Penelitian Terdahulu Analisis Kelayakan Dan Efektivitas Program Gerakan Menabung Pohon Melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus: Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung)

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan: = alur utama = umpan balik Evaluasi Implementasi Program Kolaboratif GMP dan PHBM Kelayakan Finansial Program PHBM Perum Perhutani Program GMP Pertamina Foundation Kesesuaian antara Kepuasan Kinerja dengan Kepentingan Peserta Program Program Kolaboratif GMP melalui PHBM berbasis komoditas Kopi Arabika Kelayakan Ekonomi - Proyek investasi harus berhasil bagi pihak-pihak yang terlibat untuk menghindari pemborosan. - Mencegah kerusakan hutan dan pencurian tegakan hutan lindung Dasar Keberlanjutan Program Kolaboratif antara GMP dengan PHBM Tindakan penanggulangan dan pencegahan hal tersebut terulang Terjadi kerusakan hutan dan pencurian tegakan hutan lindung Hutan Lindung Desa Warjabakti Penilaian Kebermanfaatan Program dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan Ekologis. Program layak atau tidak layak dijalankan secara finansial Program layak atau tidak layak dijalankan secara ekonomi Kriteria Kelayakan Ekonomi: NPV, NET BC, dan IRR Kriteria Kelayakan Finansial: NPV, NET BC, dan IRR Alat Analisis: Importance Performance Analysis IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilakukan di wilayah Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 9. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung mengadakan program PHBM Perum Perhutani dan program GMP Pertamina Foundation secara beriringan. Pengambilan data dilakukan pada April hingga Mei tahun 2015.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Pihak-pihak yang menjadi responden akan dijelaskan dalam metode pengumpulan data. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait, meliputi Pertamina Foundation, KPH Bandung Selatan Perum Perhutani unit III Jabar-Banten, LMDH Taruna Bina Tani Desa Warjabakti, Pemerintah Desa Warjabakti, Distanbunhut Kabupaten Bandung, serta studi pustaka lainnya.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel untuk petani hutan di Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Teknik pengambilan sampel pada metode non- probability sampling menyebabkan setiap elemen dari populasi yang akan diteliti tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah petani yang dijadikan responden sebanyak 100 orang dari total 314 orang petani peserta program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti. Responden petani hutan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu Sugiyono, 2010. Pertimbangan tersebut diantaranya petani hutan yang tanamannya sudah mencapai tahap growing siap untuk dipanen. Apabila tanaman sudah mencapai tahap growing, manfaat ekonomi, sosial, dan ekologis dari program ini akan terlihat lebih jelas karena akan memasuki masa panen.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk efektivitas program dilakukan dengan cara menemui petani hutan peserta program dengan memberikan angket atau kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Responden atau objek penelitian adalah petani hutan program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung yang berdomisili di sekitar kawasan program tersebut. Selain petani hutan, data tentang kelayakan program didapatkan dari wawancara mendalam kepada informan key person, yaitu Sekretaris Pertamina Foundation, Kepala Resort Pemangku Hutan RPH Logawa, relawan program GMP, dan ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH Taruna Bina Tani.

4.5 Metode Analisis

Tabel berikut menunjukkan matriks metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 4 Matriks Metode Analisis No. Tujuan Penelitian Data yang Diperlukan Alat Analisis Sampel 1 Menganalisis kelayakan secara finansial program kolaboratif GMP melalui PHBM di Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Data primer dan sekunder dari stakeholders yang terlibat dalam program dan data pendukung dari studi pustaka lainnya. Data tersebut terkait dengan manfaat dan biaya dalam program yang bersifat privat. Cost-Benefit Analysis Petani hutan peserta program GMP- PHBM. 2 Menganalisis kelayakan secara ekonomi program kolaboratif GMP melalui PHBM di Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Data primer dan sekunder dari stakeholders yang terlibat dalam program dan data pendukung dari studi pustaka lainnya. Data tersebut terkait manfaat dan biaya dalam program ini baik yang bersifat privat maupun sosial Cost-Benefit Analysis Petani hutan peserta program GMP- PHBM. Tabel 4 Matriks Metode Analisis lanjutan No. Tujuan Penelitian Data yang Diperlukan Alat Analisis Data Sampel 3 Menganalisis tingkat kesesuaian antara kinerja program dengan tingkat kepentingan peserta program kolaboratif tersebut. Data primer berupa persepsi petani hutan peserta program GMP terhadap sub indikator manfaat program GMP Importance Performance Analysis IPA Petani peserta Program GMP- PHBM

