Perumusan Masalah Analisis Kelayakan Dan Efektivitas Program Gerakan Menabung Pohon Melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi Kasus: Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung)

2.2 Hutan Lindung

Kehutanan sebagai sistem secara fungsional meliputi subsistem perencanaan kehutanan; subsistem pengelolaan hutan; subsistem penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, dan penyuluhan kehutanan; serta subsistem pengawasan kehutanan Kemenhut, 2014. Kawasan hutan lindung seringkali dianggap serupa dengan kawasan lindung, padahal kedua hal tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Kawasan lindung menurut Keputusan Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan, nilai sejarah, serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah. Pemerintah dalam hal ini menteri yang terkait dengan bidang kehutanan bisa menetapkan suatu kawasan hutan menjadi hutan lindung berdasarkan usulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Penetapan hutan lindung diatur secara teknis dalam Keputusan Menteri. Peraturan tersebut mengatur metode skoring dalam menentukan kawasan hutan. Terdapat tiga faktor utama dalam menentukan scoring , diantaranya kemiringan lahan, kepekaan terhadap erosi, dan intensitas curah hujan di daerah terkait. Metode skoring biasanya diterapkan pada kawasan hutan produksi, dimana dalam kawasan tersebut terdapat area-area yang harus dilindungi. Metode skoring tidak bisa dilakukan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai hutan konservasi seperti cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman buru Keputusan Menteri Pertanian nomor 837KptsUm1180 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi danatau kawasan hutan lindung. Penggunaan kawasan hutan tersebut dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas, jangka waktu tertentu, serta kelestarian lingkungan.

2.3 Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM mulai dilaksanakan pada tahun 2001 oleh Perum Perhutani dengan adanya Keputusan Direksi No. 136KPTsDIR2001 tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Program ini disebut juga program PSDHBM Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat. Program ini merupakan kelanjutan atau penyempurnaan dari program Kehutanan Sosial. Perbaikan mendasar terhadap program tersebut adalah dalam PHBM, digunakan prinsip kolaborasi atau kemitraan, jiwa berbagi, partisipatif, dan bersifat local specific BPPK Kemenhut, 2010. Menurut Gunawan et al. 2013, program PHBM memiliki esensi melibatkan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya hutan dan terlibat dalam pengamanan serta perlindungan sumberdaya hutan tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat. Seringkali PHBM dihadapkan kepada adanya kepentingan-kepentingan. Kepentingan antara masyarakat desa hutan dengan Perum Perhutani dipertemukan dalam partisipasi kedua pihak dalam setiap tahapan pelaksanaan PHBM. Tahapan tersebut diantaranya tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan bagi hasil, monitoring, dan evaluasi. Implementasi dari program PHBM untuk mensejahterakan masyarakat desa hutan dibuktikan dengan pemahaman masyarakat desa hutan tersebut terhadap manfaat sumberdaya hutan, legalitas pengelolaan, serta upaya pengamanan dan pelestarian. Hal ini diwujudkan dalam pencapaian tujuan program PHBM dalam bentuk kegiatan PHBM sendiri dan juga bagi hasil dari PHBM Gunawan et al., 2013. Perlu dibedakan antara PHBM Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat yang padanannya dalam bahasa inggris adalah Community Based Forest Management CBFM sebagai konsep dengan PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai program dari Perum Perhutani BPPK Kemenhut, 2010. Tujuan program PHBM secara spesifik adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan tanggung jawab Perhutani, masyarakat setempat, dan pemangku kepentingan terkait atas keberlanjutan fungsi dan kegunaan hutan. 2. Meningkatkan peran Perhutani, masyarakat setempat, dan pemangku kepentingan terkait dalam pengelolaan sumberdaya hutan. 3. Meningkatkan pendapatan Perhutani, masyarakat setempat, dan pemangku kepentingan terkait secara serempak. 4. Meningkatkan kualitas sumberdaya hutan sesuai dengan ciri-ciri wilayahnya, 5. Menyesuaikan kegiatan pengelolaan hutan agar sejalan dengan pembangunan daerah serta dinamika keadaan sosial masyarakat sekitar hutan. Terdapat tiga aktor penting dalam kebijakan PHBM. Aktor tersebut yaitu: 1 Perum Perhutani; 2 Masyarakat desa hutan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH; 3 Pihak yang berkepentingan stakeholders misalnya pemerintah daerah, lembaga pendidikan, lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat, lembaga ekonomi masyarakat, dan pihak swasta. Diantara ketiga aktor tersebut menjalin pola kemitraan sejajar dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional. Ketiga aktor utama ini secara bersama-sama membuat beberapa kegiatan dalam program PHBM. Kegiatan tersebut diantaranya: 1 Penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan; 2 Pemanfaatan sumberdaya hutan; serta 3 perlindungan dan konservasi alam. Hal-hal tersebutlah yang menentukan secara nyata keberhasilan dari kebijakan-kebijakan dalam program PHBM Rosyadi dan Sobandi, 2014.

2.4 Bagi Hasil

Terdapat dua macam sistem bagi hasil dalam ilmu ekonomi yang biasa digunakan, yakni bagi hasil yang berdasarkan nilai pendapatan atau benefit sharing dan bagi hasil yang berdasarkan nilai keuntungan atau profit sharing. Keduanya pun sama-sama berpangkal pada perhitungan saham atau kontribusi masing-masing pihak dalam proses produksi. Dalam konsep profit sharing, tidak

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161