biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja. Perhitungan khusus untuk biaya peralatan dalam analisis pendapatan tersebut menggunakan nilai penyusutannya. Peralatan
yang digunakan adalah cangkul, arit, dan sprayer mesin. Umur ekonomis masing- masing peralatan tersebut yakni lima tahun untuk cangkul dan arit, serta lima
belas tahun untuk sprayer mesin. Peralatan tersebut digunakan untuk setiap musim tanam. Berdasarkan hasil analisis pendapatan pengusahaan bawang daun,
didapatkan besaran pendapatan yang hilang bagi petani peserta program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti yakni sebesar Rp 13.220.000 per
tahun.
6.1.6 Kriteria Kelayakan secara Ekonomi
Kelayakan investasi program kolaboratif GMP-PHBM secara ekonomi menggunakan kriteria Net Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net
BC, dan Internal Rate of Return IRR. Berdasarkan analisis menggunakan arus kas seperti yang ditampilkan pada Lampiran 3 tentang analisis ekonomi program
kolaboratif GMP-PHBM, present value secara ekonomi program kolaboratif GMP-PHBM ini sempat bernilai negatif pada saat tahun ke-0 sampai tahun ke-2
program. Hal tersebut dikarenakan pada tahun ke-0 sampai tahun ke-2, biaya investasi dan operasional terus dikeluarkan, sementara tanaman kopi belum
berbuah, serta manfaat sosial yang dihasilkan masih belum menutupi biaya sosial yang ada dari program kolaboratif GMP-PHBM tersebut. Hasil analisis kelayakan
secara ekonomi menggunakan kriteria NPV, Net BC, dan IRR, adalah sebagai berikut:
Tabel 25 Kriteria Kelayakan secara Ekonomi Program Kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti
No. Kriteria Kelayakan
Besaran Kesimpulan
1 NPV 308.381.101
Layak 2 Net BC
11,03 Layak
3 IRR 61
Layak
Nilai Net Present Value NPV didapat dari menjumlahkan nilai present value
PV dari tahun ke-0 sampai tahun ke-15. Setelah dilakukan penjumlahan, didapatkan hasil NPV sebesar 308.381.101. Hal ini menunjukkan bahwa program
ini akan memberikan manfaat bersih kepada masyarakat dan lingkungan sebesar
308.381.101. Berdasarkan kriteria NPV, suatu proyek atau usaha layak untuk dijalankan apabila memiliki nilai NPV lebih besar daripada nol. Kesimpulan
menurut kriteria tersebut, program kolaboratif GMP-PHBM layak untuk dilaksanakan secara ekonomi. NPV secara ekonomi ini apabila dibandingkan
dengan NPV secara finansial akan berbeda jauh. Hal tersebut menjelaskan bahwa program kolaboratif GMP-PHBM memberikan manfaat kepada masyarakat dan
lingkungan lebih besar dibandingkan dengan pihak yang terlibat dalam program kolaboratif GMP-PHBM sendiri. Berdasarkan kriteria NPV, program kolaboratif
GMP-PHBM telah terbukti memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi stakeholders
terkait seperti Pertamina Foundation dalam mereplikasi program tersebut di tempat lain yang sesuai.
Nilai Net Benefit Cost Ratio Net BC didapat dengan membandingkan antara pemasukan dan pengeluaran. Setelah dilakukan perbandingan antara
pemasukan dan pengeluaran, didapatkan hasil Net BC sebesar 11,03. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan dalam program kolaboratif GMP-PHBM
akan menghasilkan tambahan manfaat bersih kepada masyarakat dan lingkungan sebesar Rp 11,03. Berdasarkan kriteria Net BC, suatu proyek atau usaha layak
untuk dijalankan apabila memiliki nilai Net BC lebih besar daripada satu. Kesimpulan menurut kriteria tersebut, program kolaboratif GMP-PHBM layak
untuk dilaksanakan secara ekonomi. Nilai Internal Rate of Return IRR atau tingkat pengembalian modal
minimum digunakan untuk melihat perbandingan investasi program kolaboratif GMP-PHBM dengan investasi di tempat lain, dalam hal ini apabila dana investasi
ditabung di bank. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan hasil IRR sebesar 61. Hal ini menunjukkan bahwa program kolaboratif GMP-PHBM mampu
memberikan tingkat pengembalian modal sebesar 61. Berdasarkan kriteria IRR, suatu proyek atau usaha layak untuk dijalankan apabila memiliki nilai IRR lebih
besar daripada nilai discount rate atau suku bunganya. Menurut kriteria tersebut, program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti layak untuk dilaksanakan
secara ekonomi.
