Program Gerakan Menabung Pohon di Desa Warjabakti

5.5.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Dalam menganalisis mengenai aspek sosial ekonomi dan lingkungan, terdapat beberapa hal yang akan dianalisis yaitu kontribusi usaha perkebunan kopi arabika petani anggota LMDH Taruna Bina Tani terhadap masyarakat sekitar dalam hal penyerapan tenaga kerja dan penyediaan lapangan pekerjaan dan dampak dari adanya usaha perkebunan kopi terhadap lingkungan sekitar Desa Warjabakti. Pengusahaan kopi arabika LMDH Taruna Bina Tani memberikan dampak sosial yang cukup banyak bagi masyarakat. Pertama, usaha perkebunan kopi mampu mengurangi pengangguran di Desa Warjabakti. Hal ini dikarenakan petani yang sebelumnya tidak mempunyai lahan untuk budidaya, dengan adanya PKS PHBM dengan Perum Perhutani maka dapat membantu para petani untuk dapat melakukan usaha budidaya kopi arabika. Program kolaboratif GMP-PHBM yang dilakukan LMDH Taruna Bina Tani juga dapat mengurangi pengangguran dari masyarakat sekitar wilayah dengan menggunakan warga yang menganggur sebagai tenaga kerja sewa.. Kedua, dengan adanya kegiatan usaha perkebunan kopi arabika, petani anggota LMDH merasa memiliki hubungan dan ikatan sosial yang semakin baik dan kuat. Terbukti dengan diadakannya kegiatan berkumpul petani anggota yang diselenggarakan LMDH Taruna Bina Tani. Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan, terutama dampak dari kegiatan usaha terhadap kelestarian lingkungan. Kegiatan usaha perkebunan kopi dapat membantu lingkungan lebih baik karena ditanam di lahan hutan lindung Perhutani. Hutan lindung ini memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan masyarakat sekitar Desa Warjabakti, yaitu sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Selain itu, program kolaboratif GMP-PHBM juga dapat menjaga tegakan hutan lindung milik Perhutani tersebut dari pencurian yang merupakan masalah utama bagi pengelola hutan seperti Perum Perhutani. VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Kelayakan Program Kolaboratif GMP-PHBM

Analisis kelayakan finansial dan ekonomi dilakukan dengan menggunakan kriteria Net Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Internal Rate of Return IRR. Biaya input dan pemasukan dari output program kolaboratif GMP-PHBM didapatkan melalui wawancara kepada stakeholders yang terlibat dalam program ini menggunakan kuesioner, serta menggunakan analisis berdasarkan studi pustaka tertentu yang berkaitan dengan penelitian ini. Analisis kelayakan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu secara finansial dan secara ekonomi. Analisis kelayakan ini pun menggunakan arus kas untuk mengetahui manfaat dan biaya yang berada dalam program GMP-PHBM selama periode tertentu. Analisis kelayakan pada program kolaboratif GMP-PHBM dilakukan dalam satuan per hektar luas lot. Arus kas membutuhkan penentuan asumsi-asumsi yang terkait dengan program kolaboratif GMP-PHBM serta melakukan analisis terhadap komponen inflow dan outflow.

6.1.1 Inflow Analisis Finansial

Menurut Husnan dan Muhammad 2000, analisis finansial adalah suatu analisis yang membatasi manfaat benefit dan pengorbanan cost dalam proyek hanya dari sudut pandang perusahaan tersebut. Analisis finansial dalam evaluasi kelayakan proyek lebih bersifat analisis tentang arus dana dalam proyek. Analisis kelayakan secara finansial pada program kolaboratif GMP-PHBM dilakukan dalam satuan per hektar luas lot. Arus kas analisis finansial program kolaboratif GMP-PHBM memiliki komponen inflow dan outflow. Komponen inflow pada program kolaboratif GMP-PHBM didapat dari penjualan buah kopi, dana sponsor dari Pertamina Foundation, dan nilai sisa peralatan.

1. Penjualan Buah Kopi

Program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti mengusahakan pohon kopi sebanyak 1.310.125 pohon yang ditanam di kawasan hutan lindung milik Perum Perhutani seluas 477,05 hektar. Setiap hektar luas lot rata-rata ditanami sebanyak 2.500 pohon kopi. Pohon kopi yang usahakan dalam program ini adalah jenis kopi arabika varietas Lini S 795 yang cocok untuk dibudidayakan sesuai karakteristik wilayah Desa Warjabakti. Pohon kopi memiliki karakteristik produksi yang berfluktuasi sepanjang usia tanamannya. Pohon kopi mulai belajar berbuah pada umur tahun ke-3 penanaman, produktivitas kopi arabika terus meningkat dan mencapai puncaknya pada umur tanaman tahun ke-11. Setelah umur tanaman tahun ke-11, laju produktivitas berbuah pohon kopi terus mengalami penurunan. Apabila penurunan produktivitas tersebut berpengaruh signifikan terhadap penerimaan, pada saat itu pemilik pohon kopi biasanya melakukan penebangan terhadap pohon kopi tersebut. Petani di Desa Warjabakti baru dalam periode ini mengusahakan tanaman kopi, sebelumnya mereka mengusahakan hortikultura dalam kawasan hutan lindung Desa Warjabakti. Hal tersebut mengakibatkan data tentang produktivitas kopi sepanjang usia tanamannya di Desa Warjabakti tidak diketahui. Pada tahun 2015 atau tahun ke-3 usia tanaman kopi, produktivitas kopi arabika menurut Ketua LMDH Taruna Bina Tani mencapai sekitar 3.000 Kghatahun. Menurut Sakiroh et al. 2013, rata-rata laju pertumbuhan relatif kopi arabika setiap tahunnya adalah sebesar 12,3. Pohon kopi arabika sendiri mulai panen pada umur 3 tahun dan produktivitasnya terus meningkat sampai umur 11 tahun, setelah umur 11 tahun, produktivitas kopi terus menurun. Beberapa informasi tersebut dijadikan dasar estimasi perubahan hasil produksi kopi arabika di Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung sebagai berikut. Gambar 6 Grafik Estimasi Produksi Kopi Arabika di Desa Warjabakti 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Produktivitas Kopi Arabika Kgha Umur Tanaman Tabel 9 Estimasi Hasil Produksi Kopi Arabika per Hektar di Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Tahun Ke- Hasil Produksi Kghatahun 1 2 3 3.000,00 4 3.369,00 5 3.783,39 6 4.248,74 7 4.771,34 8 5.358,21 9 6.017,27 10 6.757,40 11 7.588,56 12 6.655,17 13 5.836,58 14 5.118,68 15 4.489,08 Sumber: Ketua LMDH Taruna Bina Tani 2015 Rata-rata produktivitas kopi arabika menurut Hulupi dan Martini 2013 adalah sebesar 1.500 sampai 2.500 Kghatahun. Namun tanaman kopi arabika di Desa Warjabakti mampu mencapai produktivitas sebesar 3.000 Kghatahun. Menurut hasil wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh pemilihan bibit yang baik dan proses penyulaman yang sangat teliti. Hal tersebut mengakibatkan produktivitas kopi arabika yang diusahakan program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti berada di atas rata-rata produktivitas kopi arabika pada umumnya. Dalam hal penentuan harga, petani di Desa Warjabakti melalui LMDH Taruna Bina Tani telah mengadakan kesepakatan dengan PT. Berkah Tatar Sunda dalam hal pembelian hasil panen. Hasil panen kopi arabika tersebut masih dalam bentuk buah kopi basah. Petani di Desa Warjabakti menjual kopi arabika dalam bentuk buah kopi basah karena sampai panen bulan Mei 2015, petani di Desa Warjabakti belum memiliki alat pengolahan buah kopi arabika seperti alat pemisah biji dan alat pengering biji kopi. Harga pembelian dalam kesepakatan tersebut adalah sebesar Rp 7.500Kg. Penerimaan petani program kolaboratif GMP-PHBM dari pengusahaan kopi ini didapatkan dengan mengalikan

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161