mengikuti program GMP yang mengusahakan kopi, dibanding sebelum datangnya program GMP dimana petani mengusahakan hortikultura pada kawasan hutan
lindung Desa Warjabakti. Sementara penilaian tingkat kesesuaian antara tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan pada sub indikator manfaat program kolaboratif
GMP-PHBM di Desa Warjabakti disajikan pada tabel berikut. Tabel 27 Perhitungan Kesesuaian antara Kepuasan dan Kepentingan pada Sub
Indikator Manfaat Program Kolaboratif GMP-PHBM
Nomor Sub Indikator
Manfaat a Total Nilai
Kepuasan X b
Total Nilai Kepentingan
Y c
X
d=b 100
Y
e=c 100
Tingkat Kesesuaian
f=de Manfaat Program GMP Bidang Ekonomi
Sub Indikator 1 282
287 2,82
2,87 98
Sub Indikator 2 298
296 2,98
2,96 101
Sub Indikator 3 386
383 3,86
3,83 101
Sub Indikator 4 396
398 3,96
3,98 99
Sub Indikator 5 395
399 3,95
3,99 99
Manfaat Program GMP Bidang Sosial Sub Indikator 6
397 399
3,97 3,99
99 Sub Indikator 7
365 393
3,65 3,93
93 Sub Indikator 8
398 399
3,98 3,99
100 Sub Indikator 9
398 399
3,98 3,99
100 Sub Indikator 10
395 398
3,95 3,98
99 Manfaat Program GMP Bidang Ekologis
Sub Indikator 11 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 12 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 13 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 14 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 15 396
397 3,96
3,97 100
Rata-Rata 99
Keterangan: Penjelasan nomor sub indikator ditampilkan dalam Tabel 28.
6.2.2 Analisis Diagram Cartesius terhadap Indikator Manfaat Program GMP
Hasil pengolahan data yang telah disajikan pada Tabel 27 tentang tingkat kesesuaian antara kepuasan dan kepentingan pada indikator manfaat program
kolaboratif GMP-PHBM dimasukkan ke dalam diagram cartesius untuk mengelompokkan sub indikator ke dalam kuadran-kuadran tertentu. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memberikan masukan-masukan terkait dengan efektivitas masing-masing sub indikator manfaat program GMP tersebut. Hasil analisis
menggunakan diagram cartesius terhadap sub indikator manfaat program GMP- PHBM di Desa Warjabakti dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 7 Diagram Cartesius terhadap Indikator Manfaat Program GMP Keterangan nomor sub indikator tersebut dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 28 Keterangan Nomor Sub Indikator Manfaat Program GMP
No Sub Indikator
Indikator 1
Pendapatan dari program GMP dapat meningkatkan kesejahteraan. Manfaat
bidang ekonomi
2 Program GMP dapat memberikan dampak nyata terhadap
perekonomian lokal. 3
Program GMP dapat mengurangi kemiskinan di sekitar kawasan program.
4 Dana hibah atau bantuan yang diberikan program GMP sesuai dengan
kesepakatan. 5
Bagi hasil yang didapat melalui program GMP sesuai dengan kesepakatan.
No Sub Indikator
Indikator 6
Pemberdayaan masyarakat lokal melalui program GMP. Manfaat
bidang sosial
7 Penerimaan pembinaan dari Pertamina Foundation.
8 Bertambahnya wawasan baru melalui program GMP.
9 Pemahaman peserta program GMP tentang pentingnya menjaga hutan
lindung. 10
Kesesuaian pelaksanaan kesepakatan dalam program GMP di bidang sosial.
11 Keadaan udara sekitar kawasan program GMP.
Manfaat bidang
ekologis 12
Keadaan air sekitar kawasan program GMP. 13
Keadaan unsur hara tanah sekitar kawasan program GMP. 14
Pengamanan hutan lindung melalui program GMP. 15
Penambahan keanekaragaman hutan lindung melalui program GMP.
Interpretasi dari kuadran-kuadran dalam diagram cartesius tersebut dan penyebab sub indikator masuk ke kuadran-kuadran dalam diagram cartesius
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kuadran I K.I
Kuadran ini disebut juga kuadran “prioritas utama”. Pada kuadran ini, dimuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh peserta program, tetapi kinerja
manfaat program GMP tersebut belum sesuai. Hal tersebut mengakibatkan manfaat program GMP tersebut belum berpengaruh terhadap peningkatan
kepuasan peserta program GMP. Oleh karena itu penentu kebijakan perlu melakukan perbaikan pada atribut-atribut yang berada pada kuadran ini.
Berdasarkan analisis diagram cartesius, sub indikator yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 7, yakni penerimaan pembinaan dari
Pertamina Foundation kepada petani peserta program GMP. Menurut hasil wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, pembinaan dari Pertamina
Foundation melalui relawan program GMP tidak berjalan secara intensif dan
berkelanjutan. Relawan hanya bertemu dan melakukan pembinaan terhadap petani ketika proses sosialisasi, penanaman secara simbolis, dan proses verifikasi jumlah
pohon saja. Namun pada proses selain dari proses tersebut, pembinaan tidak dilakukan oleh relawan. Hal ini menurut relawan dikarenakan jarak yang jauh
antara kediaman relawan program dengan lokasi pelaksanaan program GMP di Desa Warjabakti.
Padahal menurut ketua LMDH Taruna Bina Tani, pembinaan penting dilakukan mengingat petani peserta program ini sebelumnya belum pernah
mengusahakan tanaman kopi, sehingga perlu peningkatan wawasan budidaya usaha tani kopi untuk mengoptimalkan penerimaan dari usaha tersebut. Sub
Indikator ini perlu didorong agar berada di kuadran II dengan cara Pertamina Foundation
melakukan pembinaan yang rutin kepada petani. Pembinaan yang rutin dan tepat guna juga diharapkan dapat mengoptimalkan pendapatan dari
usaha tani dari tanaman kopi tersebut. Apabila pendapatan dari usaha tersebut sudah optimal, maka kesejahteraan masyarakat pun diharapkan dapat berada
dalam keadaan optimal.
2. Kuadran II K.II
Kuadran ini disebut juga kuadran “Pertahankan Prestasi”. Pada kuadran ini ditampilkan atribut-atribut yang kinerjanya sangat baik sesuai dengan yang
seharusnya. Hal ini menyebabkan atribut tersebut berpengaruh nyata terhadap kepuasan peserta program GMP. Berdasarkan analisis diagram cartesius, sub
indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15.
Sub indikator tersebut yakni dana hibah atau bantuan yang diberikan program GMP sesuai dengan kesepakatan, bagi hasil yang didapat melalui program GMP
sesuai dengan kesepakatan, pemberdayaan masyarakat lokal melalui program GMP, penerimaan pembinaan dari Pertamina Foundation, bertambahnya
wawasan baru melalui program GMP, pemahaman peserta program GMP tentang pentingnya menjaga hutan lindung, kesesuaian pelaksanaan kesepakatan dalam
program GMP di bidang sosial, keadaan udara sekitar kawasan program GMP, keadaan air sekitar kawasan program GMP, keadaan unsur hara tanah sekitar
kawasan program GMP, pengamanan hutan lindung melalui program GMP, dan penambahan keanekaragaman hutan lindung melalui program GMP. Sub indikator
manfaat tersebut berada kuadran “pertahankan prestasi”, sehingga sub indikator
tersebut hanya perlu dipertahankan kinerjanya. Apabila dipertahankan kinerjanya, hal tersebut akan mengakibatkan peserta program GMP tetap merasa sangat puas
terhadap sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM ini.
3. Kuadran III K.III
Kuadran ini disebut juga kuadran “prioritas rendah”. Pada kuadran ini, ditunjukkan atribut yang dirasa kurang begitu penting untuk dilakukan. Kinerja
atribut yang berada pada kuadran ini pun dirasa rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan kinerja. Berdasarkan analisis diagram cartesius, sub indikator
manfaat program kolaboratif GMP-PHBM yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 1 dan 2, yakni indikator peningkatan kesejahteraan
melalui program GMP dan dampak nyata program GMP terhadap perekonomian lokal. Menurut hasil wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, untuk
hal kepuasan yang masih rendah, hal ini disebabkan karena belum dibayarkannya
dana hibah dari program GMP ini secara sepenuhnya, hal ini mengakibatkan manfaat program GMP terhadap pendapatan petani pun belum dirasakan secara
sepenuhnya. Sementara untuk kepentingan yang rendah, hal ini disebabkan adanya perubahan pola pikir pada petani peserta program GMP setelah
disosialisasikan pengalihan komoditi dari hortikultura bawang daun kepada tanaman keras kopi oleh pihak Perhutani setempat dan manfaat program GMP
oleh relawan program GMP. Setelah diadakan sosialisasi, petani setempat menjadi tidak lagi mengutamakan keuntungan semata profit oriented, tetapi juga
mengutamakan kelestarian lingkungan. Petani setempat sudah mengetahui bahwa pendapatan dari pengusahaan komoditas kopi akan lebih rendah dari pengusahaan
komoditas hortikultura. Namun kelestarian lingkungan dari pengusahaan kopi pada hutan lindung menjadi lebih penting dari keuntungan semata, karena akan
mencegah datangnya bencana seperti longsor yang terjadi di daerah tak jauh dari Desa Warjabakti yaitu Kecamatan Pangalengan. Selain itu, para petani juga
mengetahui bahwa usahanya ini masih dalam tahap awal, sehingga peningkatan pendapatan yang kurang signifikan pun dapat dimaklumi.
Menurut hasil analisis dari proses wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM nomor 2
memiliki nilai kepuasan yang rendah karena program GMP dinilai peserta program belum memiliki dampak nyata terhadap perekonomian lokal. Hal ini
ditunjukkan dari perkembangan usaha-usaha penunjang kegiatan program GMP, seperti usaha pupuk, belum terlihat nyata. Sementara penyebab nilai kepentingan
yang rendah pun diakibatkan karena masyarakat Desa Warjabakti yang bekerja di sektor pertanian, telah didominasi bermata pencaharian sebagai petani. Hal
tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat tidak mau beralih profesi sebagai pelaku usaha-usaha penunjang kegiatan program GMP. Hal tersebut lah yang
mengakibatkan sub indikator dampak nyata terhadap perekonomian lokal dirasakan kurang penting.
Sub indikator nomor 1 dan nomor 2 berada di kuadran III yang berarti memiliki kepuasan kinerja dan kepentingan yang rendah menurut petani peserta
program. Oleh sebab itu, para stakeholders disarankan tetap meningkatkan kepuasan kinerjanya, karena persepsi kepentingan seseorang dapat berubah