6.2 Importance Performance Analysis IPA
Persepsi peserta program terhadap tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan program kolaboratif GMP-PHBM dinilai menggunakan alat analisis
Importance Performance Analysis IPA. Setelah dilakukan proses penilaian,
tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan dianalisis tingkat kesesuaiannya. Hasil dari proses tersebut kemudian ditempatkan kepada kuadran-kuadran diagram
cartesius untuk diinterpretasikan hasilnya. Hasil dari proses tersebut berguna
sebagai masukan tentang keefektivitasan program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti.
6.2.1 Penilaian Peserta Program terhadap Tingkat Kepuasan dan Kepentingan Pada Indikator Manfaat Program Kolaboratif GMP-PHBM
Hasil penilaian peserta program kolaboratif GMP-PHBM terhadap tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan pada indikator kinerja manfaat program
kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti disajikan dalam tabel berikut. Tabel 26 Rekapitulasi Penilaian Peserta Program Terhadap Tingkat Kepuasan dan
Tingkat Kepentingan pada Sub Indikator Manfaat
Nomor Sub Indikator Manfaat
TPs KPs
Ps SPs
TPt KPt
Pt SPt
Manfaat Program GMP Bidang Ekonomi Sub Indikator 1
21 77
2 16
81 3
Sub Indikator 2 1
4 92
3 1
7 87
5 Sub Indikator 3
1 1
9 89
1 6
2 91
Sub Indikator 4 1
2 97
2 98
Sub Indikator 5 1
3 96
1 99
Manfaat Program GMP Bidang Sosial Sub Indikator 6
2 98
1 99
Sub Indikator 7 1
16 83
1 2
97 Sub Indikator 8
2 98
1 99
Sub Indikator 9 2
98 1
99 Sub Indikator 10
2 1
97 1
99 Manfaat Program GMP Bidang Ekologis
Sub Indikator 11 1
99 100
Sub Indikator 12 1
99 100
Sub Indikator 13 1
99 100
Sub Indikator 14 1
99 100
Sub Indikator 15 1
99 3
97 Keterangan:
TPs = Tidak Puas
TPt = Tidak Penting
KPs = Kurang Puas
KPt = Kurang Penting
Ps = Puas
Pt = Penting
SPs = Sangat Puas
SPt = Sangat Penting
Fenomena penting terkait hasil penilaian peserta program terhadap tiga indikator utama manfaat program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti,
dimana masing-masing indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM diturunkan lagi terhadap lima pertanyaan sub indikator manfaat, yaitu sebagai
berikut: Tingkat kepuasan kinerja manfaat program GMP bidang ekonomi di Desa
Warjabakti sangat memuaskan, karena berdasarkan penilaian tiga dari lima sub indikator manfaat program kolaboratif GMP-PHBM memiliki nilai dominan
sangat memuaskan. Sub indikator tersebut yakni pengurangan kemiskinan oleh program GMP, kesesuaian dana hibah melalui program GMP, dan kesesuaian bagi
hasil melalui program GMP. Namun untuk dua sub indikator lain, yakni peningkatan kesejahteraan melalui program GMP dan dampak nyata program
GMP terhadap perekonomian lokal memiliki nilai dominan pada persepsi puas saja. Setelah melakukan wawancara kepada ketua LMDH Taruna Bina Tani,
diketahui bahwa penyebab hal ini adalah disebabkan oleh dana hibah program GMP yang belum sepenuhnya dicairkan kepada petani. Hingga bulan Mei 2015,
dana hibah program GMP untuk petani baru dicairkan Pertamina Foundation sebesar 50 dari kesepakatan. Menurut relawan program GMP, hal ini
disebabkan oleh rumitnya birokrasi dan persyaratan untuk mencairkan dana hibah dari program GMP ini. Keterlambatan tersebut menyebabkan manfaat terhadap
pendapatan petani dan dampak perekonomian lokal dari program kolaboratif GMP-PHBM belum terasa sepenuhnya.