4.5.1 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan terhadap program kolaboratif GMP-PHBM dilakukan dengan melakukan analisis kelayakan dengan dua aspek, yakni analisis kelayakan secara finansial dan secara ekonomi. Berikut merupakan tahapan untuk melakukan kedua analisis kelayakan tersebut:

4.5.1.1 Identifikasi Manfaat dan Biaya

Analisis kelayakan secara ekonomi dan finansial digunakan untuk menilai kelayakan usaha kolaboratif ini. Data arus pengorbanan dan manfaat yang diterima disajikan dalam bentuk arus kas cashflow. Perbedaan kedua analisis ini sebelumnya telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka. Analisis kelayakan secara finansial dan ekonomi dilakukan dengan mengelompokkan komponen yang termasuk dalam biaya dan manfaat baik yang bersifat privat maupun sosial. Pada analisis finansial, manfaat dan biaya yang digunakan hanya yang bersifat privat, sedangkan analisis ekonomi menggunakan manfaat dan biaya baik yang bersifat privat maupun sosial. Berikut merupakan analisis komponen manfaat dan biaya yang terdapat dalam program kolaboratif GMP-PHBM ini. Tabel 5 Analisis komponen Manfaat dan Biaya dalam Program Kolaboratif GMP- PHBM Analisis Finansial Analisis Ekonomi A. Manfaat Privat - Penjualan Buah Kopi - Dana Sponsor - Nilai Sisa B. Manfaat Sosial - A. Manfaat Privat - Penjualan Buah Kopi - Dana Sponsor - Nilai Sisa B. Manfaat Sosial - Bagi Hasil - Upah yang Diterima Masyarakat - Penyimpanan Karbon oleh Kopi - Perlindungan Tegakan Hutan Lindung Tabel 5 Analisis komponen Manfaat dan Biaya dalam Program Kolaboratif GMP- PHBM lanjutan Analisis Finansial Analisis Ekonomi C. Biaya Privat - Biaya Investasi Peralatan - Biaya Pembelian Bibit - Biaya Tenaga Kerja - Biaya Pemupukan - Biaya Bagi Hasil D. Biaya Sosial - C. Biaya Privat - Biaya Investasi Peralatan - Biaya Pembelian Bibit - Biaya Tenaga Kerja - Biaya Pemupukan D. Biaya Sosial Pendapatan yang Hilang Beberapa komponen manfaat dan biaya tersebut memiliki cara perhitungan tersendiri. Khusus untuk komponen biaya dan manfaat sosial dalam program kolaboratif GMP-PHBM, akan dijelaskan dalam pembahasan selanjutnya. Berikut merupakan perhitungan komponen manfaat privat dalam program ini.

1. Penjualan Buah Kopi

Perhitungan penjualan buah kopi dari pengusahaan kopi pada program kolaboratif GMP-PHBM dilakukan dengan menggunakan metode harga pasar. Perhitungan penjualan buah kopi dalam program kolaboratif GMP-PHBM tersebut ditunjukkan sebagai berikut: NPK = Yk x Pk dimana: NPK = Nilai Penjualan Kopi Rp ha Yk = Produktivitas Kopi Kgha Pk = Harga Kopi Rp Kg

2. Dana Sponsor dari Pertamina Foundation

Pertamina Foundation sebagai inisiator penyelenggara program GMP, diwajibkan memberikan dana sponsor kepada petani. Perhitungan dana sponsor dari Pertamina Foundation adalah sebagai berikut: NDS = KDS x np dimana: NDS = Nilai Dana Sponsor Rp KDS = Ketetapan Dana Sponsor Rp pohon np = Jumlah Pohon yang Ditanam pohon

3. Nilai Sisa

Nilai sisa merupakan taksiran harga pasar dari investasi pada akhir suatu usaha atau proyek. Nilai sisa dari program ini didapat dengan perhitungan nilai sisa yang dikenalkan oleh Gittinger 1986 dengan rumus sebagai berikut: Nilai sisa= Sisa umur dari benda umur ekonomis dari benda ×Harga Beli Asumsi yang digunakan dalam menilai kelayakan ini adalah: 1. Analisis dilakukan dalam unit Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH Taruna Bina Tani dengan satuan per hektar lot yang diusahakan. 2. Analisis dilakukan pada tahun ke-3 pelaksanaan program. 3. Periode analisis dilakukan selama 15 tahun program yang diasumsikan dari jangka waktu kesepakatan anggota LMDH dalam mengusahakan tanaman kopi dalam program kolaboratif GMP-PHBM. 4. Tingkat discount rate atau suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 7 berdasarkan nilai bunga deposito Bank BRI pada bulan April 2015.

4.5.1.2 Valuasi Ekonomi

Program kolaboratif GMP-PHBM menghasilkan juga tambahan nilai jasa- jasa sumberdaya alam dan lingkungan yang tidak dapat dilihat intangible dari kegiatan pengusahaan sumberdaya yang digunakan. Konsep valuasi ekonomi dilakukan untuk menilai jasa sumberdaya alam dan lingkungan tersebut. Konsep valuasi ekonomi dalam penelitian ini menggunakan tiga metode, yakni benefit transfer, market price, dan productivity loss. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing metode tersebut dan penggunaannya dalam penelitian program kolaboratif GMP-PHBM ini.

1. Benefit Transfer

Salah satu tambahan jasa sumberdaya alam dan lingkungan dari program kolaboratif GMP-PHBM yang bersifat intangible yaitu jasa penyimpanan karbon oleh tanaman kopi jenis arabika. Nilai dari jasa penyimpanan karbon tersebut dihitung menggunakan pendekatan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dengan menggunakan metode benefit transfer. Harga karbon di berbagai negara di dunia bervariasi. Harga karbon yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan acuan harga karbon di negara China. Perhitungan nilai penyimpanan karbon pada tanaman kopi jenis arabika yang diusahakan dalam program ini ditunjukkan sebagai berikut: NPK = CC x PC dimana: NPK = Nilai Penyimpanan Karbon Rpha CC = Cadangan Karbon tonha PC = Harga Karbon Rpton

2. Market Price

Manfaat dan biaya sosial dari program kolaboratif GMP-PHBM juga dihitung menggunakan pendekatan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Salah satu manfaat sosial program kolaboratif GMP-PHBM yang dihitung menggunakan pendekatan valuasi ekonomi adalah jasa perlindungan tegakan hutan lindung. Nilai perlindungan tegakan hutan lindung tersebut didapat dengan metode market price dari tegakan hutan lindung yang dicuri. Nilai kerugian tersebut menjadi nilai perlindungan tegakan hutan lindung, karena program kolaboratif tersebut berhasil mencegah kerugian akibat hilangnya tegakan di hutan lindung tersebut terjadi lagi. Data mengenai kerugian tersebut diambil dari data kejadian pencurian tegakan milik RPH Logawa pada 2010.

3. Productivity Loss

Salah satu biaya sosial program kolaboratif GMP-PHBM yang juga dihitung menggunakan pendekatan valuasi ekonomi adalah pendapatan yang hilang bagi petani akibat peralihan pengusahaan komoditas dari hortikultura bawang daun ke tanaman keras kopi. Nilai pendapatan yang hilang didapatkan menggunakan metode productivity loss. Nilai productivity loss tersebut didapat dari pendapatan ketika petani peserta program tersebut mengusahakan bawang daun, sebelum adanya program kolaboratif GMP-PHBM. Perhitungan pendapatan yang hilang akibat peralihan komoditi yang diusahakan sebelum adanya program kolaboratif ini menggunakan analisis pendapatan, ditunjukkan sebagai berikut: � = − dimana: � = Pendapatan Usahatani Bawang Daun Rp TR = Total Revenue atau Penerimaan Usahatani Bawang Daun Rp TC = Total Cost atau Total Biaya Usahatani Bawang Daun Rp

4.5.1.3 Penentuan Harga Bayangan

Harga ekonomi atau yang biasa disebut dengan harga bayangan shadow prices , memiliki pengertian harga seandainya tidak terdapat distorsi apapun baik untuk setiap input maupun output dalam proyek Husnan dan Muhammad, 2000. Harga bayangan ini khusus digunakan pada analisis kelayakan secara ekonomi saja. Harga bayangan pada penelitian ini hanya digunakan dalam biaya untuk pupuk Phonska NPK saja dalam analisis ekonomi. Penyebab komponen lain tidak menggunakan harga bayangan akan dijelaskan pada pembahasan. Perhitungan harga bayangan untuk pupuk Phonska NPK dalam program kolaboratif ini adalah sebagai berikut: Pupuk Phonska NPK merupakan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah. Namun karena informasi mengenai besaran subsidi pemerintah terhadap pupuk Phonska NPK sulit didapat, maka penentuan harga bayangan pupuk ini berdasarkan harga di pasar internasional. Pupuk Phonska NPK merupakan barang tradeable di pasar internasional, sehingga perhitungan harga bayangannya pun menggunakan nilai tukar bayangan atau Shadow Exchange Rate SER. SER didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus menurut Squire dan Van Der Tak 1975 dalam Gittinger 1986 sebagai berikut: � = � � Keterangan: SERt = Shadow Exchange Rate tahun ke-t nilai tukar bayangan, RpUS OERt = Official Exchange Rate tahun ke-t nilai tukar resmi, RpUS SCFt = Standard Convertion Factor tahun ke-t Faktor Konversi Standar Sementara nilai Standard Convertion Factor menurut Rosegrant 1987 dalam Gittinger 1986, didapatkan dengan rumus Standard Convertion Factor sebagai berikut: � = � + � � − �� + � − � Keterangan: SCFt = Standard Convertion Factor tahun ke-t Faktor Konversi Standar Mt = Nilai Impor tahun ke-t Rp Tmt = Pajak Impor tahun ke-t Rp Xt = Nilai Ekspor tahun ke-t Rp Txt = Pajak Ekspor tahun ke-t Rp

4.5.1.4 Kriteria Kelayakan Program

Penilaian kelayakan progam kolaboratif GMP-PHBM ini menggunakan kriteria Net Present Value NPV, Net Benefit-Cost Ratio Net BC, dan Internal Rate of Return IRR . Secara umum, kriteria kelayakan dari kedua cara penilaian kelayakan progam kolaboratif GMP PHBM tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Net Present Value NPV

NPV didapat dari selisih arus penerimaan dan pengeluaran selama umur proyek yang sudah dihitung nilai sekarangnya melalui teknik present value dengan menggunakan discount factor. Umur proyek sendiri merupakan masa waktu pembangunan proyek yang ditambah masa operasional proyek selama umur ekonomi proyek tersebut Sinaga, 2009. Secara matematis, NPV program kolaboratif GMP-PHBM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: � = � − � 1 + � � �=1 Keterangan: NPV = Net Present Value dari program kolaboratif GMP-PHBM Bt = Manfaat program kolaboratif GMP-PHBM pada tahun ke-t Ct = Biaya program kolaboratif GMP-PHBM pada tahun ke-t i = Tingkat discount rate n = Tahun Kriteria penilaian NPV: Program kolaboratif GMP-PHBM dinilai layak untuk dilanjutkan apabila memiliki nilai NPV ≥ 0. Apabila progam kolaboratif GMP-PHBM memiliki nilai NPV 0, maka program kolaboratif GMP-PHBM tidak layak dilanjutkan. Karena hal ini memiliki arti bahwa manfaat program kolaboratif GMP-PHBM yang didapat kurang dari biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan dalam program kolaboratif tersebut.

B. Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio

Net BC ratio merupakan hasil dari perbandingan antara total present value yang bernilai positif sebagai pembilang dengan total present value yang bernilai negatif sebagai penyebut Husnan dan Muhammad, 2000. Secara matematis, Net BC ratio program kolaboratif GMP-PHBM dapat dihitung dengan rumus: �� ���� = � − � 1 + � � �=1 � − � 1 + � � �=1 Bt − Ct 0 Bt − Ct 0 Keterangan: Net BC ratio = Net Benefit Cost Ratio Bt = Manfaat program kolaboratif GMP-PHBM pada tahun ke-t Ct = Biaya program kolaboratif GMP-PHBM pada tahun ke-t i = Tingkat discount rate n = Tahun Kriteria Penilaian Net BC: Program kolaboratif GMP-PHBM dinilai layak untuk dilanjutkan apabila memiliki nilai Net BC ratio ≥ 1. Apabila progam kolaboratif GMP-PHBM memiliki nilai Net BC ratio 1, maka program tersebut tidak layak dilanjutkan.

C. Internal Rate of Return IRR

Metode Internal Rate of Return IRR menghitung tingkat bunga yang menyamakan present value dari investasi dengan present value dari penerimaan

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161