Angin Kondisi Alam yang Mempengaruhi Kegiatan Selancar .1 Ombak

menangkap ombak karena dorongan angin pada ujung papan selancar Robison 2010. Umumnya peselancar melakukan adaptasi dengan cara menempatkan dirinya lebih curam kearah air sehingga terbantu oleh gaya gravitasi dan dengan melakukan kayuhan yang lebih kuat. Berbeda halnya dengan angin yang bertiup ke arah laut, angin yang bertiup ke arah pantai menyebabkan ombak pecah lebih awal karena adanya dorongan terhadap puncak ombak oleh angin tersebut. Ombak yang terbentuk oleh angin ini cenderung tidak teratur, bergelombang dan berombak, sulit untuk diduga, dan hanya dapat dikendarai dalam waktu yang singkat. Angin jenis ini cocok digunakan untuk latihan bagi peselancar pemula Robison, 2010. Kondisi angin lain yang dapat terjadi di pantai adalah angin yang melintasi pantai atau searah dengan garis pantai. Angin ini merupakan angin dengan periode yang kecil dan singkat serta bergerak dengan kisaran sudut 90 derajat dengan arah gelombang. Pada saat angin bertiup bersinggungan dengan gelombang yang besar dan belum pecah maka ombak yang terbentuk akan berupa ombak yang besar dengan waktu pecah yang cukup cepat, namun pada saat kekuatan angin rendah mengenai gelombang, maka pembentukan ombaknya akan lebih lambat. Hasil akhir yang didapatkan berupa beberapa seksi ombak yang berbeda yang secara dramatis memperkecil potensi lamanya ombak tersebut untuk dikendarai Robison 2010. Gambar 4. Arah angin dan bentuk ombak yang terbentuk oleh angin ke arah pantai.

2.1.2.1.4 Pasang Surut

Pasang surut memiliki keterkaitan dengan kedalaman air, faktor ini memiliki peranan yang penting dalam menentukan kapan, bagaimana dan dimana gelombak akan pecah menjadi ombak. Namun, terdapat beberapa ombak yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh pasang surut. Jika pasang terlalu tinggi, ombak yang terbentuk dapat terlalu lemah atau bahkan tidak pecah sama sekali. Namun, jika terlalu rendah, maka kedalaman air akan sangat dangkal sehingga ombak akan pecah tepat dipinggir pantai atau hamparan karang, yang menyebabkan peselancar tidak dapat berselancar. Pasang surut untuk setiap kawasan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh pergeseran waktu kemunculan bulan 50 menit lebih lambat dari hari sebelumnya, sehingga menyebabkan perubahan pasang surut disuatu kawasan untuk setiap harinya juga Weaver dan Bannerot 2009. Pasang surut memiliki kisaran yang bervariasi, dari beberapa inchi hingga mencapai ketinggian 40 kaki. Pengukuran pasang surut didasarkan pada mean ketinggian tinggi air terendah. Merupakan hal yang umum bagi peselancar untuk memeriksa keadaan pasang surut yang ada di kawasan selancarnya. Dibeberapa kawasan selancar bahkan menyediakan chart pasang surut untuk kawasannya. Gambar 5. Arah angin dan bentuk ombak yang terbentuk oleh angin sejajar garis pantai.

2.1.2.1.5 Fauna Laut

Fauna laut turut memberikan pengaruh pada kegiatan selancar. Hal ini berpengaruh terhadap kemungkinan dapat berselancar atau tidak. Keberadaan fauna laut dalam kandungan air tertentu pada kawasan selancar dapat menyebabkan peselancar disarankan bahkan dilarang untuk berselancar. Fauna laut yang cenderung diperhatikan keberadaannya dalam kegiatan selancar adalah ikan hiu. Terdapat lebih dari 400 jenis ikan hiu yang ada di dunia, namun yang sering menyebabkan terjadinya pelarangan kegiatan selancar adalah ikan hiu jenis Carchadoron carcharias, Galeocerdo cuvier dan Carcharihinus leucas Leatherman 2003. Ikan hiu cenderung tidak memangsa manusia, umumnya serangan yang dilakukan oleh hiu pada peselancar dikarenakan adanya kemiripan antara peselancar dengan mangsanya Leatherman 2003. Beberapa kekeliruan tersebut dapat diakibatkan oleh warna pakaian peselancar yang umumnya berwarna hitam sehingga menyerupai warna singa laut atau siluet peselancar diatas papan selancar yang menyerupai penyu. Ubur-ubur adalah fauna laut lain yang diperhatikan dalam kegiatan selancar. Ubur-ubur memiliki bisa yang dapat disuntikkan ke dalam tubuh peselancar melalui tentakelnya apabila bersentuhan dengan kulit peselancar yang dapat menyebabkan rasa sakit hingga kematian. Walaupun tidak semua bisa ubur-ubur berbahaya namun peselancar umumnya selalu diingatkan tentang keberadaan fauna tersebut.

2.2 Pengelolaan Bahaya dan Resiko

Pengelolaan bahaya dan resiko pada kondisi alam merupakan suatu hal yang dibuat secara seksama dengan memperhatikan berbagai bentuk bahaya dan resiko yang diberikan oleh kondisi alam dari kawasan tersebut. Pengelolaan bahaya dan resiko pada kondisi alam suatu kawasan melibatkan faktor ketidakpastian karena sifat alam yang tidak pasti. Terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dalam mengelola bahaya dan resiko. Proses yang pertama adalah melakukan identifikasi terhadap bahaya dan resiko yang terdapat di dalamnya, proses identifikasi ini ditentukan dengan cara