2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan program Gerakan Menabung Pohon GMP masih sedikit jumlahnya. Namun penelitian-penelitian yang berkaitan
dengan pengestimasian kelayakan suatu usaha kehutanan, PHBM, dan efektivitas program CSR sudah cukup banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan untuk
mengestimasi kelayakan usaha kehutanan PHBM diantaranya adalah: Kadekodi et al.
2004 yang meneliti kelayakan ekonomi usaha proyek JFM Joint Forest Management
yang berlangsung di Desa Kotekoppa, Distrik Karnataka, India. Analisis biaya dan manfaat digunakan untuk mengetahui manfaat sosial yang
didapat dari pengelolaan hutan di Desa Kotekoppa baik dengan JFM maupun tanpa JFM. Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil bahwa setelah diterapkan
program JFM didapatkan manfaat sosial yang lebih besar dari sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan discount rate sebesar 6,25 didapatkan nilai NPV sebesar
465.044, BC ratio 1,30, dan IRR sebesar 26,19 dari hasil pengusahaan kayu. Sementara sebelum diterapkan JFM hanya didapat NPV sebesar -616.496, BC
ratio 0,61, dan IRR sebesar 26,19. Hal tersebut menyebabkan proyek pengusahaan hutan lebih layak dijalankan dengan program JFM.
Maulana 2013 meneliti analisis kelayakan finansial dan dampak ekonomi pada usaha Jati Unggul Nusantara JUN pada koperasi perumahan wanabakti
nusantara Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis finansial dengan indikator NPV, IRR, Net BC, dan PBP yang dilakukan pada JUN UBH-KPWN Bogor,
didapat kesimpulan bahwa usaha ini layak untuk dilanjutkan. Hal ini dapat dilihat NPV sebesar Rp 4.175.535.379, IRR sebesar 57, net BC sama dengan tiga, dan
Payback Period PBP sebesar 8 tahun 9 bulan. Berdasarkan analisis sensitivitas,
dengan adanya peningkatan harga pupuk sebesar 32 usaha JUN UBH-KPWN Bogor masih layak dilanjutkan. Sementara manfaat ekonomi yang didapatkan
berupa peningkatan pendapatan masyarakat petani JUN di Desa Cogreg dengan keberadaan kegiatan usaha JUN adalah Rp 163.041.600tahun dan di Desa
Ciaruteun Ilir sebesar Rp 104.764.300tahun. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aurora 2014 yang meneliti biaya
dan manfaat perdagangan karbon bagi petani Gerakan Menabung Pohon yang berada Desa Neglasari, Kabupaten Purwakarta. Berdasarkan hasil analisis
didapatkan hasil yaitu dari aspek finansial, NPV dari GMP yang diperoleh petani adalah Rp 43.966.108.863; Net BC sebesar 2,2; dan IRR sebesar 45. Sementara
apabila petani terlibat dalam perdagangan karbon maka NPV yang diperoleh adalah Rp 66.813.416.910,-; Net BC sebesar 5; dan IRR sebesar 67. Hasil
kelayakan secara ekonomi adalah sebagai berikut: NPV adalah Rp 112.013.695.125,-; Net BC sebesar 10; dan IRR sebesar 104. Dengan demikian
petani di Desa Neglasari layak melanjutkan program GMP, serta lebih baik bila terlibat dalam perdagangan karbon.
Sementara penelitian yang berkaitan dengan efektivitas program CSR adalah penelitian yang dilakukan oleh Sutowo 2013 yang meneliti indeks
kepuasan masyarakat dan manfaat ekonomi program CSR dari Chevron Geothermal Salak CGS, Ltd. bidang ekonomi di Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor. Berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan Indeks Kepuasan Masyarakat IKM dan Importance Performance Analysis IPA,
didapatkan hasil kualitatif yang berhasil mengidentifikasi manfaat-manfaat program CSR CGS. Manfaat tersebut meliputi: peningkatan skill, peningkatan
pendapatan, membantu akses permodalan, peningkatan kemandirian, dam manfaat yang berkelanjutan. Nilai IKM yang didapat pun sebesar 2,75 dikonversi menjadi
68,75, dengan nilai ini program CSR CGS memiliki nilai mutu pelayanan B dan terkategori Baik. Hasil analisis menggunakan metode IPA mendapatkan tingkat
kesesuaian antara kinerja program dengan harapan masyarakat cukup tinggi yaitu sebesar 78,37, artinya kepentingan masyarakat sudah terpenuhi dengan baik
sebesar 78,37. Tabel 3 Matriks Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Kadekodi et al.
2004 Joint
Forest Management: A Case
Study of
Village Kotekoppa
in Uttara
Kannada District
of Karnataka.
Setelah diterapkan
program JFM
didapatkan manfaat sosial yang lebih besar dari sebelumnya. Hal ini dibuktikan
dengan discount rate sebesar 6,25 didapatkan nilai NPV sebesar 465.044,
BC ratio 1,30, dan IRR sebesar 26,19 dari hasil
pengusahaan kayu. Sementara
sebelum diterapkan JFM hanya didapat NPV -616.496, BC ratio 0,61, dan IRR
26,19. Sehingga proyek pengusahaan hutan lebih layak dengan program JFM.