Kriteria Kelayakan Secara Finansial

Berdasarkan hasil analisis menggunakan pendekatan harga FOB, didapatkan harga paritas impor sebesar Rp 4.811Kg. Harga paritas impor tersebut digunakan sebagai harga bayangan untuk pupuk Phonska NPK. Rincian biaya pemupukan dengan menggunakan harga bayangan ditampilkan dalam Lampiran 1 tentang biaya pemupukan sesuai pedoman budidaya kopi agroforestry. Berikut tabel yang menggambarkan biaya pemupukan pupuk Phonska NPK per hektar yang digunakan oleh petani peserta program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti. Tabel 24 Biaya Pupuk Phonska secara Ekonomi Umur tahun a Dosis Phonska Kg ha pemupukan b Harga RpKg c Total Biaya Rphatahun d =bxcx2 0-1 52,50 4.811 505.155 2 113,75 4.811 1.094.503 3 153,13 4.811 1.473.369 4 192,50 4.811 1.852.235 5-10 271,25 4.811 2.609.968 11-15 350,00 4.811 3.367.700 Sumber: Hulupi dan Martini 2013

4. Pendapatan yang Hilang

Pendapatan yang hilang merupakan social cost yang harus ditanggung oleh petani Desa Warjabakti akibat peralihan komoditi yang diusahakan dari hortikultura menjadi tanaman keras kopi. Menurut ketua LMDH Taruna Bina Tani, sebagian besar jenis tanaman hortikultura yang dahulu diusahakan di Desa Warjabakti adalah bawang daun. Besarnya pendapatan yang hilang didapat dari perhitungan analisis pendapatan dari bawang daun. Analisis pendapatan dari pengusahaan agroforestry bawang daun di Desa Warjabakti ditampilkan dalam Lampiran 4 tentang analisis pendapatan agroforestry bawang daun di Desa Warjabakti. Menurut ketua LMDH Taruna Bina Tani, produktivitas bawang daun di Desa Warjabakti dapat mendekati 16 ton per hektar dalam satu kali panen. Harga yang biasanya didapatkan untuk bawang daun sendiri pada tingkat petani adalah Rp 5.000Kg. Bawang daun dalam satu tahun, dapat dipanen sampai empat kali musim panen. Biaya dalam pengusahaan bawang daun terdiri dari biaya investasi peralatan dan biaya operasional, seperti biaya pembelian bibit, biaya pemupukan, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja. Perhitungan khusus untuk biaya peralatan dalam analisis pendapatan tersebut menggunakan nilai penyusutannya. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, arit, dan sprayer mesin. Umur ekonomis masing- masing peralatan tersebut yakni lima tahun untuk cangkul dan arit, serta lima belas tahun untuk sprayer mesin. Peralatan tersebut digunakan untuk setiap musim tanam. Berdasarkan hasil analisis pendapatan pengusahaan bawang daun, didapatkan besaran pendapatan yang hilang bagi petani peserta program kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti yakni sebesar Rp 13.220.000 per tahun.

6.1.6 Kriteria Kelayakan secara Ekonomi

Kelayakan investasi program kolaboratif GMP-PHBM secara ekonomi menggunakan kriteria Net Present Value NPV, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Internal Rate of Return IRR. Berdasarkan analisis menggunakan arus kas seperti yang ditampilkan pada Lampiran 3 tentang analisis ekonomi program kolaboratif GMP-PHBM, present value secara ekonomi program kolaboratif GMP-PHBM ini sempat bernilai negatif pada saat tahun ke-0 sampai tahun ke-2 program. Hal tersebut dikarenakan pada tahun ke-0 sampai tahun ke-2, biaya investasi dan operasional terus dikeluarkan, sementara tanaman kopi belum berbuah, serta manfaat sosial yang dihasilkan masih belum menutupi biaya sosial yang ada dari program kolaboratif GMP-PHBM tersebut. Hasil analisis kelayakan secara ekonomi menggunakan kriteria NPV, Net BC, dan IRR, adalah sebagai berikut: Tabel 25 Kriteria Kelayakan secara Ekonomi Program Kolaboratif GMP-PHBM di Desa Warjabakti No. Kriteria Kelayakan Besaran Kesimpulan 1 NPV 308.381.101 Layak 2 Net BC 11,03 Layak 3 IRR 61 Layak Nilai Net Present Value NPV didapat dari menjumlahkan nilai present value PV dari tahun ke-0 sampai tahun ke-15. Setelah dilakukan penjumlahan, didapatkan hasil NPV sebesar 308.381.101. Hal ini menunjukkan bahwa program ini akan memberikan manfaat bersih kepada masyarakat dan lingkungan sebesar

Dokumen yang terkait

Kesadaran Menabung Masyarakat Menengah Ke Bawah Di Bank Rakyat Indonesia Melalui Gerakan Indonesia Menabung (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 34 85

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

ANALISIS PENGETAHUAN KOGNITIF PETANI HUTAN DALAM PELAKSANAKAN PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DESA JOMBLANG KECAMATAN JEPON KABUPATEN BLORA

2 18 131

Strategi Divisi Humas Dan Agraria (Hugra) Perusahaan Perum Perhutani Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Dalam Pembinaan Lingkungan Di Ciwidey Kabupaten Bandung

0 29 114

Analisis Biaya Manfaat Perdagangan Karbon Bagi Petani Gerakan Menabung Pohon (Studi Kasus: Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta)

0 2 91

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai resolusi konflik sumber daya hutan"Reviwer"

0 2 6

Efektivitas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat sebagai Resolusi Konflik Sumber Daya Hutan

0 7 109

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161