Sementara untuk tingkat kepentingan manfaat program GMP di bidang ekologis, seluruh responden menjawab bahwa manfaat program GMP di bidang
ekologis sangat penting. Berdasarkan rekapitulasi data yang diperoleh, sebanyak 100 responden menilai bahwa program GMP di bidang ekologis sangat penting.
Dalam hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa manfaat program GMP di bidang ekologis sangat dibutuhkan seluruh peserta program GMP. Menurut ketua
LMDH Taruna Bina Tani, hal tersebut dikarenakan penduduk sekitar kawasan program yang menjadi peserta program GMP tidak menginginkan kejadian
bencana longsor seperti yang dialami daerah di Kecamatan Pangalengan pada Mei 2015 menimpa daerah mereka. Oleh karena itu, petani Desa Warjabakti kini
mengikuti program GMP yang mengusahakan kopi, dibanding sebelum datangnya program GMP dimana petani mengusahakan hortikultura pada kawasan hutan
lindung Desa Warjabakti. Sementara penilaian tingkat kesesuaian antara tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan pada sub indikator manfaat program kolaboratif
GMP-PHBM di Desa Warjabakti disajikan pada tabel berikut. Tabel 27 Perhitungan Kesesuaian antara Kepuasan dan Kepentingan pada Sub
Indikator Manfaat Program Kolaboratif GMP-PHBM
Nomor Sub Indikator
Manfaat a Total Nilai
Kepuasan X b
Total Nilai Kepentingan
Y c
X
d=b 100
Y
e=c 100
Tingkat Kesesuaian
f=de Manfaat Program GMP Bidang Ekonomi
Sub Indikator 1 282
287 2,82
2,87 98
Sub Indikator 2 298
296 2,98
2,96 101
Sub Indikator 3 386
383 3,86
3,83 101
Sub Indikator 4 396
398 3,96
3,98 99
Sub Indikator 5 395
399 3,95
3,99 99
Manfaat Program GMP Bidang Sosial Sub Indikator 6
397 399
3,97 3,99
99 Sub Indikator 7
365 393
3,65 3,93
93 Sub Indikator 8
398 399
3,98 3,99
100 Sub Indikator 9
398 399
3,98 3,99
100 Sub Indikator 10
395 398
3,95 3,98
99 Manfaat Program GMP Bidang Ekologis
Sub Indikator 11 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 12 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 13 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 14 399
400 3,99
4,00 100
Sub Indikator 15 396
397 3,96
3,97 100
Rata-Rata 99
Keterangan: Penjelasan nomor sub indikator ditampilkan dalam Tabel 28.
6.2.2 Analisis Diagram Cartesius terhadap Indikator Manfaat Program GMP
Hasil pengolahan data yang telah disajikan pada Tabel 27 tentang tingkat kesesuaian antara kepuasan dan kepentingan pada indikator manfaat program
kolaboratif GMP-PHBM dimasukkan ke dalam diagram cartesius untuk mengelompokkan sub indikator ke dalam kuadran-kuadran tertentu. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memberikan masukan-masukan terkait dengan efektivitas masing-masing sub indikator manfaat program GMP tersebut. Hasil analisis
menggunakan diagram cartesius terhadap sub indikator manfaat program GMP- PHBM di Desa Warjabakti dapat dilihat pada gambar berikut: