Kriteria Kelayakan secara Ekonomi

dana hibah dari program GMP ini secara sepenuhnya, hal ini mengakibatkan manfaat program GMP terhadap pendapatan petani pun belum dirasakan secara sepenuhnya. Sementara untuk kepentingan yang rendah, hal ini disebabkan adanya perubahan pola pikir pada petani peserta program GMP setelah disosialisasikan pengalihan komoditi dari hortikultura bawang daun kepada tanaman keras kopi oleh pihak Perhutani setempat dan manfaat program GMP oleh relawan program GMP. Setelah diadakan sosialisasi, petani setempat menjadi tidak lagi mengutamakan keuntungan semata profit oriented, tetapi juga mengutamakan kelestarian lingkungan. Petani setempat sudah mengetahui bahwa pendapatan dari pengusahaan komoditas kopi akan lebih rendah dari pengusahaan komoditas hortikultura. Namun kelestarian lingkungan dari pengusahaan kopi pada hutan lindung menjadi lebih penting dari keuntungan semata, karena akan mencegah datangnya bencana seperti longsor yang terjadi di daerah tak jauh dari Desa Warjabakti yaitu Kecamatan Pangalengan. Selain itu, para petani juga mengetahui bahwa usahanya ini masih dalam tahap awal, sehingga peningkatan pendapatan yang kurang signifikan pun dapat dimaklumi. Menurut hasil analisis dari proses wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM nomor 2 memiliki nilai kepuasan yang rendah karena program GMP dinilai peserta program belum memiliki dampak nyata terhadap perekonomian lokal. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan usaha-usaha penunjang kegiatan program GMP, seperti usaha pupuk, belum terlihat nyata. Sementara penyebab nilai kepentingan yang rendah pun diakibatkan karena masyarakat Desa Warjabakti yang bekerja di sektor pertanian, telah didominasi bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat tidak mau beralih profesi sebagai pelaku usaha-usaha penunjang kegiatan program GMP. Hal tersebut lah yang mengakibatkan sub indikator dampak nyata terhadap perekonomian lokal dirasakan kurang penting. Sub indikator nomor 1 dan nomor 2 berada di kuadran III yang berarti memiliki kepuasan kinerja dan kepentingan yang rendah menurut petani peserta program. Oleh sebab itu, para stakeholders disarankan tetap meningkatkan kepuasan kinerjanya, karena persepsi kepentingan seseorang dapat berubah tergantung kondisi sosial dan lingkungan mereka. Misalnya apabila terjadi keadaan ekonomi yang sulit, maka peningkatan pendapatan pun akan dirasakan sangat penting. Kepuasan kinerja sub indikator peningkatan pendapatan dan dampak terhadap perekonomian lokal dapat ditingkatkan dengan cara melakukan perbaikan dan pengembangan terhadap sub indikator yang dirasa bermasalah, sehingga peningkatan pendapatan pun dapat dirasakan oleh petani peserta program di Desa Warjabakti.

4. Kuadran IV K.IV

Kuadran ini disebut juga kuadran “kemungkinan berlebihan”. Pada kuadran ini, ditunjukkan atribut yang dirasa kurang penting namun memiliki kinerja yang sangat tinggi, sehingga tidak perlu dilakukan peningkatan kinerja pada atribut yang berada pada kuadran ini karena akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumberdaya. Sub indikator manfaat program kolaboratif GMP- PHBM yang masuk ke dalam kuadran ini adalah sub indikator nomor 3, yakni program GMP dapat mengentaskan atau mengurangi kemiskinan di sekitar kawasan program GMP. Program GMP mengurangi kemiskinan dengan cara memberikan dana bantuan sebesar Rp 2.500 per pohon kepada petani peserta program. Menurut hasil wawancara dengan ketua LMDH Taruna Bina Tani, sub indikator ini memiliki kepentingan yang lebih rendah dari kepuasan kinerjanya karena cara yang dilakukan sub indikator ini kurang diprioritaskan untuk selanjutnya. Petani peserta program lebih memprioritaskan pengadaan bantuan berupa alat pengolahan kopi, dari buah kopi basah menjadi biji kopi kering siap digiling. Apabila hal tersebut dioptimalkan, hal tersebut diperkirakan dapat meningkatkan penerimaan petani sebesar tiga kali lipat dari sebelumnya. Sub indikator nomor 3 memiliki nilai kepentingan yang rendah, sehingga masuk ke dalam kuadran IV. Namun sub indikator nomor 3 memiliki nilai kepuasan kinerja yang tinggi. Berdasarkan nilai kepentingan yang rendah, stakeholders disarankan lebih memilih cara lain yang menurut peserta program lebih penting untuk dilaksanakan. Dalam kasus program kolaboratif GMP-PHBM ini, Pertamina Foundation atau stakeholders lain yang bertujuan mengurangi kemiskinan, dapat memilih cara pengadaan bantuan berupa alat pengolahan kopi bagi petani kopi arabika yang tergabung dalam LMDH Taruna Bina Tani di Desa Warjabakti. Namun apabila stakeholders tersebut belum mampu mengadakan bantuan alat tersebut, cara lama pun sementara dianggap cukup untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan tersebut, karena cara lama dengan memberikan bantuan berupa dana memiliki nilai kepuasan kinerja yang memuaskan.

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161