Importance Performance Analysis IPA

hortikultura. Tanaman hortikultura membutuhkan sinar matahari untuk pertumbuhannya, sementara tegakan utama di hutan lindung tersebut seringkali rimbun dan menutupi tanaman hortikultura dari paparan sinar matahari. Hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi tegakan utama hutan lindung apabila petani tersebut berpikiran untuk memangkas atau bahkan menebang tegakan utama hutan lindung. Komposisi tegakan utama di hutan lindung Desa Warjabakti sendiri terdiri dari pohon berjenis pinus, manglid, rasamala, suren, dan eukaliptus. Berikut gambaran komposisi tegakan dalam hutan lindung Desa Warjabakti: = Tegakan Utama = Tanaman Kopi Gambar 3 Gambaran Komposisi Tegakan Secara kebetulan ketika petani akan beralih ke tanaman kopi, relawan program GMP Pertamina Foundation masuk ke Desa Warjabakti dan menawarkan konsep menabung pohon dengan apresiasi atau bantuan dari Pertamina Foundation sebesar Rp 2.500 per pohon. Delapan dari sepuluh kelompok petani yang tergabung dalam LMDH Taruna Bina Tani, kemudian bersedia bergabung ke dalam program ini dan mengikuti segala skema program GMP. Berikut rangkuman masuknya skema program GMP pada Desa Warjabakti: Gambar 4 Skema Masuknya Program GMP ke Desa Warjabakti Sementara skema sistem program Gerakan Menabung Pohon Pertamina Foundation ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 dapat menjelaskan bahwa selain mendapatkan dana bantuan penanaman sebesar Rp 2.500 per pohon, relawan GMP juga diberikan pelatihan-pelatihan menurut buku panduan menabung pohon Pertamina Foundation selama siklus tanam. Apabila sesuai dengan kriteria, maka relawan pun mendapat apresiasi dengan diwisuda menjadi ecopreneur Pertamina Foundation. Sumber: Pertamina Foundation 2012a Gambar 5 Skema Sistem Menabung Pohon Pertamina Foundation

5.4 Pola Kerjasama Program GMP Pertamina Foundation

Relawan Gerakan Menabung Pohon Pertamina Foundation pada prinsipnya berkewajiban menjalankan seluruh aktivitas menabung pohon mulai dari perencanaan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi, pengembangan, pemanenan, dan pengawasan. Dalam hal penguatan manfaat sosial, relawan program GMP bekerjasama dengan petani yang menguasai lahan pemilikpenggarap. Pertamina Foundation akan memberikan dana sponsorship hanya untuk penanaman pohon. Relawan juga berkewajiban serta melaksanakan bagi hasil Pertamina Foundation, 2012a. Dalam hal bagi hasil, 10 dari penerimaan digunakan untuk insentif sosial yang diberikan kepada desa. Besaran insentif sosial sebesar 10 tersebut memiliki rincian penggunaan sebagai berikut: 5 digunakan untuk pengembangan desa dan 5 untuk Pertamina Foundation selaku sponsor dan pemegang hak manfaat sosial lingkungan. Pertamina Foundation sendiri menggunakan dana tersebut untuk keberlanjutan program Pertamina Foundation. Para pihak penerima insentif sosial ini memiliki hak secara penuh untuk mengatur penggunaan hak insentif sosialnya dari proses bagi hasil. Atas dasar tersebut, maka urutan penanggung jawab penjagaan pohon yang diusahakan dalam program GMP adalah petani, desa dan relawan program GMP Pertamina Foundation , 2012a. Berdasarkan Standard Operating Procedure Program GMP Pertamina Foundation dan perjanjian kerjasama PKS program PHBM antara KPH Bandung Selatan Perum Perhutani dengan LMDH Taruna Bina Tani peran masing-masing stakeholders di Desa Warjabakti ditunjukkan dengan tabel berikut: Tabel 8 Peran Stakeholders Program GMP di Desa Warjabakti No Stakeholders Peran 1 Pertamina Foundation Pemberi dana sponsorship atas penananam pohon 2 Relawan Menjalankan seluruh aktivitas menabung pohon mulai dari perencanaan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi, pengembangan, pemanenan, pengawasan, serta menjalankan bagi hasil. 3 Desa Pengamanan pohon 4 Petani Menjalankan seluruh aktivitas menabung pohon mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengamanan pohon. 5 Perhutani Pemilik Lahan Penguatan kelembagaan, optimalisasi perkembangan, monitoring , evaluasi, dan pengamanan Sumber: Pertamina Foundation 2012a dan KPH Bandung Selatan 2011

5.5 Aspek Non Finansial Program Kolaboratif GMP-PHBM

Program kolaboratif GMP-PHBM merupakan suatu usaha yang mengusahakan komoditas kopi. Program kolaboratif ini tentunya memiliki aspek- aspek non finansial dalam mengusahakan kopi tersebut. Berikut merupakan penjelasan dari aspek aspek non finansial dari program kolaboratif GMP-PHBM tersebut.

5.5.1 Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan hal penting dalam suatu usaha, tidak sedikit jumlah usaha yang gagal akibat aspek pasar dari usaha tersebut yang kurang mendukung. Aspek pasar meliputi potensi pasar dari hasil komoditi yang diusahakan dan rencana pemasaran hasil usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Warjabakti.

1. Potensi Pasar Kopi Arabika

Petani kopi arabika yang tergabung dalam LMDH Taruna Bina Tani menjual hasil panen kopinya dalam bentuk gelondong segar. Biji kopi basah tersebut sampai saat ini dijual kepada PT. Berkah Tatar Sunda. Data mengenai permintaan kopi arabika dari LMDH Taruna Bina Tani tersebut tidak dapat diketahui secara pasti. Namun permintaan kopi arabika dapat didekati melalui data kebutuhan kopi Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai 121.107 ton per tahunnya Arifenie, 2015.

2. Pemasaran

Pasar yang dituju oleh petani kopi arabika anggota LMDH Taruna Bina Tani sampai saat ini masih kepada PT. Berkah Tatar Sunda. PT. Berkah Tatar Sunda membeli hasil panen petani anggota LMDH Taruna Bina Tani dalam bentuk gelondong segar tanpa melalui pengolahan lebih lanjut. Setelah itu, PT. Berkah Tatar Sunda melakukan pengupasan, pengeringan, dan penggilingan sampai menjadi bubuk kopi untuk selanjutnya dijual kepada industri kopi yang lebih besar. Dari segi harga, petani anggota LMDH Taruna Bina Tani menjual gelondong segar kopinya seharga Rp 7.500Kg. LMDH Taruna Bina Tani sendiri tidak melakukan proses promosi khusus terhadap buah kopinya. Promosi terhadap hasil panen sendiri dilakukan hanya berdasarkan jaringan yang dimiliki oleh pengurus LMDH Taruna Bina Tani.

5.5.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan petani dalam menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis yaitu lokasi usaha, ketersediaan input, letak pasar, dan proses produksi. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing komponen dalam aspek teknis program kolaboratif GMP-PHBM.

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161