b. Materi pembentuk pantai
Pengukuran bahaya dan resiko yang berasal dari materi pembentuk pantai ditentukan dengan menyertakan ketinggian ombak di kawasan tersebut. Matriks
resiko dan bahaya disajikan pada Tabel 5.
Wave height
Beach type
0.5 m
0.5 m 1.0 m 1.5 m 2.0 m 2.5 m 3.0 m 3.0
m
Dissipative 4 5 6 7 8 9 10
10
Long shore Bar Trough
4 5 6 7 7 8 9 10
Rhythmic Bar Beach
4 5 6 6 7 8 9 10
Transverse Bar Rip
4 4 5 6 7 8 9 10
Low Tide Terrace
3 3 4 5 6 7 8 10
Reflective 2 3 4 5 6 7 8 10
Keterangan : 1-3 least hazardous 7-8 highly hazardous
4-6 moderately hazardous 9-10 extremly hazard
c. Pasang Surut
Parameter dan nilai batas pasang surut ditentukan dengan mengacu pada Dawes 2007 Tabel 6.
Gambar 7. Indeks panas NOAA, 2010
Tabel 5. Matriks resiko dan bahaya materi penbentuk pantai dan ketinggian ombak Hartman dan Meyer 2007.
Parameter Nilai batas
Jarang terjadi Umum
Tetap Tetap dan berbahaya
Kisaran pasang surut normal Kisaran pasang surut ekstensif
Potensi terjadinya perubahan pasang tiba-tiba
Potensi yang lebih akan terjadinya perubahan pasang tiba-tiba
d. Arus
Parameter dan nilai batas arus ditentukan dengan mengacu pada FEE 2011 Tabel 7.
Parameter Nilai batas
Jenis Arus lateral
Arah Menuju laut
Kecepatan Perlahan hingga cepat
3.7 Sintesis data
Tahap ini merupakan penggabungan antara hasil analisis deskriptif dan analisis resiko. Pada tahap ini dirumuskan berbagai bentuk bahaya dan resiko
yang ada di kedua kawasan penelitian.
3.8 Pengelolaan Resiko dan Bahaya Pada Kegiatan Selancar di Krui
Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian berupa penentuan rekomendasi pengelolaan bahaya dan resiko yang tidak hanya sesuai dengan kondisi fisik dan
biologi kawasan, namun juga sesuai dengan sisi pandang pengunjung dan pengelola. Rekomendasi pengelolaan disesuaikan dengan matriks evaluasi resiko
Gambar 8 yang penentuannya didasarkan pada peluang dan keparahan resiko. Selain itu penekanan pengelolaan didasarkan pada tingkatan resikonya.
Tabel 6. Parameter dan nilai batas pasang surut Dawes 2007.
Tabel 7. Parameter dan nilai batas arus FEE 2011.
Tinggi
Gambar 8. Matriks evaluasi resiko UNEP 2008.
F R
E K
U E
N S
I
Rendah
KEPARAHAN
Tinggi Hindari
resiko
Memindahkan resiko
Terima resiko
Reduksi resiko
IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Fisik
Krui berada di Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat dengan luas sebesar 110,01 km
2
yang merupakan hasil pemekaran pada tahun 1949. Secara geografis letak Kecamatan Pesisir Tengah berada diantara 103
o
-104
o
BT dan 5
o
-6
o
LS. Kecamatan Pesisir Tengah berada di ketinggian 15 m dpl dan berjarak 297 km dari ibu kota Provinsi. Suhu maksimum pada kawasan ini
mencapai 28
o
C dan suhu minimumnya mencapai 26
o
C, dengan zona agroklimat A yang memiliki jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak dalam setahun
adalah 180 hari yang berkisar antara 3.000 – 3.500 mm per tahun. Bentuk wilayah di Kecamatan Pesisir Tengah terbagi menjadi tiga yaitu datar sampai berombak
50, berombak sampai berbukit 20 dan berbukit sampai bergunung 30 Kecamatan Pesisir Tengah 2010. Kecamatan Pesisir Tengah memiliki batas
wilayah sebagai berikut : 1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Karya Penggawa. 2.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pesisir Selatan. 3.
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera India. 4.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Balik Bukit dan Batu Brak. Untuk mencapai lokasi Krui, Kecamatan Pesisir Tengah dapat ditempuh
melalui jalur darat. Terdapat dua alternatif jalur rute yang dapat ditempuh : Tabel 8. Alternatif rute Bandar Lampung – Krui.
Rute Transportasi Jarak
km Waktu Tempuh
Jam
Bandar Lampung Tanjung Karang – Bandara Raden Intan – Terbanggi Besar –
Kota Bumi – Bukit Kemuning – Baradatu – Sumberjaya – Liwa – Krui
Kendaraan Roda empat
± 278
+ 7
Bandar Lampung Tanjung Karang – Pringsewu – Kota Agung – Bukit Barisan –
Bengkunat – Krui Kendaraan roda
empat ± 247
+ 6
Kendaraan umum dari Bandar Lampung yang langsung menuju ke Krui adalah : 1.
PO. Krui Putra 2.
PO. Bengkulu Indah