Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

4. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah pengeluaran untuk membayar upah tenaga kerja yang disewa pada program kolaboratif GMP-PHBM per satuan hektar. Tenaga kerja sewa dalam program kolaboratif GMP-PHBM digunakan pada proses land clearing , pembuatan lubang tanam, penanaman, penyulaman, pemupukan, pemangkasan, pemanenan, dan pengangkutan. Berikut tabel yang menggambarkan rincian penggunaan tenaga kerja sewa per hektar yang digunakan dalam program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti. Tabel 16 Rincian Penggunaan Tenaga Kerja Beserta Upahnya No Kegiatan a Lama Proses hariha b Frekuensi c Jumlah Tenaga Kerja orang d Upah Rp HOK e Total Biaya Rphatahun f=bxcxdxe 1 Land Clearing 30 1 kali pada tahun ke-0 10 35.000 10.500.000 2 Pembuatan Lubang 3 1 kali pada tahun ke-0 10 35.000 1.050.000 3 Penanaman 3 1 kali pada tahun ke-0 10 35.000 1.050.000 4 Pemupukan 1 2 kali per tahun 2 35.000 140.000 5 Penyulaman 2 3 bulan sekali selama tahun ke-1 setelah 6 bulan 2 35.000 280.000 6 Pemangkasan 2 Setelah 2 tahun dan setiap habis panen 5 35.000 350.000 7 Pemanenan 15 Setahun sekali setelah 3 tahun 10 35.000 5.250.000 8 Pengangkutan 15 Setahun sekali setelah 3 tahun 2 35.000 1.050.000 Berdasarkan informasi dari Tabel 16 tersebut, dapat diambil interpretasi bahwa pada tahun ke-0, program kolaboratif GMP-PHBM dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 36 orang. Tenaga kerja tersebut digunakan dalam proses land clearing , pembuatan lubang, penanaman, dan pemupukan selama dua kali dalam satu tahun. Pada tahun selanjutnya, program kolaboratif GMP-PHBM rata-rata dapat menyerap 23 tenaga kerja dari proses penyulaman selama dua kali dalam satu tahun selama tahun ke-1, pemupukan selama dua kali dalam satu tahun, pemangkasan, pemanenan, dan pengangkutan. Tenaga kerja tersebut didapatkan dari anggota LMDH Taruna Bina Tani sendiri dan juga anggota keluarganya yang menganggur, sehingga ia bekerja di luar usaha tani keluarganya. Besaran penggunaan tenaga kerja tersebut ditampilkan dalam satuan hektar. Program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti sendiri menggunakan lahan seluas 477,05 hektar, sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pengusahaan kopi melalui program kolaboratif GMP-PHBM dapat menyerap tenaga kerja yang menganggur di Desa Warjabakti cukup besar. Tenaga kerja sewa yang digunakan dalam program kolaboratif GMP- PHBM bekerja selama 8 jam per hari, dimulai dari pukul 7 pagi sampai pukul 3 sore. Proses land clearing merupakan proses menyiapkan lahan untuk digunakan dalam pengusahaan kopi. Setelah disiapkan, kemudian dilanjutkan proses pembuatan lubang tanam untuk penanaman bibit kopi. Setelah enam bulan penanaman, setiap tiga bulan sekali dalam usia tanam tahun ke-1, dilakukan proses penyulaman untuk mengganti bibit kopi yang mati dengan bibit cadangan. Tanaman kopi tersebut diberi pupuk dengan frekuensi sebanyak dua kali dalam satu tahun, yakni pada awal musim hujan dan awal musim kemarau. Kemudian setelah dua tahun penanaman, setiap sehabis panen dilakukan proses pemangkasan, proses ini dilakukan untuk membuang batang-batang kopi yang kurang baik. Setelah tiga tahun usia penanaman, pohon kopi sudah mulai belajar panen. Pemanenan dilakukan hanya untuk memetik buah kopi dari pohonnya dan kemudian melakukan proses pengangkutan dari kebun kopi yang berada di hutan lindung Desa Warjabakti sampai ke kendaraan milik pihak pemborong buah kopi, yaitu PT. Berkah Tatar Sunda.

5. Biaya Bagi Hasil

Biaya bagi hasil merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk memberikan hak pihak lain yang persentasenya sudah diatur dalam program GMP dan program PHBM. Sesuai dengan skema program GMP, besar persentase kewajiban proses bagi hasil dari penerimaan pengusahaan kopi arabika oleh masing-masing pihak ditunjukkan pada tabel berikut:

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161