istilah medis dikenal juga dengan hiperthermia merupakan keadaan meningkatnya suhu tubuh yang diakibatkan oleh gagalnya proses thermoregulasi yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga suhu tubuhnya tetap berada pada batasan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi organ tubuh, termasuk fungsi otak dan otot. Gangguan fungsi organ yang diakibatkan oleh resiko dan bahaya hyperthermia tidak hanya bergantung pada tingkatan hyperthermianya tetapi juga pada durasi lamanya hiperthermia tersebut berlangsung Kosaka et al 2004.